"Cowok lain siapa.?! Jangan asal nuduh deh.! Kamu itu selalu berfikir buruk sama aku.!"
"Dia itu,,," Sisil menengok dan menunjuk ke arah tempat duduk Nicho, tapi dia mendapati Nicho sudah tidak ada di sana.
"Dasar nggak punya nyali tuh cowok.!" Cibir kekasih Sisil dengan sinis.
"Ganteng doang nyalinya ciut.!" Tambahnya lagi, seakan belum puas menjelekan Nicho di depan Sisil.
"Daripada nggak ganteng banyak ngatur,,," Gumam Sisil lirih. Dia juga meliriknya malas.
"Apa kamu bilang.?!"
"Apa.?!" Seru tak mau kalah.
"Sebaiknya kita keluar, aku malu di liatin orang."
"Kamu itu selalu aja bikin keributan."
Sisil mengambil ponsel dan tas miliknya yang ada di atas meja. Dia berjalan cepat meninggalkan kekasihnya.
Laki - laki itu terlihat mengepalkan kedua tangannya, juga menatap Sisil dengan penuh kekesalan. Setelah itu dia segera menyusul Sisil.
"Ikut aku, temani aku makan.!" Pintanya. Dia menarik paksa tangan Sisil saat baru keluar dari restoran.
Sisil mendengus kesal, dia berusaha menarik tangannya dari genggamannya namun cengkramannya terlalu kuat.
"Lepasin nggak.!" Pinta Sisil ketus.
"Kamu makan aja sendiri, aku males pengen balik.!"
Tolaknya kasar. Bagaimana tidak malas menemani kekasihnya yang sudah berkali - kali membuatnya naik darah akhir - akhir ini. Saat ini Sisil bahkan sedang berusaha untuk menghindarinya. Selalu punya seribu alasan untuk menolak bertemu dengannya.
Sisil merasa sudah muak dengan hubungan yang mulai tidak sehat ini. Dia merasa semakin tertekan dan terkekang setiap harinya.
"Sisil.!!" Bentaknya.
"Dave.!!" Tegur Sisil penuh amarah.
"Tolong berhenti bersikap gila seperti ini.! Kamu itu makin nggak terkendali."
"Aku lelah Dave,,,!" Keluh Sisil dengan wajah memelas. Rasanya ingin memutuskan hubungannya dengan laki - laki di hadapannya ini. Soalnya mereka sudah terikat perjodohan sejak 2 tahun yang lalu. Perjodohan yang dilakukan antara kedua orang tua mereka yang bersahabat sejak masih muda.
"Lelah.? Harusnya aku yang bicara seperti itu.!"
"Kamu nggak mau dengerin perkataanku, dan sekarang malah sering menghindar.!" Sanggah Dave tak mau kalah. Dia berusaha membela diri dengan menyudutkan Sisil.
"Dave please,,, aku mau pulang sekarang." Ujar Sisil memohon lirih dengan suara yang berat. Dia benar - benar tidak mau berdebat dengannya lagi.
"Besok kita bicara lagi. Kita makan siang di luar,,"
Sisil menyingkirkan pelan tangan Dave. Laki - laki itu mau melepaskan tangan Sisil dengan mudah.
"Oke, tapi aku antar kamu sampai apartemen. Jangan coba - coba nolak atau kamu harus nemenin aku makan malam.!" Ancamnya. Sisil langsung mengangguk pelan. Setidaknya dengan menyetujui permintaan Dave, laki - laki itu akan lebih cepat pergi dari hadapannya.
Satu kata saja dia mengeluarkan suara untuk menolak permintaan Dave, bisa dipastikan akan terjadi perdebatan yang tidak akan ada akhirnya.
"Lepas Dave, malu di liatin orang,," Sisil berusaha menyingkirkan tangan Dave yang melingkar di pinggangnya. Dia merasa risih karna berada di jalan yang saat ini sedang banyak orang lalu lalang.
"Ngapain malu, di luar negeri tuh orang ciuman di pinggir jalan juga udah biasa." Sahut Dave santai. Dia tak mau melepaskan tangannya dari pinggang Sisil.
"Kita bukan di luar negeri Dave.!"
"Itu juga biasa buat kamu, bukan buat aku.!" Ujar Sisil sinis. Dave selalu saja membanding - bandingkan kehidupan bebas di luar negeri. Laki - laki itu memang cukup lama tinggal di luar negeri, dan gaya hidupnya mulai terbawa.
Sisil bahkan sudah muak mengingatkan Dave untuk tidak pergi ke club malam.
"Terserahlah, cape ngomong sama kamu.!" Timpal Dave malas. Dia menarik tangannya dari pinggang Sisil dan hanya jalan beriringan.
...*****...
Nicho berjalan lamban menuju apartemennya. Kedua tangannya dia masukkan kedalam kantong jaketnya.
Jika dilihat dari kondisi dan raut wajah Nicho, tidak ada yang akan menyangka kalau saat ini dia sedang patah hati. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya kehilangan wanita yang bertahun - tahun kita cintai. Sakit dan kecewa sudah menjadi hal yang pasti. Dan hancur akan mengikutinya setelah itu.
Namun Nicho mampu mengatasi dan mampu mengontrol dirinya hingga membuatnya tidak berlarut - larut dalam kehancuran. Meski saat ini sakit hatinya tidak bisa di ungkapkan dengan kata.
kalaupun pada akhirnya Fely harus menikah dengan orang lain, itu artinya dia tidak berjodoh dengan Fely. Apa yang bisa dia lakukan kalau memang Tuhan tidak mentakdirkan dirinya bersatu dengan Fely.? Apa harus mencegah pernikahan itu dan menikahi Fely.? Hatinya juga tidak siap untuk menerima apa yang telah terjadi pada Fely.
Melihat banyak kiss mark di leher dan dada Fely saja membuat hatinya terasa terbakar sampai detik ini. Marah, kecewa, sakit hati dan jijik membayangkan bagaimana kedua manusia itu melakukannya meski tanpa sengaja.
Nicho tidak memungkiri jika selama menjalin hubungan dengan Fely, dia juga sering mencium dan mencumbunya. Tapi sampai detik terakhir Fely bersama laki - laki lain, Nicho tidak pernah meninggalkan jejak di tubuh Fely. Lalu bagaimana mungkin hatinya sanggup menerimanya setelah dia melihat dengan mata kepalanya sendiri.?
Nicho mengepalkan kedua tangannya, dia hampir melayangkan tinjuan ke dinding apartemennya. Namun seketika dia terdiam dan mengurungkan niatnya. Jarinya terlalu berharga untuk terluka hanya demi wanita yang tidak mau mendengarkan nasehatnya.
"Brengs*k...!!!" Teriaknya. Dia menghempaskan tinjuan ke udara untuk meluapkan kekesalannya setelah mengingat kembali hal menyakitkan itu.
Setelah membuka pintu apartemen, dia masuk dan membantingnya dengan keras.
Kenyataan ini terlalu sulit untuk diterima begitu saja. Akan sulit melupakan meski terluka dan kecewa.
Nicho duduk di ruang tamu. Kedua kalinya dia naikkan ke atas meja. Dan kedua tangan yang disilangkan.
Dia mulai memikirkan bagaimana menjalani hidupnya ke depan. Bagaimana dengan kuliahnya yang sudah terlanjur di pindahkan ke Universitas yang sama dengan Fely. Juga usaha yang akan dia buka di kota ini.
Rasanya tidak mungkin untuk pindah lagi ke universitas lain. Sepertinya Nicho harus menguatkan hatinya karna akan sering bertemu dengan Fely.
"Lepasin Dave.!! Jangan gila.!!! Aku nggak mau.!!!"
"Siapapun tolong..!!!"
Nicho langsung beranjak dari duduknya saat mendengar suara perempuan yang berteriak minta tolong. Tanpa pikir panjang, Nicho langsung keluar dari apartemennya. Dia menengok ke sisi kanan, tidak ada siapapun disana.
"Jangan Dave aku mohon.!!"
Suara itu langsung membuat Nicho menoleh ke sisi kiri. Tepat berjarak 2 pintu dari apartemennya, dia melihat Sisil yang sedang di seret masuk kedalam apartemen oleh laki - laki yang dia temui di restoran tadi.
Nicho langsung berlari menghampiri mereka. Dia mendorong kuat badan Dave hingga tubuhnya terpental ke lantai.
"Sial.!! Kau lagi.!!" Geram Dave.
Sementara itu Sisil langsung bersembunyi di balik tubuh Nicho. Isak tangisnya mulai terdengar. Nicho menoleh sekilas, namun langsung kembali menatap tajam pada Dave.
"Mau apa kamu.?!" Seru Nicho.
"Bukan urusanmu.! Dia kekasihku, aku berhak melakukan apapun padanya.!"
Dave berdiri dan menggeser kasar bahu Nicho.
"Ayo masuk.!" Dave menarik tangan Sisil.
"Dave.! Pergi aku mohon.!!" Teriak Sisil.
"Aku tidak mau melakukannya.!!"
"Buugghhh...!!!" Nicho meninju wajah Dave tanpa sungkan. Dia juga menarik tangan Sisil dan membawanya masuk ke dalam apartemen Sisil.
"Masuk dan kunci pintunya.!" Pinta Nicho.
"Tapi,,,"
"Masuk atau aku tidak akan menolongmu.!"
Mendengar ancaman Nicho, Sisil langsung menutup pintu dan menguncinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Markonah
Klo si Dave kyk gitu knp g di putus in?
Perjodohan? Bilang saja ma ortunya laki2 nya kyk babi jahannam gitu
2025-01-22
0
Takdir Hidupku
Enak g to bogem mentah daro Nicho dev😁
2025-01-14
0
@☠A⏤͟͟͞Rini
yesss nicho kereeen
2024-11-27
0