Sisil menghentikan langkahnya. Dia melihat Dave yang saat ini sedang berdiri dan bersender di pintu apartemen. Sisil mendengus kesal. Laki - laki itu masih berani muncul di hadapannya setelah apa yang akan dia perbuat kemarin malam.
Sisil sudah memblokir nomornya sejak tadi pagi karna Dave terus menerornya sepanjang waktu. Menelfonnya puluhan kali dan mengirimkan pesan beruntun. Sisil bisa memastikan kalau saat ini Dave sudah marah besar padanya karna telah mengirimkan bukti rekaman CCTV kepada kedua orang tua Dave, juga orang tuanya. Dan hubungan keduanya resmi di akhiri oleh pihak orang tua Sisil yang tidak terima atas perlakuan buruk Dave.
Sisil menarik nafas dalam, kemudian kembali melangkahkan kaki untuk mendekati Dave. Dia ingin menyelesaikan urusannya dengan Dave detik ini juga. Lepas dari Dave adalah keinginannya sejak dulu.
"Dari mana saja kamu.?!" Sisil langsung di todong pertanyaan begitu Dave melihatnya.
"Kenapa memblokir nomorku.?!" Dave menggenggam pergelangan tangan Sisil, namun langsung di tepis kasar oleh Sisil.
"Kamu itu bicara seolah kita masih memiliki hubungan Dave.!" Ujar Sisil sinis.
"Apa aku juga perlu mengatakan langsung di depan kamu.?"
"Bukannya aunty dan uncle udah ngasih tau kamu."
"Hubungan kita udah berakhir Dave.!" Tegas Sisil.
"Kita nggak punya hubungan apapun lagi sekarang.!" Tambahnya lagi penuh penekanan.
Dave terlihat mengepalkan kedua tangannya. Amarahnya terlihat sudah memuncak. Dia tidak terima dengan perkataan Sisil.
"Nggak usah munafik kamu.?!" Bentak Dave dengan wajah yang memerah.
"Kamu kirim rekaman CCTV buat melindungi diri.? Yakin kalau sampai saat ini kamu masih peraw*n.?!" Ujarnya sinis dengan senyum yang terlihat merendahkan.
Kini Sisil yang mengepalkan kedua tangannya. Ucapan Dave berhasil mengiris hatinya. Matanya bahkan sudah mulai berkaca - kaca menahan tangis. Tatapan Dave juga seperti melihat sosok perempuan murahan di depan matanya.
"Kamu itu sok jual mahal.! Selalu nolak kalau mau aku cium.!" Dave semakin bicara dengan nada yang terdengar sinis dan mencibir.
"Bisa saja sebelum kita pacaran kamu sudah sering berhubungan **** dan berciuman dengan banyak laki - laki. Tapi bersikap seolah belum pernah melakukan apapun."
Kepalan tangan Sisil semakin kuat. Rasanya ingin menghancurkan wajah laki - laki brengs*k di hadapannya itu. Laki - laki yang selama ini ternyata memiliki kepribadian ganda dan bermuka dua. Dia seperti penjahat kela min dan psiko pat.
"Udah selesai.?!!" Bentak Sisil. Dave tersenyum mengejek.
"Pergi dan jangan pernah muncul lagi di hadapanku.!" Suara Sisil mulai bergetar. Sejak tagihan dia berusaha menahan diri untuk tidak menangis, namun ucapan Dave terlalu menusuk hatinya. Ini adalah hinaan terburuk yang pernah dia terima seumur hidupnya. Hinaan yang di lakukan oleh laki - laki yang seharusnya akan menjadi suaminya. Sisil merasa bersyukur karna bisa lepas dari laki - laki brengs*k seperti Dave.
"Hahaha,,,," Suara tawa Dave terdengar menakutkan, bahkan sampai membuat bulu kuduk Sisil meremang. Seperti ada niat jahat di dalamnya.
"Pergi begitu saja setelah kita menjalin hubungan hampir 2 tahun.? Apa kamu gila.?" Ujarnya mengejek.
"Kita belum tidur bersama, kenapa aku harus pergi.?" Soroti mata Dave berubah. Ada kabut gairah yang menyelimutinya saat menatap Sisil dari ujung kaki hingga kepala.
"Tutup mulut kamu Dave.!!" Sisil sudah berurai air mata. Dia di hina dan dilecehkan terang - terang oleh Dave.
"Pergi dari hadapanku, aku mohon,,," Ujar Sisil memelas. Dia mengatupkan kedua tangannya, meminta Dave untuk pergi.
"2 tahun untuk 1 kali hubungan ****, bagaimana.?" Tawar Dave.
"Aku pastikan akan pergi dari kehidupanmu setelah ini,,"
"Jangan mimpi.!!" Bentak Sisil.
"Mimpi.?" Dave mengulang ucapan Sisil, lalu tersenyum sinis.
"Aku bisa mendapatkan apapun yang aku inginkan.!" Ujarnya bangga.
Dave langsung merampas tas Sisil, merogoh access card apartemen Sisil.
"Dave.! Jangan gila.!" Sisil berusaha mengambil access card yang ada di tangan Dave.
"Inget Dave, aku bisa laporin kamu ke polisi dengan rekaman CCTV itu.!" Sisil menunjuk cctv, namun Dave tidak menghiraukannya dan membuka pintu apartemen Sisil.
"Cctv itu mati,,," Ujarnya kemudian tertawa.
"Ayo masuk.!" Dave menyeret Sisil dengan menarik tangannya.
"Lepasin Dave.!! Aku nggak mau.!!"
"Siapapun tolong,,,,!!!" Sisil berteriak sekuat tenaga. Dia sudah tau bahwa di lantai apartemennya sangat sepi, terlebih di jari minggu seperti ini, sudah di pastikan semua penghuni di lantai itu tidak ada di dalam.
"Bugghhhh,,,,!!!"
Tinjuan keras mendarat di wajah Dave hingga membuatnya tersungkur ke lantai.
Sisil berteriak dengan kedua mata yang terpejam.
"Baj*ngan.! Berani sekali mencampuri urusanku lagi.?!" Pekik Dave sembari berdiri.
Sisil membuka mata, menoleh ke belakang untuk melihat seseorang yang baru saja meninju Dave.
"Kak Nicho,,," Sisil mendekat dan bersembunyi di balik punggung Nicho, kedua tangannya mencengkram kuat jaket Nicho.
"Aku bisa mematahkan milikmu kalau mau.!" Nicho berjalan mendekati Dave, membuat Sisil juga ikut berjalan maju.
"Jangan berkelahi kak, aku mohon,," Pinta Sisil dengan suara yang bergetar karna takut.
"Kamu pikir aku takut.?!" Tantang Dave, dia juga ikut maju.
Nicho mencengkram kerah baju Dave dan kembali menghujamkan tinjuan di wajah dan perutnya dengan gerakan cepat tanpa bisa di cegah oleh Dave. Laki - laki itu kembali tersungkur dengan sudut bibir yang mengeluarkan darah.
"Brengs*k.!! Urusan kita belum selesai.!" Dave berdiri dan keluar dari apartemen Sisil.
"Makasih kak,,," Ucap Sisil lirih. Dia menundukkan wajah untuk menghapus air matanya.
"Kamu itu harusnya nggak tinggal disini sendirian.! Apa kamu nggak takut dia datang lagi untuk ketiga kalinya.?!" Nicho terlihat geram sendiri. Geram pada Sisil karna masih nekat tinggal di apartemen seorang diri setelah Dave berusaha untuk memperk*sanya.
"Memangnya harus tinggal dimana lagi.? Mommy sama Daddy masih tinggal di Korea, kalaupun kembali ke Indo, rumah kami ada di Surabaya." Kini Sisil sudah berani mengangkat wajahnya untuk menatap Nicho.
"Apa mereka belum tau kalau laki - laki itu,,,
"Aku udah kirim rekaman CCTV ke Mom sama Dad." Ujar Sisil memotong ucapan Nicho.
Nicho hanya menghela nafas.
"Kamu bisa tinggal di pondok indah, bukannya itu rumah tantemu.?!"
Sisil mengangguk.
"Tapi aku nggak mau merepotkan mereka. Lagipula aku sudah tinggal disni hampir 3 tahun seorang diri." Tutur Sisil.
"Kamu nggak mau merepotkan mereka.?! Tapi kamu selalu merepotkanku.!!" Ketus Nicho.
"Jangan harap aku akan menolongmu lagi.!" Geramnya kesal, lalu beranjak dari hadapan Sisil.
"Maaf, aku janji ini yang terakhir kalinya.!!" Teriak Sisil.
Nicho hanya menoleh sekilas dengan tatapan datar sebelum keluar dari apartemen Sisil.
Rasanya ingin tertawa setelah mengetahui bahwa Sisil memiliki hubungan keluarga dengan laki - laki yang sudah meniduri Fely.
Suatu kebetulan yang sangat menarik, bertetangga dengannya dan selalu terlibat masalah dengannya.
Sisil menghela nafas pelan. Dia segera menutup pintu dan menguncinya. Apartemennya sudah tidak aman karna Dave masih terus mengincarnya. Tapi sudah terlalu nyaman tinggal disini dan tidak berniat untuk pindah. Terlebih saat ini ada Nicho yang mampu memberikan semangat baru setiap kali melihatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Markonah
Udh tahu pernah mo di lecehin Dave anjing kok msh blm jera sisilnya, ga Langsung kabur..
Apartemen itu Kan bkn di hutan?
Cctv mati, kok bisa?, emg Dia yg punya apartemen?
2025-01-22
0
☠⏤͟͟͞R🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜
Laporin aja sm managemen apartemen
2024-11-27
0
devaloka
kan apart harusnya bisa lapor satpam dong, biar gak bisa masuk
2024-01-18
0