Nicho Pov
"Kak,,,!!"
Aku menghela nafas. Baru beberapa langkah keluar dari apartemen, sudah disambut oleh suaranya yang selalu menggema di telinga. Aku memilih pura - pura tidak mendengarnya dan terus melangkahkan kaki. Bisa panjang urusannya kalau aku berhenti dan menjawabnya. Dia pasti akan terus menyerocos jika diberi kesempatan untuk bicara. Kepalaku sudah pusing, aku tidak mau semakin pusing karna meladeninya.
"Kak Nicho,,,!!"
Kali ini suaranya lebih kencang, bahkan terdengar derap langkah yang semakin mendekat.
"Kakak pura - pura nggak denger.?"
Aku hanya menoleh, dia sudah terlanjur ada di sampingku setelah berlari mengejar langkahku.
"Gimana kue buatanku.? Apa kakak suka.? Kalo kakak suka, aku bisa membutakannya lagi,,," Dia terlihat antusias meminta pendapatku tentang brownies yang dia berikan padaku kemarin.
Mendengarnya bertanya seperti itu, aku jadi ingat dengan rencanaku yang ingin mengajaknya kerja sama. Kue buatannya itu lebih enak dari dessert di kafe, aku bisa mengubah resepnya dari si cerewet ini. Paling tidak aku harus membeli resepnya agar dia tidak memberikan resep itu pada siapapun.
"Ikut aku,,,!" Aku menarik tangannya dan masuk ke dalam lift. Dia hanya diam dan tidak memberikan protes apapun.
"Ikut kemana kak.? Aku ada janji, aunty sudah menunggu di butik,,," Dia terlihat heran menatapku, kemudian beralih menatap tangannya yang aku genggam.
"Tangan kakak hangat,,," Ujarnya lirih.
Segera ku lepaskan tangannya.
"Apa itu penting.?" Dia hanya mengenyir kuda. Bisa - bisanya mengomentari hal yang tidak penting.
"Tangan kakak hangat tapi sikapnya,,,,"
Aku melotot dan membuatnya langsung terdiam. Anak ini pasti akan bilang sikapku dingin. Perkataan yang dulu juga pernah di lontarkan oleh Fely saat kita baru menjalin hubungan, setelah itu dia mengatakan mulai terbiasa.
Aku menghela nafas, kenapa dada ini masih saja sesak setiap kali mengingatnya.
"Berapa lama di butik.?" Tanyaku tegas. Dia mengerutkan kening, lalu menunjuk dirinya sendiri.
"Aku,,,?" Ujarnya dengan wajah yang seakan tidak tau.
"Kami pikir aku bisa bicara dengan hantu.?!"
"Memangnya ada manusia lain di dalam lift selain kita.?" Mendengar penjelasanku, dia langsung tersenyum malu.
"Aku pernah menonton drama, dua orang berciuman di dalam lift." Gumamnya sembari mendongakkan kepala mengedarkan pandangan.
"Apa disini ada CCTV.?" Dia menatapku setelah selesai memeriksa bagian atas lift.
"Mesum.!" Aku menoyor keningnya menggunakan jari. Bisa - bisanya dia membahas ciuman bersama laki - laki yang baru dia temui 1 minggu lalu.
"Berlagak membahas ciuman tapi takut di seret ke kamar sama kekasihmu itu.!" Sindirku.
Dia menatapku dengan tatapan yang sulit di artikan, kemudian menunduk dan tidak berkata apapun.
"Berapa lama di butik.?!" Tanyaku lagi.
Dia kembali menatapku tapi hanya sekilas.
"30 menit, atau mungkin kurang."
"Cuma mau fitting gaun saja buat acara pernikahan oppa,,," Jelasnya antusias.
"Aku tidak tanya.!" Sahutku cepat.
"Aku antar dan ikut aku setelah itu,,"
"Memangnya mau kemana kak.?"
"Aku jelaskan nanti kalau sudah sampai di tempat tujuan.!"
Aku menarik tangannya setelah pintu lift terbuka.
"Jangan cepet - cepet kak jalannya." Protesnya sembari menarik tangan dari genggamanku.
"Aku itu sampe harus setengah berlari buat ngimbangin langkah kakak yang lebar itu." Tambahnya lagi. Aku hanya menghela nafas dan memelankan langkah.
"Beri tau aku dulu kakak mau ajak aku kemana.?"
"Kalo nggak ngasih tau, aku nggak mau ikut."
"Udah kayak Dave aja.! Maksa aku buat ikut taunya di bawa ke club.!" Aku melihat wajahnya yang berubah kesal, begitu juga dengan nada bicaranya.
"Club apa yang buka siang bolong begini.?!" Tanyaku. Aku jadi ikut kesal menjawabnya.
"Memangnya aku bilang kakak akan mengajakku ke club.? Aku kan cuma sedang memberi contoh saja."
"Kakak hanya menyuruhku ikut, nggak bilang mau pergi ke mana,,," Sisil menyerocos dengan nada bicaranya yang khas, cerewet dan cepat.
Kalau di pikir - pikir memang benar apa yang dia katakan, lalu kenapa aku tidak memberitahunya dan malah harus berdebat seperti ini.?
Aku menghela nafas sebelum menjawabnya. Buang - buang tenaga berdebat dengannya, harusnya aku katakan saja sejak awal.
"Ikut ke kafe ku. Nanti aku jelaskan disana,,"
Ekspresi wajahnya langsung terlihat kaget.
"Wah,,, kakak punya kafe.? Apa kakak mau ngasih aku makan siang gratis.?" Tanyanya antusias.
"Ya, makan saja sepuasnya.!" Sahut ku cepat. Kalau aku tidak mengijinkannya, pasti akan terjadi perdebatan babak kedua.
Bicara dengannya memang lebih sering membuatku kesal, cerewetnya itu melebihi Jeje. Tapi terkadang kecerewetannya lumayan menghibur.
"Serius.?" Tanyanya lagi. Aku bilang juga apa, meski sudah menyetujuinya, tetap saja dia bersuara.
"Tidak, kamu harus bayar.!" Ketusku dengan mata melotot.
"Ya ampun, buat apa mengajakku ke kafe kakak tapi harus bayar sendiri,," Gumamnya.
Aku memilih diam dam masuk ke dalam mobil, sedangkan dia masuk dengan wajah yang terlihat kesal.
"Diam dan jangan bicara selama berada di jalan.!" Aku memberikan peringatan lebih dulu sebelum dia bersuara, padahal aku tau dia akan berbicara padaku karna sudah membuka mulutnya.
Dia berdecak kesal, tapi benar - benar tidak bersuara dan mengalihkan pandangan ke luar jendela.
Hampir setengah perjalanan, dia sama sekali tidak bicara sesuai yang aku perintahkan. Bisa - bisa dia menurut begitu saja pada orang lain yang baru dia kenal. Tapi bisa - bisa dia memiliki kekasih yang tidak bermoral itu. Tega sekali mau memperko** kekasihnya sendiri.
"Kamu hobby membuat kue.?"
Pertanyaanku membuatnya langsung menoleh, namun wajahnya terlihat datar. Dia hanya mengangguk saja.
"Sejak kapan.?" Aku kembali fokus pada jalan.
"Kamu tidak dengar.?" Tanyaku sambil melirik sekilas ke arahnya. Dia hanya menunjukan kelima jarinya padaku.
"Apa.?!" Tanyaku kesal. Lagi - lagi dia hanya menunjukan jarinya dan semakin mendekatkan ke wajahku.
"Kenapa pakai bahasa isyarat.?! Kamu pikir aku tuli.?!" Geramku kesal.
"Hahahaha,,,,,"
Sialan anak ini, dia malah terbahak - bahak.
"Kenapa kakak berfikir seperti itu.? Tapi benar juga."
Gumamnya masih dengan menahan tawa.
"Bukannya kakak sendiri yang ngelarang aku bicara.? Kenapa sekarang protes.!"
Aku langsung terdiam. Bisa - bisanya aku tidak ingat dengan ucapanku sendiri. Pantas saja dia hanya menunjukan jarinya.
"Terserah kau saja.!"
"Dasar aneh. Kakak yang ngelarang aku bicara, tapi kakak sendiri yang marah,,,"
"5 tahun. Sejak 5 tahun yang lalu aku suka membuat kue." Jelasnya.
"Sejak usiaku masih 16 tahun,,," Ujarnya lagi.
"Aku tidak tanya usia.!"
"Aku hanya bercerita saja.!"
"Kau tidak peduli,,!"
"Siapa yang menyuruh untuk pedu,,," Dia tidak melanjutkan ucapannya saat aku memberikan tatapan tajam.
"Oke,, aku diam lagi." Ucapnya pasrah. Dia kembali diam dan membuang pandangan.
Suasana di mobil kembali hening.
"Oppa baru datang rupanya,,," Sisil menatap ke butik saat aku baru akan membelokkan mobil ke butik yang dia maksud. Mataku reflek menatap ke sana. Laki - laki itu dan Fely baru saja keluar dari mobil.
Aku melihat tangan laki - laki itu yang berusaha menggandeng tangan Fely, tapi langsung di tepis olehnya.
Aku hanya tersenyum kecut, miris melihat kelakuan mereka yang sama - sama tidak memikirkan akibatnya karna mengadakan party dan datang ke party yang tidak berguna itu.
"Married by accident, sepertinya akan sulit di jalani." Gumam Sisil setelah dua orang itu masuk kedalam butik.
"Cepat turun,," Ujarku datar.
"Kakak nggak mau ikut ke dalam.?"
Aku kembali memberikan tatapan tajam padanya karna mengajakku ikut masuk ke butik itu.
Kalau saja dia tau hubunganku dengan Fely, pasti akan memintaku untuk tetap menunggu di mobil.
"Oke aku turun sekarang,,," Dia bergegas turun mobil.
"Aku bisa minta fitting lebih dulu, biar calon pengantin yang belakangan. Pasti mereka lama Fittingnya,,," Jelasnya lalu menutup pintu.
...*****...
Sudah hari senin aja, jangan lupa VOTE yah 🥰
Maaf kemaren sibuk, besok juga jadwal padat🙏.
Maaf kalo nanti gak bisa up. Tapi di usahain bikin kalo kuat begadang nanti malem. 😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
☠⏤͟͟͞R🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜
Cepet sisilll
2024-12-02
0
Ananda
hhhhh
2022-10-31
1
Ananda
🤣🤣🤣🤣
2022-10-30
0