"Wahh,,, ini kafe kakak.?" Sisil terlihat antusias begitu Nicho memarkirkan mobilnya di depan kafe. Dia sampai kembali menanyakan perihal kepemilikan kafe itu meski Nicho sudah memberitahukannya. Sisil hanya heran saja, karna jarang anak muda seusia Nicho sudah menjalani bisnis yang dibilang membutuhkan modal cukup besar. Dan jarang juga yang mau bersusah patah untuk usaha sendiri. Dari penilaian Sisil, dia sangat yakin kalau Nicho berasal dari keluarga berada yang biasa hidup mewah. Tapi Nicho terlihat pekerja keras dengan membuka usaha sendiri.
Memilih tidak menanggapi pertanyaan Sisil, Nicho segera turun dari mobil. Sisil yang merasa di abaikan oleh Nicho hanya bisa melirik malas dan ikut turun. Sepertinya dia harus memiliki kesabaran yang luas selama berada di samping es balok itu.
Nicho menggandeng tangan Sisil. Harusnya seseorang akan sangat senang jika tangannya di gandeng oleh laki - laki yang begitu mirip dengan idolanya, tapi berdebda dengan Sisil, dia terlihat mendengus kesal karna Nicho menggandengnya dengan setengah menyeret. Langkah Nicho terlalu lebar untuk Sisil, hingga membuatnya harus berjalan cepat.
"Kenapa nggak sekalian lari aja kak.?! Itung - itung olah raga di siang bolong,,," Sindir Sisil dengan wajah jutek, tapi suaranya tetap khas, terdengar lucu.
Nicho melirik Sisil, wajah jutek Sisil di bumbui dengan nafasnya yang tersenggal.
"Makanya kalau jalan jangan lelet,,," Cibir Nicho. Sisil hanya bisa mendengus kesal. Tapi meski menyalahkan Sisil, Nicho langsung memelankan langkahnya hingga membuat Sisil bisa berjalan imbang di sampingnya.
Begitu masuk ke dalam kafe, beberapa pasang mata langsung tertuju pada. Nicho hanya menatap cuek para pengunjung wanita yang menatapnya seperti mangsa besar. Di antara mereka bahkan sampai ada yang terpesona hingga mulutnya menganga.
Sisil menatap jengah ke arah mereka. Dia terlihat kesal melihat reaksi para wanita yang menurutnya berlebihan saat menatap Nicho. Walaupun Sisil juga tidak memungkiri kalau dirinya juga seperti itu saat pertama kali bertemu dengan Nicho. Merasa antara percaya dan tidak percaya karna bisa bertemu dengan laki - laki tampan yang sangat mirip dengan idola yang dia gilai selama ini.
Dan begitu bisa dekat dengan Nicho seperti saat ini, sudah pasti dia sangat bahagia dengan perasaan yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata - kata.
Nicho terus menggandeng Sisil memasuki kafe, melewati area yang hanya di perbolehkan untuk pegawai.
"Kita mau kemana kak.?" Tanya Sisil heran.
"Aku pikir kakak mau ngasih makan siang gratis,,," Sisil menyengir kuda saat Nicho menatap ke arahnya.
"Setujui dulu kerja sama kita, baru boleh makan gratis.!" Ujar Nicho datar, dia mengetuk kening Sisil dengan jari telunjuknya. Yang di ketuk langsung berteriak kecil dan melotot.
Lucu juga anak itu, Nicho jadi merasa punya hiburan di tengah - tengah hatinya yang sedang kacau.
Selain mau menuruti apa yang di perintahkan, Sisil juga terlihat pasrah saja di perlakukan jahil olehnya, bahkan tidak marah sedikitpun. Kalaupun marah, hanya bertahan beberapa menit saja.
"Kerja sama apa.? Kakak mau nyuruh aku bekerja disini.?"
"Jadi apa.? Asisten manajer.? Atau asisten kakak.?" Mata Sisil berbinar saat menanyakan pertanyaan terakhir. Sepertinya dia tidak akan menolak jika harus bekerja dengan Nicho dan menghabiskan banyak waktu dengannya.
"Berisik,,,!" Nicho membungkam mulut Sisil dengan telapak tangannya. Mulut anak ini memang tidak pernah bisa diam. Ada saja yang keluar dari mulutnya.
Nicho membawa Sisil ke dalam ruang kerjanya. Di sana Revan yang sibuk dengan laptopnya. Mendengar pintu di buka, laki - laki itu langsung mengarahkan pandangannya. Dia melongo melihat Nicho menggandeng wanita cantik.
"Wahh,,, gila lu Nich.! Jadi bener lu putus cinta.? Pantesan dari kemaren ngamuk - ngamuk terus.!" Cibir Revan.
"Sekarang malah udah dapet gebetan baru,, hebat banget lu.!" Godanya.
Nicho langsung melepaskan gandengan tangannya. Dia memberikan tatapan tajam pada Revan. Nicho terlihat tidak suka Revan membahas tentang hubungan percintaannya yang baru kandas.
"Duduk di sana,,," Pinta Nicho pada Sisil. Dia menunjuk kursi yang ada di depan meja kerjanya. Sisil mengangguk dan duduk di kursi yang di tunjuk oleh Nicho.
"kontrak kerja samanya sudah jadi.?!" Tanya Nicho tegas. Dia menghampiri meja kerja Revan dan duduk didepannya.
"Siapa cewe itu.?" Ujar Revan sedikit berbisik. Dia terus mengarahkan pandangannya ke arah Sisil. Wanita cantik itu berhasil menarik perhatiannya.
Sisil melempar senyum canggung karna terus di tatap oleh Revan.
"Nggak usah banyak tanya.!" Sahut Nicho ketus.
"Buaran mana kertasnya.?!" Nicho terlihat tidak sabaran.
"Ini baru kelar, gue print dulu,,," Jawaban Revan membuat Nicho terlihat kesal, pasalnya dia sudah menyuruh Revan membuatnya sejak tadi pagi.
"Tadi ngurus yang lain, ada sedikit kendala di dapur. Sabar jangan emosi,,," Ujarnya lagi. Revan seakan sudah bisa membaca situasi, dia memilih untuk memberikan penjelasan lebih dulu sebelum mendapatkan amukan dari Nicho.
"Banyak alasan kamu.!" Cibir Nicho kesal. Dia beranjak dari duduknya dan pindah ke meja kerjanya sendiri. Sisil tersenyum melihat kedatangan Nicho yang kemudian duduk di hadapannya.
"Kakak mau nyuruh aku ngapain disini.? Aku tuh bingung, dari tadi cuma di suruh ikut kakak tapi nggak jelasin mau ngapain. Cuma bilang mau kerja sama aja. Kerja sama apa memangnya.?"
Sisil melipat kedua tangannya di atas meja, dia seperti murid teladan yang sudah siap mendengarkan penjelasan dari gurunya. Wajahnya juga terlihat serius menatap Nicho.
"Kamu punya berapa macam resep yang bisa di jadikan untuk dessert.?" Pertanyaan Nicho langsung membuat dahi Sisil mengkerut. Dia terlihat semakin bingung.
Nicho berdecak kesal. Dia yang tidak menjelaskan dengan baik, tapi justru merasa kesal karna Sisil terlihat kebingungan.
"Aku akan memakai beberapa resep dessert yang kamu punya."
"Kita buat kontrak kerja sama. Selama 3 bulan pertama akan memakai resep dari kamu, kita lihat perkembangan penjualannya seperti apa."
"Kalau semakin meningkat, aku akan membeli resep milik kamu dan kamu tidak boleh menjual resep itu kepada siapapun.!"
Nicho menjelaskan dengan seksama. Menjelaskan nya dengan rinci dan intonasi yang pelan agar bisa di mengerti oleh Sisil. Namun Sisil justru tidak fokus mendengarkannya, dia hanya bisa melongo menyapa wajah Nicho yang terlihat semakin tampan saat sedang berbicara serius.
"Bagaimana.? Kamu setuju bukan.?" Tanya Nicho. Sejak tadi dia menunggu respon dari Sisil, tapi anak itu hanya diam saja.
"Hah.?" Ujar Sisil dengan wajah bengongnya.
"Iya iya,,, aku setuju." Ujarnya lagi setelah otaknya benar - benar mencerna ucapan Nicho.
"Jadi kakak mau memakai resepku.? Kenapa nggak bilang dari awal, bikin penasaran aja." Gumamnya.
"Pakai saja kalau kakak mau, nggak perlu harus ada kerja sama. Aku bisa kasih resep sebanyak yang kakak mau,,," Sisil melempar senyum tulus pada Nicho.
"Membangun usaha itu harus pakai modal.! Tidak bisa meminta resep secara cuma - cuma." Ujar Nicho tegas. Dia bisa menggunakan resep yang tersebar di internet dan beberapa media sosial dengan memodifikasinya sedikit , tapi tidak dengan meminta langsung pada orang secara cuma - cuma. Ada harga yang harus di bayar untuk itu.
"Ini kontraknya,,," Revan menyodorkan selembar kertas yang di masukan kedalam map hitam. Nicho langsung mengambilnya.
"Jadi dia yang punya resep dessert.?" Tanya Revan. Nicho mengangguk cepat.
"Pantesan kamu muji - muji makanannya, yang bikin aja cantik kayak gini,,," Revan melempar senyum menawan pada Sisil. Senyum yang selalu dia gunakan untuk menarik lawan jenis.
"Banyak bac*t lu.!" Ketus Nicho.
"Sana balik ke meja lu.!" Nicho memukul lengan Revan dengan map yang dia pegang. Keduanya saling melotot hingga membuat Sisil menggeleng keheranan. Tingkah mereka benar - benar aneh. Sejak tadi mereka terus berdebat dan saling mencibir, padahal mereka berkerja bersama.
"Iye iye,,,! Kalo udah berduaan sama yang bening nggak mau di ganggu." Protes Revan sembari beranjak dari sana.
"Kamu hati - hati deket sama Nicho, dia kalo ngamuk nyeremin.!" Teriak Revan dari meja kerjanya.
"Berisik banget lu,,,!!" Nicho melempar bolpoin ke arah Revan, yang langsung di tepis olehnya.
Sisil hanya tersenyum tipis dengan gelengan kepala.
...*****...
...Vote vote vote 🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
☠⏤͟͟͞R🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜
Revan aja bilang cantek kan Nich
2024-12-04
0
Telik sandi Megantara
aku blm liat sisi vaik nicho
2023-04-12
2
Airen Tan
ngg ada mani manisnya di nicho
2022-05-07
0