Nicho menyodorkan map yang berisi surat kerja sama pada Sisil.
"Kamu baca dulu sebelum di tanda tangani."
"Bisa ajukan komplain kalau ada point yang memberatkan kamu,,," Jelas Nicho. Dia benar - benar seperti pemimpin yang memancarkan kewibawaan dengan wajah yang berkharisma tinggi.
Siapa yang tidak akan terpana melihat wajah tampannya yang memancarkan aura seorang pemimpin seperti itu. Sama hal nya dengan Sisil yang saat ini justru lebih fokus menatap wajah Nicho.
Nicho menggeleng pelan dengan memijat pelipisnya. Wanita di hadapannya itu benar - benar beda dari yang lain. Terkadang tingkahnya konyol, cerewet, dan terkadang sedikit bodoh tapi menggemaskan. Sisil bersikap apa adanya, dan mungkin itu yang membuatnya berbeda.
"Malah bengong.!" Nicho menoyor kening Sisil.
Wanita itu langsung tersenyum kikuk, terlihat malu karna kepergok memandangi wajah tampan Nicho.
"Jangan kelamaan, buruan baca,," Sekali lagi Nicho menyodorkan map itu agar lebih dekat dengan Sisil.
Dan saat itu juga Sisil langsung mengembalikan map itu pada Nicho.
"Aku setuju,,," Ujar Sisil yakin. Tangannya mendorong map itu ke arah Nicho.
"Aku akan memberikan resep dessert sebanyak yang kakak mau tanpa harus melalui tanda tangan kontrak,,," Jelasnya dengan antusias. Raut wajah Sisil seketika menimbulkan kecurigaan. Nicho bisa melihat ada sesuatu yang di inginkan oleh Sisil.
"Asal,,,," Sisil menggantungkan ucapannya. Hal itu
membuat Nicho berdecak kesal karna dugaannya benar, ada tujuan tertentu yang di inginkan oleh Sisil.
"Tidak masalah kalau kamu keberatan tanda tangan kontrak. Aku batalkan saja kerja samanya,," Nicho menutup map itu, dia beranjak dari duduknya.
Hal itu membuat Sisil cemberut dan langsung menarik tangan Nicho.
"Iihh,,, dengerin dulu kak,,," Rengek Sisil. Dia memasang wajah memohon yang terlihat sangat menyedihkan sekaligus lucu untuk di pandang.
"Aku nggak bilang keberatan, jangan di batalin,,," Jelasnya sambil terus menarik tangan Nicho agar tidak beranjak. Nicho yang terlihat sudah malas, berusaha melepaskan diri dari genggaman Sisil dengan menarik tangannya. Keduanya jadi saling tarik menarik hingga akhirnya Sisil berdiri dan terhuyung ke badan Nicho karna Nicho terlalu kencang menarik tangannya dari genggaman Sisil.
Seketika Sisil dan Nicho saling terdiam dalam posisi yang mirip seperti orang yang sedang berpelukan.
"Ya ampun.!!!" Pekik Revan dengan mata melotot. Dia menggelengkan kepala dengan melipat kedua tangan di dadanya.
"Bisa - bisanya kalian bermesraan di depanku.!!!" Protesnya kesal. Dia menatap jengah dua insan yang sejak tadi hanya membuatnya iri.
Nicho langsung mendorong pundak Sisil, dia menatap tajam ke arahnya. Sementara itu Sisil hanya tersipu malu. Dadanya masih bergemuruh setelah bersentuhan dengan tubuh Nicho dan bisa mencium aroma maskulin Nicho dalam keadaan tanpa jarak.
"Ayo pulang,,," Pinta Nicho.
"Aku setuju memberikan resep untuk kakak asal aku bisa makan di kafe ini secara gratis selama 2 minggu. Tapi kakak harus ikut makan sama aku." Ujar Sisil memberi tawaran. Dia berbicara cepat hampir tanpa jeda sebelum Nicho benar - benar mengajaknya pulang.
"Bagaimana.? Kakak setuju kan.? Kakak tidak perlu membayarnya setelah itu dan resep itu bisa kakak pakai selamanya,,," Lagi - lagi Sisil berusaha untuk memberikan tawaran yang menggiurkan agar Nicho mau menyetujui permintaannya.
Nicho langsung diam. Dia tampak sedang mempertimbangkan permintaan Sisil. Tidak rugi memang untuk membiarkan Sisil makan gratis di kafe nya selama 2 minggu. Justru disini Nicho yang akan di untungkan. Karna uang yang di tawarkan Nicho untuk memakai resep Sisil lebih dari cukup untuk sekedar mentraktir Sisil selama 2 minggu.
Namun yang menjadi bahan pertimbangan Nicho, dia merasa keberatan karna harus pergi dan makan bersama Sisil selama 2 minggu.
"Ok,, aku anggap kakak setuju dengan tawaranku,,," Ucap Sisil dengan wajah yang berbinar. Dia meraih tangan Nicho untuk mengajaknya berjabat tangan.
"Deal.!!" Ujarnya tanpa meminta persetujuan pada Nicho. Nicho hanya menatap tajam ke arah Sisil.
"Siapa yang bilang deal.?! Aku belum menyetujuinya.!" Pekik Nicho. Dia terlihat kesal melihat Sisil yang hanya menyengir kuda dan pergi menghampiri Revan.
"Boleh pinjam laptopnya kak.? Biar aku ketik semua resep yang aku punya,,," Ujar Sisil sopan.
"Heh.!!" Teriak Nicho sembari menyusul Sisil, dia hampir memarahi Sisil tapi Revan menengahinya.
"Lu di kasih enak malah protes.! Udah sih setuju aja. Kali aja setelah pake resep dari dia penjualan makin meningkat." Nicho hanya mendengus kesal, namun dia juga tidak lagi memberikan protes.
"Silahkan cantik, pake saja laptop abang sesuka hati,,," Ujar Revan sembari beranjak dari duduknya dan mempersilahkan Sisil untuk duduk di sana.
"Makasih kak,,," Sisil tersenyum lebar. Dia terlihat sangat senang karna setelah ini akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama Nicho.
Revan mendorong Nicho untuk menjauh dari Sisil.
"Udah sih biarin aja, cuma 2 minggu kok." Bisik Revan.
"Kalau lu nggak mau nemenin dia makan, gue siap gantiin. Cewek cantik itu mubazir kalau di anggurin,,," Bisiknya lagi. Nicho hanya melirik tajam.
"Gue cek ke depan dulu, baik - baik lu disini.! Awas jangan mesum mentang - mentang gue nggak ada. Tuh cctv lagi ngawasin kalian,,," Revan menunjuk cctv yang ada di sudut ruangan. Dia hampir saja terkekeh melihat reaksi Nicho.
"Bac*t.!! Emangnya elu.! Taunya cuma mesum doang.!" Geram Nicho sembari mendorong Revan agar segera keluar dari ruangan.
Revan hanya terkekeh, kemudian meninggalkan Nicho dan Sisil berduaan di dalam ruang kerja mereka.
Nicho duduk di meja kerjanya, dia memperhatikan Sisil yang terlihat serius menggerakkan jarinya dibatas keyboard. Wajah cantiknya terlihat berseri, memancarkan aura kebahagiaan dari dalam. Nicho bisa melihat ketulusan Sisil dalam memberikan resep untuk kafenya.
Hampir 10 menit Nicho hanya diam di kursinya dan hanya memandangi Sisil dari jauh.
"Kamu mau es krim.?" Suara Nicho yang khas mampu memberikan warna di dalam ruangan yang tadinya sempat hening.
Sisil mengangkat wajahnya, dia menatap Nicho dari jarak yang sangat dekat karna ternyata laki - laki itu sudah berdiri di depan mejanya.
Sisil mengangguk cepat.
"Kakak tau aja yang aku butuhin. Aku butuh amunisi biar ngetiknya lancar dan cepat." Tuturnya dengan senyum yang mengembang.
"Aku mau rasa vanilla dan strawbery. Jangan lupa sama dessertnya yang rekomended disini." Sisil menyengir kuda. Dia terlihat biasa saja mendapat tatapan tajam dari Nicho.
"Banyak maunya.!" Keluh Nicho. Lagi - lagi dia menoyor kening Sisil dengan telunjuknya. Ekspresi wajah Sisil yang menggemaskan saat dia menoyornya, seperti jadi hiburan tersendiri untuknya.
Nicho segera keluar dan mengambilkan makanan untuk Sisil. Dia kembali dengan membawa nampan berisi es krim, 2 menu dessert dan 1 botol air mineral.
"Wahhh,,,," Seru Sisil antusias. Matanya terbuka sempurna melihat es krim yang terlihat menggoda iman.
"Cantik sekali plating es krim dan dessertnya." Puji Sisil. Dia langsung menyambar es krim begitu Nicho meletakan nampan di meja.
"Sudah berapa abad tidak makan es krim.?" Sindiran Nicho sinis. Dia dibuat heran dengan cara Sisil memakan es krim yang begitu rakus. Sudut bibirnya bahkan sampai terkena sisa es krim yang mulai mencair.
"Hehe,,," Sisil hanya tersenyum kikuk.
"Es krimnya lumayan. Aku termasuk penggemar es krim, jadi sudah mencoba berbagi macam es krim dengan berbagai rasa dan bentuk. Yang ini nggak mengecewakan, rasanya oke, platingnya juga cantik." Ujar Sisil berkomentar. Dia berbicara panjang lebar hingga membuat Nicho terus menatap bibir Sisil yang bergerak lincah.
Nicho berdiri dan mendekatkan wajahnya ke arah Sisil, hal itu membuat Sisil seketika diam memaku. Nicho mengusap sudut bibir Sisil dengan jarinya. Dia terlihat tidak betah melihat sisa es krim yang menempel di sana.
Keduanya saling pandang dengan jarak yang sangat dekat. Entah apa yang Nicho rasakan hingga dia berani mendekatkan bibirnya dan mengecup singkat bibir Sisil. Namun setelah itu Nicho langsung menjauh. Dia terlihat panik dan merasa tidak enak pada Sisil. Sementara itu Sisil hanya menatap Nicho dengan pandangan yang menerawang. Jantungnya bergemuruh saat ini. Untuk pertama kalinya dia di cium oleh laki - laki.
"Maaf,,," Ujar Nicho lirih. Dia beranjak dan segera keluar dari ruangan itu.
...****...
...Yang belum vote, vote dulu yuk 🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
☠⏤͟͟͞R🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜
Weeeeh nicho nyosor aja🤣🤣🤣
2024-12-04
0
Rini Mustika
meeeeemm manis nyaaaas...q yg seyum seyummmm...
2024-03-07
0
strawberry 🍓🍓
yeeee si abang gak tanggungjawab , main kabor ajeee cuma bilang maaf pula . maaf mu tak bisa mengembalikan keperawanan bibirnya sisil baaaaang 🤣🤣🤣🤣
2023-06-04
1