Sisil merebahkan dirinya di atas ranjang. Ponselnya dia letakan begitu saja di sebelahnya. Sejak tadi siang dia selalu seperti ini jika sudah berada di kamar. Berbaring di atas ranjang dan menatap langit - langit kamar dengan senyum yang terus mengembang. Pertemuan yang tidak di sengaja dengan laki - laki yang sangat mirip dengan idolanya, membuat Sisil seperti orang gila yang selalu tersenyum sendiri setiap kali mengingatnya
Terlebih laki - laki itu baru saja menyelamatkan dirinya dari perbuatan biadab kekasihnya. Sisil semakin tidak bisa menahan dirinya untuk mengagumi laki - kaki itu. Meski galak dan dingin, tapi Sisil melihat kebaikan yang luar biasa dalam dirinya. Melihat kepedulian yang besar terhadap orang lain.
"Sejak kapan aku jadi gila seperti ini." Gumamnya sembari tertawa geli.
"Namanya saja aku belum tau, tapi sudah memikirkannya sepanjang waktu." Tambahnya lagi. Dia terus saja tersenyum seperti orang yang baru pertama kali jatuh cinta. Ya, tidak salah kalau sisil menyebut dirinya gila. Memang pada kenyataannya dia seperti itu.
"Oh,,, my super hero,,,!" Teriak Sisil dengan tawa kecil. Dia juga merentangkan kedua tangannya ke atas, membayangkan kalau laki - laki itu akan memeluknya.
Kurang gila apa lagi wanita cantik itu.? Selama hampir 2 tahun berpacaran dengan Dave, sedetikpun dia tidak pernah membayangkan wajah Dave dalam khayalannya. Tapi belum genap 12 jam bertemu dengan Nicho, pikirannya terus tertuju padanya.
"Ah, sepertinya aku harus membuat sarapan untuknya besok." Gumamnya setelah hal itu terlintas begitu saja dalam benaknya. Sisil langsung beranjak dari kamarnya, dia pergi ke dapur untuk mengecek persediaan bahan makanan yang mungkin bisa dia masak besok pagi.
Anggap saja sebagai salam perkenalan pada tetangga baru, juga sebagai ungkapan Terima kasih karna sudah menolongnya.
Sisil tersenyum lebar saat memastikan ada bahan makanan yang bisa dia masak besok. Dia kembali masuk kedalam kamar untuk tidur.
Sementara itu, Nicho masih bertahan merasakan dinginnya angin malam yang berhembus kencang.
Suasana di taman sudah sepi. Hanya ada dirinya yang masih setia dalam posisi awal sejak duduk di sana.
Hubungan dia dan sang Papa sudah renggang sejak awal mengenalkan Fely kepada kedua orang tuanya. Papanya terlihat tidak menyukai Fely sampai terus mengabaikannya setiap Fely datang ke rumah. Hanya mama Rissa yang menerima Fely.
Papa Alex juga secara terang - terangan meminta Nicho untuk mengakhiri hubungannya dengan Fely dan menyuruhnya untuk menerima perjodohan.
Sejak saat itu Nicho memilih untuk meninggalkan rumah, menentang sang Papa dan lebih mempertahankan Fely.
Nicho dan Papanya terlibat pertengkaran beberapa kali karna percintaan Nicho dan Fely. Hubungan ayah dan anak itu sempat membaik, tapi kemudian kembali renggang karna masalah yang sama.
Nicho mulai menyadari, jika restu kedua orang tua sangat penting untuk memulai hubungan yang baik.
Dan pada akhirnya hubungan dia dengan Fely harus berakhir tragis seperti ini.
Nicho mengusap kasar wajahnya. Dia bisa gila kalau terus memikirkan hal menyakitkan itu.
Nicho beranjak dari sana dan kembali ke apartemennya.
Rupanya cukup lama dia berada di taman. Nicho terlihat kaget melihat jam yang sudah menunjukan pukul 11 malam.
Nicho menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Rasa kantuknya sudah hilang setelah berdebat dengan Fely tadi. Dia memutuskan untuk mengambil rokok, dan kembali menciptakan kepulan asap di ruang tamu.
Dia baru masuk ke kamar setelah pukul 2 pagi sudah menghabiskan 1 bungkus rokok.
...****...
"Ya ampun.!!" Pekik Sisil dengan badan yang langsung loncat dari tempat tidur. Dia tersentak kaget melihat jam weker di atas nakas. Sudah pukul setengah 7 pagi tapi dia baru bangun.
"Gimana ini.! Aku mau masak." Gumamnya panik. Dia menyambar ikat rambut, kemudian menggulung asal rambutnya. Sisil lari ke dalam kamar mandi, mencuci muka dan menyikat giginya dengan jalur Ekspres. Kurang dari 3 menit dia sudah keluar dari kamar mandi, kemudian berlari ke dapur.
Nafasnya terengah - engah begitu sampai di dapur. Dia berhenti di depan kulkas, kemudian mengatur nafasnya lebih dulu. Menarik nafas dalam dan mengeluarkannya perlahan, begitu seterusnya sampai nafasnya kembali normal.
Sisil mulai membuka kulkas, mengambil semua bahan yang akan dia masak pagi ini.
"Fighting Sisil.!!" Serunya untuk menyemangati diri sendiri. Kali ini masakannya harus lebih enak dari biasanya, karna akan diberikan pada sang idola, atau lebih tepatnya seseorang yang mirip dengan idolanya.
Sisil mulai memasak dengan terburu - buru. Dia tidak mau sampai terlambat mengantarkan sarapan untuk tetangga barunya. Jangan sampai tetangganya itu sudah sarapan sebelum dia datang.
"Ya ampun, ini sih berasa lagi ikut master chef." Gumamnya. Tangannya memotong sayuran dengan gerakan cepat, benar - benar seperti peserta yang dia lihat di master chef.
"Akhirnya selesai juga,,," Mata Sisil berbinar melihat hidangan lezat nan cantik yang ada di atas meja. Sisil menghiasnya layaknya makanan yang ada si restoran mewah.
"Ok, waktunya mandi." Dia berlari ke kamar. Saat ini dia harus mandi agar penampilannya tidak lusuh saat mengantarkan sarapan. Sisil tidak mau laki - laki itu menolak makanannya karna melihat penampilannya yang acak - acakan.
Baru kali ini Sisil mandi kurang dari 10 menit. Dia mengejar waktu agar tidak terlalu siang mengantarkan sarapan untuk Nicho.
Selesai memakai baju, merapikan rambut dan mengoleskan lipstik merah muda di bibirnya.
Sisil tersenyum lebar, dia tidak sabar untuk bertemu dengan Nicho dan ingin mengetahui namanya.
"Semoga saja galaknya sudah hilang," Gumam Sisil lalu bergegas ke dapur. Dia juga sempat menyemprotkan parfum ke bajunya.
Sisil terus mengembangkan senyum sejak membawa makanan itu keluar dari apartemennya. Sikapnya memang semakin mirip orang gila jika dilihat - lihat.
Matanya berbinar, dia berhenti tepat di depan pintu apartemen Nicho, kemudian mulai menekan bel.
Sisil masih mengembangkan senyum saat baru menekan bel untuk ke 5 kalinya. Tapi senyumnya seketika memudar setelah belasan kali menekan bel dan orang yang ada didalam tak kunjung membukakan pintu.
Kakinya bahkan sudah terasa pegal terus berdiri di sana. Sampai akhirnya Sisil menyerah setelah hampir 20 menit menunggu di depan pintu. Sepertinya tidak ada tanda - tanda pitu itu akan dibuka.
Sisil kembali ke apartemennya dengan kekecewaan. Sepertinya penghuni apartemen itu masih damai dalam mimpinya.
"Percuma saja aku buru - buru masak dan mandi kilat, yang mau di kasih makanan masih enak - enak tidur.!" Gerutu Sisil sembari meletakan piring di atas meja. Dia duduk dan meraih sendok didepannya.
"Sayang kalau nggak di makan.!" Ujarnya sembari menyendokkan makanan kedalam mulutnya dengan wajah yang cemberut.
Meski makan sambil terus mengomel, makan itu sampai habis tak tersisa.
"Percobaan pertama gagal.! Tapi setidaknya perutku kenyang." Gumamnya.
"Oke, kita coba lagi nanti siang.!" Serunya dengan semangat baru. Sisil sama sekali tidak menyerah meski tadi harus menunggu lama di sana dan pada akhirnya pintu itu tidak kunjung dibuka.
Dia merasa perlu mengirimkan makanan pada Nicho karna sudah membantunya lepas dari Dave. Rasanya ucapan terima kasih saja tidak cukup untuk membalas kebaikan Nicho padanya.
...****...
Gaskeun votenya, biar makin banyak yang mampir😁
Masih banyak yang belum vote nih 😜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
@☠A⏤͟͟͞Rini
semangat mengejar idolaaaa sisil
2024-11-27
0
Ananda
🤣🤣🤣
2022-10-30
2
A_3
0pp
0p
2022-08-27
0