Happy reading guys..
****
🌟Masih sambungan flashback🌟
Mama Regan masuk kedalam kamar Regan, bersama dengan Clara.
"Re, kenapa tidak kau ajak Clara masuk kedalam kamar mu ?" tanya mamanya.
"Re, ada kerjaan maa..!" kata Regan.
"Lagi pula, rumah kita tidak begitu besar. Dia tidak akan kesasar ." sambung Regan.
"Re, jangan galak-galak dengan Clara ya. Awas ya kalau Clara nangis dan tidak betah tinggal disini ." kata mamanya.
"Iya maa ."
"Mama keluar ya ." mama Regan menepuk pundak Clara sebelum keluar dari dalam kamar Regan.
Begitu mama Regan keluar, Clara masih berdiri. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Regan yang tidak mendengar ada suara pergerakan dari Clara, menoleh dan melihat Clara masih berdiri ditempatnya tadi .
"Kenapa kau terus berdiri disitu, kalau kau ingin aku membantumu untuk membawakan koper mu itu. Maafkan aku, aku ini orang yang cacat. Untuk melakukan apapun juga butuh bantuan orang ," kata Regan.
"Maaf kak Regan ." Clara mengangkat kopernya, tapi dia kebingungan kemana harus pergi.
"Itu walk in closet, susun baju mu dilemari ujung ," kata Regan.
Dengan cepat Clara membawa kopernya ketempat yang ditunjuk Oleh Regan.
Selesai menyusun bajunya, Clara Keluar dari walk in closet.
"Sini ." Regan memanggil Clara, dan menyuruhnya untuk duduk di sofa didekat meja kerjanya.
"Iya kak ." Clara berjalan menuju sofa dan duduk, Clara meremas-remas tangannya. Dia gugup, karena mata Regan menatapnya.
"Kenapa kau gugup, aku tidak akan memakanmu. Aku ini hanya laki-laki cacat, yang tidak berguna."
Perasaan hati Clara seperti tertusuk jarum, perih mendengar. Regan menyebutkan dirinya sendiri sebagai orang yang cacat. Mengenai kelumpuhannya.
"Kau pasti sudah mendengar dari mamaku, kenapa aku begini. Dan kenapa kau harus menjadi pengantinku, aku tidak tahu kenapa kau mau menikah dengan ku. Kalau demi harta, tidak mungkin. Karena kau juga bukan dari keluarga yang tidak mampu ," kata Regan sembari menatap wajah Clara.
"Kenapa kau mau menikah dengan orang cacat seperti aku ?"
Clara menundukkan kepalanya.
"Jawablah, aku bukan pemarah. Kenapa kau mau menikah dengan orang yang cacat seperti aku ini ?"
Clara mengangkat wajahnya, dan melihat Regan.
"Apa Yang harus kukatakan ?" monolog dalam benaknya Clara.
"Kalau aku bilang cinta, pasti ia tidak akan percaya ." suara batin Clara.
"Katakan saja, ia mau percaya atau tidak terserah ." batin Clara.
"Aku jatuh cinta dengan kak Regan, aku sering lihat kak Regan di televisi !" ujar Clara dengan cepat.
"Hahahaha..!" Regan tertawa.
"Kau jatuh cinta? kau melihat aku di televisi ?"
Clara menganggukkan kepalanya.
"Dimana kau bertemu dengan mama ?" selidik Regan.
"Di restoran, mama dan papa sering makan di restoran."
"Betul kata mama, kak Regan pasti bertanya tentang perkenalan ku dengan mama dan papa. Untung sudah membuat jawaban atas pertanyaan kak Regan ." dalam benaknya Clara.
"Berapa umur mu, aku tidak bertanya sebelum ini kepada mama dan papa ," kata Regan.
"18 mau 19 kak ," jawab Clara.
"kau sangat muda, kau tahu aku 27 tahun. Sungguh malang nasibmu menikah dengan orang cacat dan sudah tua lagi." tertawa miris Regan..
"Yah.. sudahlah, bagaimana pun kita sudah menikah. Welcome dikamar orang cacat ini dan telah Sudi menjadi istri dari orang cacat ini !" seru Regan, dan memutar kursi rodanya. Meninggalkan Clara dengan perasaan yang sedih.
"Maafkan kak Carlo, ini semua karena balapan itu. Kalau aku tidak memanas-manasi kak Carlo, kak Carlo pasti tidak mau ikut balapan dijalan raya ."
Perasaan Clara sedih, karena kenakalan mereka. Ada orang yang ikut celaka.
🌟 Flashback end🌟
"Ah.. kenapa aku harus mengingatnya, rumah ini. Kamar ini masih terasa ada bayangmu Clara..!"
Mata Regan lama-kelamaan menjadi redup dan akhirnya ia masuk kedalam mimpi.
****
Rencana untuk melihat rumah yang ingin mereka sewa terpaksa dibatalkan, karena tiba-tiba hujan deras datang. Sehingga untuk keluar dari dalam rumah, sangat sulit untuk dilakukan. Karena jalanan tergenang air yang tinggi.
Randhi dan Rhiana duduk didalam kamar mereka, sambil memperhatikan hujan. Rhiana berkata kepada kakak kembarnya Randhi.
"Kak, apakah kita punya Papa ?" tanya Rhiana sambil menatap keluar jendela kamarnya.
"Ya jelaslah, kalau kita tidak punya papa apa kita diambil dari jalanan !"
"Kak, kalau kita punya papa. Kemana dia ?" mata Rhiana menatap Randhi.
"Mungkin dia sudah meninggal seperti papa Om Poltak," kata Randhi.
"Mungkin juga ya, tapi kenapa tidak ada gambar papa dirumah ini ?" tanya Rhiana lagi.
"Mana kakak tahu, tanya pada mana atau bunda. Atau mungkin papa kita sangat jelek, sehingga jika digantung di dinding akan menakutkan ," ujar Randhi.
Rhiana pergi keluar dari kamarnya, untuk mencari Bunda.
"Bunda, mama mana ?" tanya Rhiana.
"Mama pergi sebentar ," Sahut Jelita.
"Kemana ? hujan begini ?" Rhiana berjalan menuju pintu keluar, dan melihat curah air hujan masih deras. Walaupun tidak sederas tadi.
"Rhiana, jangan didepan pintu. Nanti ada petir kaget !" ingatkan Jelita.
Rhiana menyingkir dari depan pintu, dan menutup pintu dengan rapat.
Pintu terbuka dari luar, dengan kemunculan Diana dengan memakai jas hujan.
"Mama !"
Rhiana berlari menghampiri mamanya.
"Mama main hujan ? kenapa tidak ngajak kami juga maa ." ujar Rhiana.
"Mama tidak main hujan, mama tadi ke bengkel Om Poltak. Mama disuruh Om Poltak melihat keadaan bengkelnya," kata mamanya.
"Hih.. dingin, rasakan tangan mama ini. Dinginkan ."
"Iya maa dingin, seperti tangan mama baru megang es ." kata Rhiana.
"Mama mandi dulu ya, kakak mana ?"
"Kakak dikamar maa ."
Diana masuk kedalam kamar, dari belakang Rhiana mengikutinya.
Diana melihatnya sekilas, Diana merasa bahwa Rhiana ingin bertanya sesuatu.
Begitu selesai mandi, dan keluar dari dalam kamar. Rhiana masih berada dalam kamar, duduk menghadap jendela.
"Rhi, ada apa ?" Diana memeluk Rhiana.
"Maa, apa mama punya gambar papa ?"
Deg..
Jantung Diana seperti berhenti berdetak, saat mendengar perkataan Rhiana.
"Kenapa Rhiana tanyakan ?" tanya Diana.
"Papanya Silvia sudah meninggal maa, tapi ia ada gambar papanya dirumahnya maa. Gambar papa Rhiana mana maa ?"
"Oh Tuhan, ini yang kutakutkan. Pertanyaan ini suatu hari pasti akan keluar dari mulut kedua anak ini."
Diana menghela napasnya, ia bingung. Apa yang ingin dikatakannya kepada Rhiana.
"Rhi, sebelum pindah kesini. Kalian itu masih bayi yang imut sekali, rumah kita kebakaran. Dan semua harta benda kita tidak ada yang bisa diselamatkan, termasuk gambar papa kalian ," kata Diana.
"Maafkan mama Rhiana, mama tidak bisa mengatakan mengenai keberadaan papa kalian. Mama takut , papa kalian tidak mau menerima anak yang ibunya dan saudaranya telah menyebabkannya kehilangan calon isterinya ." batin Clara.
"Habis semua maa ?"
"Iya, maafkan mama ya ." Diana memeluk Rhiana dan mengecup rambut Rhiana.
"Maa, kenapa Randhi tidak dipeluk ?"
"Sini ." Diana meraih Randhi dan memeluknya.
*
*
*
🌟 Bersambung🌟
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
susi 2020
🤔🤔😍😎
2023-05-02
0
susi 2020
🤭🤭😔
2023-05-02
0
Rain Hikmah
kasian si kembarnya!!!
2021-10-01
9