Jumpa lagi dengan cerita Randhi dan Rhiana.
***
Regan pulang ke apartemennya, sejak Clara pergi meninggalkan rumah. Regan tidak pernah kembali kerumahnya, kenangan dan bayang-bayang Clara berada dirumah tersebut.
Cklek..
Regan masuk kedalam kamarnya, dan kemudian masuk kedalam kamar mandi. Setelah dari dalam kamar mandi, Regan membaringkan tubuhnya. Matanya menerawang menatap jauh.
"Dimana kau Clara ." gumamnya.
Regan teringat, saat pertama kali papa dan mamanya membicarakan tentang pernikahannya yang gagal dilaksanakan. Karena Amara meninggal.
🌟Flashback🌟
Regan sedang berada didalam kamarnya, walaupun ia masih berada dikursi roda. Regan masih tetap memantau perusahaannya yang bergerak di bidang hiburan.
Regan mendirikan stasiun televisi, yang cukup terkenal.
Tok..tok..
"Re, bisa kami masuk ?" terdengar suara papanya dibarengi dengan suara ketukan.
"Masuk !" ucap Regan, dan tidak melihat kearah papa dan mamanya.
"Re, ada yang ingin papa dan mama katakan " kata papa.
"Hentikan dulu kerjanya Re ," ujar mamanya, karena melihat Regan terus menatap laptopnya. Dan mengabaikan keberadaan mama dan papanya.
"Ada apa ?" tanya Regan dan menutup laptopnya.
Regan memutar kursi rodanya, menjadi menghadap mama dan papanya.
"Ini mengenai rencana pernikahan mu !"
Regan menatap wajah keduanya.
"Apa mama dan papa lupa, Tunangan Re. Amara sudah tidak ada !"
"Kami tidak lupa Re " kata mamanya.
"Kalau tidak lupa, kenapa mama dan papa mengungkit-ungkit pernikahan yang tidak jadi tersebut ."
"Kami bermaksud, meneruskan rencana pernikahan itu ," kata papanya.
Regan kaget mendengar ucapan papa.
"Apa, Amara sudah tidak ada paa. Dengan siapa Re menikah ?"
"Kami sudah menemukan gadis, pernikahan itu tetap bisa dilaksanakan. Re, pernikahan itu harus tetap dilakukan. Undangan sudah kita sebarkan, rekan-rekan bisnis kita sudah mengetahui bahwa perhelatan besar dalam keluarga besar Airlangga ." cerita papa.
"Tidak ! Re tidak ingin menikah, Re tidak mau menikah dengan gadis lain. Di hati ini hanya ada nama Amara tidak ada yang lain !" Regan hampir berteriak berkata kepada kedua orangtuanya.
"Re, jika kau tidak menikah. Saham kita akan terjun bebas, dikira rekan bisnis kita. Kau itu bermasalah, karena gagal menikah. Apalagi meninggalkannya Amara tidak di publikasikan !" balas papanya dengan suara yang keras.
"Re, dunia bisnis sangat kejam. Kita terkadang tidak tahu lawan dan kawan ."
"Paa, sabar ." ingatkan istrinya, melihat wajah papa Regan yang memerah.
"Mau tidak mau, kau tetap menikah ditanggal yang sudah ditetapkan ." papanya terus keluar, tinggal mamanya yang masih berada didalam kamar putranya.
"Re, turutin permintaan papa mu. Ini juga untuk kebaikan kita juga, terlebih lagi kebaikan mu juga Re. Apa kau mau usaha yang papamu bangun hancur seketika, akibat scandal pernikahan mu yang batal ."
"Pikirkan Re ." kemudian mamanya keluar, didepan pintu. Mamanya memutar langkahnya.
"Istirahatlah Re, besok kau kerumah sakit kan ." pintu kamarnya, ditutup mamanya.
"Amara, apa yang harus kulakukan ?" Regan mengambil Amara yang terletak diatas meja kerjanya.
🌟**Flashback end 🌟
****
Suara ribut terdengar dari depan pintu kamar Diana, suara ribut berasal dari suara Randhi dan Rhiana yang berebut untuk mandi. Keduanya tidak ada yang ingin mengalah.
"Kak Randhi, Rhiana dulu yang mandi !" seru Rhiana dengan memegang handle pintu.
"Nggak Randhi dulu, yang lahir dulu Randhi. Bukan Rhiana, jadinya Rhiana harus mengalah. Harus sesuai dengan waktu lahir ," kata Randhi.
"Nggak ! Rhiana dulu !" tangan mungil Rhiana menarik Randhi untuk menyingkir dari depan pintu kamar mandi.
Setelah Randhi tergeser, Rhiana langsung masuk dan menguncinya.
"Rhiana, kau curang !" seru Randhi, tetapi Rhiana tidak menanggapinya.
Bug..bug..
Suara kaki Randhi menendang pintu.
"Randhi, jebol nanti pintunya ." Diana membuka pintu kamarnya, untuk melerai keributan yang terjadi antara dua anak kembarnya.
"Maa, Rhiana curang !" adu Randhi kepada mamanya.
"Ngalah dengan adik kak ." Diana menarik tangan Randhi untuk menjauh dari kamar mandi.
Diana membawa Randhi untuk duduk diteras belakang.
"Duduk kak ."
"Sama saudara harus saling mengalah kak, apalagi dengan adik ," kata Diana.
"Masa harus Randhi terus yang mengalah, Rhiana juga harus ," ujar Randhi.
"Tahu nggak, anak yang mau mengalah dan tidak mau menang sendiri. Itu tandanya anak itu anak yang istimewa " kata Diana kepada Randhi yang sedikit keras kepala, berbeda dengan Rhiana yang pendiam. Tetapi penurut.
"Randhi anak istimewa maa ?' mata kecilnya menunggu jawaban mamanya.
"Iya, itu juga kalau Randhi tidak selalu bertengkar dengan Rhiana ."
"Oke, Randhi tidak akan bertengkar dengan Rhiana ," kata Randhi.
"Janji ," tanya mamanya.
"Janji !" seru Randhi.
"Kakak, sebentar lagi ulang tahun. Kakak mau apa ?" tanya Diana .
"Hemhh..!" Randhi mengelus dagunya sembari berpikir.
"Randhi belum tahu maa, tapi apa mama punya uang ?"
"Anak mama." Diana memeluk Randhi dan terlihat mata Diana berembun.
"Ada, mama ada uang ," ujar mamanya.
"Sudah sana mandi, Rhiana sudah selesai tuh..." Diana melihat Rhiana menjemur handuknya.
Sepeninggal Randhi, Diana mengelap setitik air mata yang hampir jatuh tadi. Sebelum anak-anaknya dan Mbak Jelita melihatnya.
"Di, ini ada bubur jagung ," Jelita meletakkan mangkok bubur jagung di meja depan Diana.
"Buat, apa beli mbak ?" tanya Diana, dan menyuap sesendok bubur jagung kedalam mulutnya.
"Beli, tadi dipasar," kata Jelita.
"Enak Mbak, tidak terlalu manis. Pas di lidah " kata Diana.
"Iya, banyak yang beli ," kata Jelita dan memakan Bubur jagung bagiannya.
"Anak-anak sudah makan mbak ?"
"Rhiana lagi sarapan, Randhi masih berada dalam kamar mandi ."
"Mereka ribut lagi tadi mbak."
"Rebutan kamar mandi lagi ." tebak Jelita.
"Iya " jawab Diana.
"Apa kita sewa rumah sedikit lebih besar mbak ?" tanya Diana.
"Bagaimana ya, bagus juga sih ! kita sewa rumah toko saja Di. Biar kita bisa jualan ," kata Jelita.
"Jual apa mbak ?" tanya Diana.
"Bagaimana kalau kita jual makanan, kita cari rumah didekat sekolahan saja ," kata Jelita.
"Kalau ada waktu, nanti Di cari ," kata Diana.
"Nanti mbak juga cari, waktu kepasar. Mungkin saja ada orang pasar tahu, ada rumah toko disewakan ," kata Jelita.
***
Tik..nong...
Ting..nong..
Tidur Regan terganggu, dengan suara bell apartemennya.
"Aargh..siapa yang menganggu dihari libur begini !" gerutunya, sambil melangkah untuk melihat siapa yang menganggu tidurnya.
Richard mengintip dari balik lubang kecil yang ada di pintu.
"Mama ."
Regan membuka pintu, dan melihat wajah mamanya yang cemberut.
"Lama sekali buka pintu, apa ada perempuan di apartemen mu ini ?" mamanya langsung masuk menuju Kekamar putranya.
"Mama !" seru Regan, yang tidak terima dibilang membawa perempuan kedalam apartemennya.
Mamanya langsung nyelonong melihat kedalam kamar, tidak puas disitu saja. Mamanya juga melihat kamar mandi, walk in closet. Dan bawah ranjang anaknya.
"Mama cari juga, tidak akan ada wanita di apartemen ini. Hanya mama wanita yang pernah masuk kedalam apartemen ," kata Regan.
**Bersambung..
Slow update..
Super update, tunggu Aisha dan Om Richard tamat tidak lama lagi**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
susi 2020
🙄🙄🙄
2023-05-02
0
susi 2020
😎😎😎😔😔
2023-05-02
0
Susi Susilawati
msh memahami cerita nya
2021-08-13
3