"Siapa kau?" Ucap Darren sambil bersiaga.
"Nama ku Taiji Kuroba. Petarung terbaik kerajaan Erobernesia," Jawab Taiji sambil berjalan ke arah Darren.
"Lalu, apa urusan mu di sini?" Balas Darren.
"Tentu saja untuk menangkap mu," Ucap Taiji yang kemudian mengeluarkan pedangnya. "Jika kau menyerah sekarang, maka kau tidak perlu merasakan sakitnya tabasan pedang ku ini."
"Maaf, sayangnya aku menolak," Ucap Darren dengan percaya diri. "Aku menolak untuk ditangkap, dan menolak untuk kalah."
"Ho... ho... jadi begitu," Balas Taiji sambil meluruskan pedangnya. "Kalau begitu, bersiaplah untuk merasakan sakitnya tebasan pedangku ini."
Taiji segera menyerang dengan cepat tanpa basa-basi. Darren bahkan sedikit terkejut dengan kecepatannya.
"C-cepat sekali. Kecepatannya setara dengan kecepatan suara. Akan sulit bagi ku untuk mengimbanginya."
Stab! Stab! Stab! Sebelum Darren menyadarinya, beberapa bagian tubuhnya sudah terluka. Ia merasa kesakitan dan berusaha untuk menyembuhkan diri, tapi sekarang bukanlah saat yang tepat.
"Jika aku menggunakan heal sekarang, maka ia bisa saja menyerang ku selagi aku sibuk menyembuhkan diri. Lebih baik aku menahan sakitnya untuk sementara."
"Bagaimana, kau bisa merasakannya?" Ucap Taiji sambil terus-terusan bergerak ke sana ke sini. "Kecepatan ku ini setara dengan kecepatan suara. Tidak mungkin kau bisa membaca pergerakan ku."
"Sial," Darren menggerutu sambil terus memegangi lukanya. Jika ia terus begini, maka ia bisa kalah. Ia harus melakukan sesuatu.
"Aha! Aku punya ide," Sambungnya.
Melihat Taiji yang terus bergerak, memanglah sangat menyusahkan. Apalagi pergerakannya sangatlah jauh di atas rata-rata kecepatan manusia biasa. Tapi Darren bisa melihat beberapa kelemahan pada gerakannya itu.
"Non-elemental Spell: Weather Modification!" Darren meneriakkan mantra kreasinya.
Seketika, cuaca berubah menjadi sangat gelap. Hujan deras turun dengan sangat cepat, membuat semua area menjadi basah.
Taiji yang masih bergerak kesana-kesini, sempat terkejut melihat sihir perubahan cuaca milik Darren.
"Sihir perubah cuaca? Aku belum pernah melihat ini sebelumnya," Ucap Taiji. "Tapi ini takkan mengubah keadaan!"
Darren tertawa. Sebenarnya, sihir pengubah cuaca ini hanyalah awal dari rencananya.
"Ice Elemental: Proximity Freze!" Ucap Darren.
Sebuah hawa dingin menyebar mengelilingi area sekitar Darren dan membuat segala yang basah menjadi beku. Dalam sekejap, pohon-pohon, semak belukar, dan ranting pohon, sudah mengkristal dan menjadi licin.
Slipp... Taiji yang masih melompat mendapati pijakan kakinya berubah jadi es. Membuatnya terpeleset hingga jatuh ke tanah yang keras.
"Bagaimana? Dengan pijakan licin seperti ini, kau tidak akan bisa bergerak dengan mudah," Ucap Darren dengan percaya diri.
"Sial, aku terkena jebakannya. Aku jadi terpaksa harus menggunakan sihir Frost Walker ku," Gerutu Taiji sambil berusaha berdiri.
"Non-elemental Spell: Frost Walker," Sambung Taiji sambil memposisikan kakinya.
"Frost Walker, huh? Sihir penangkal licin-nya es. Membuat penggunanya bisa berjalan normal diatas es layaknya berjalan diatas tanah. Tapi..." Ucap Darren dalam hati.
"Frost walker akan mengorbankan 50% persen kecepatan penggunanya. Jika ini berpengaruh pada Taiji m**aka seharusnya kecepatan pergerakannya hanya sebatas manusia biasa saat diatas es."
"Ini berarti rencana ku berhasil."
Darren melancarkan serangannya pada Taiji yang masih menyesuaikan diri.
"Thunder Elemental: Thunder Storm!"
Sekumpulan awan tebal menyelubungi langit. Menciptakan sebuah guntur dengan daya sihir yang sangat kuat.
"Apa-apaan itu? Itu kan sihir yang sama seperti milik Raiko," Ucap Ravenna yang masih terikat.
Seketika, area itu pun dipenuhi dengan sambaran petir di segala titik. Taiji yang sudah tak bisa bergerak selincah sebelumnya, kesulitan untuk menghindari setiap petir yang muncul.
Jederr!!! Jeddarr!!! Beberapa kali Taiji berhasil terkena sambaran petir itu. "Sialan. Jadi ini adalah rencananya," Ucao Taiji sambil menahan sakit.
"Jadi bagaimana rasanya? Apa hanya sebatas ini kemampuan petarung terhebat Erobernesia?" Ucap Darren dengan nada tinggi.
"Kau sialan. Kau sudah membunuh semua pasukan Erobernesia," Balas Taiji.
"Yang memulai semuanya adalah kalian sendiri!" Balas Darren dengan keras. "Itu adalah balasan atas perbuatan kalian!"
Menyadari dirinya terpojok. Taiji berusaha mencari celah untuk melawan kembali.
Bergerak dengan kecepatan tinggi sangat mustahil dalam keadaan seperti ini. Menggunakan sihir cahaya mungkin adalah ide bagus, tapi mengingat ia terus-terusan diserang membuatnya tak bisa melakukannya.
Sembari menghindari serangan Darren, Taiji menyadari keberadaan Ravenna di dekatnya.
"Aku bisa menggunakannya," Ucap Taiji dalam hati.
Dengan cepat, Taiji menghampiri Ravenna. Ravenna yang mengira dirinya akan diselamatkan, menunjukkan wajah senangnya. Tapi...
"Cepat menyerahlah, atau akan ku bunuh perempuan ini!" Tiba-tiba Taiji menyandera Ravenna yang tidak bisa bergerak. Ia menempelkan pedangnya tepat di leher Ravenna, siap untuk menggoresnya.
Ravenna dan Darren sama-sama terkejut. Tak ada yang menduga kalau ini akan terjadi.
"Oh tidak. Aku lupa kalau Ravenna masih ada di sana."
Darren mencoba untuk membaca suasana. Jika dilihat dari raut muka Taiji, sepertinya ia benar-benar serius tentang membunuh Ravenna.
Sedangkan dari wajah Ravenna sendiri, ia terlihat sangat syok dan panik. Mereka memang tidak merencanakan ini. Ini adalah trik kotor milik Taiji.
"Hentikan itu!" Ucap Darren. "Untuk apa kau menyandera nya? Bukankah ia sekutu mu?"
"Jangan bodoh. Mana mau aku bersekutu dengan petualang bodoh seperti dia!" Balas Taiji dengan keras.
"Setidaknya jangan libatkan orang lain dalam pertarungan ini!" Kata Darren dengan putus asa.
"Aku tidak peduli. Tugasku hanyalah membawa mu. Apapun resikonya," Ucap Taiji. "Lagipula, aku tidak punya hubungan apa-apa dengan wanita ini. Membunuhnya bukanlah masalah besar bagi ku."
"Sial, lagi-lagi aku terjebak dalam keadaan seperti ini. Keadaan dimana nyawa seseorang dipertaruhkan." Gerutu Darren dalam hati.
"Buang pedangmu, berlututlah di tanah, dan menyerahlah. Maka perempuan ini akan baik-baik saja," Ancam Taiji yang sepertinya tak main-main.
Darren sempat kesulitan memutuskan awalnya. Tapi akhirnya ia membuang pedangnya ke tanah, dan mulai berlutut.
Ravenna yang melihatnya menjadi terkejut. "K-kau, kenapa kau melakukan itu?" Ia bertanya-tanya.
Darren hanya tersenyum padanya. "Semoga dari ini kau bisa belajar. Bahwa nyawa seseorang itu berharga," Balas Darren.
Mata Ravenna berbinar.
"Bagus. Sekarang tiarap dan taruh tanganmu di belakang!" Ucap Taiji.
Darren hanya bisa menurutinya. Ia segera mengambil posisi untuk telungkup. Tapi tiba-tiba...
"Water Elemental: Water Cutter!" Ternyata itu Kanrei yang muncul bersama pasukan Lizardmen.
Sebuah gelombang air yang tajam meluncurkan dari udara hingga membuat Taiji terpaksa harus melepas genggamannya dari Ravenna.
"Darren, apa kau tidak apa?" Tanya Kanrei sambil menghampiri Darren.
"Ya, aku tidak apa," Jawab Darren sambil berdiri.
"Maaf jika aku telat. Tapi bagaimana pun, ini salah mu. Kau tidak mengajak kami bersamamu," Ucap Kanrei sambil memposisikan tombaknya.
"Iya, iya, maaf. Aku hanya tak ingin merepotkan kalian," Balas Darren.
Pasukan Lizardmen yang tiba beranggotakan sekitar tiga puluh ekor. Cukup banyak untuk melawan Taiji yang sedang sendirian.
"Kalau begini, aku takkan bisa menang," Ucap Taiji dalam hati. "Mereka terlalu banyak. Lebih baik kalau aku mundur untuk sekarang."
Taiji segera berdiri dan menegakkan badannya.
"Kalian beruntung hari ini aku sedang lelah," Ucapnya dengan tinggi hati. "Jika tidak, aku mungkin sudah meratakan kalian semua. Jadi, aku bebaskan kalian untuk sekarang."
Taiji segera merogohkan tangannya kedalam sakunya. Ia terlihat memegang sebuah bola dan melemparkannya ke tanah.
Sebuah asap tebal tiba-tiba muncul menyelimutinya. Saat asap itu hilang, Taiji sudah tidak ada.
"Huff... dia kabur. Dasar pengecut," Ucap Kanrei.
Dengan cepat, Kanrei dan para pasukan Lizardmen mulai beraksi untuk mengamankan petualang-petualang yang tengah dibawah efek Sleep.
Sementara Darren menhampiri Ravenna empat mata.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Darren dengan khawatir. "Apa dia benar-benar menggoreskan pedangnya?"
Ravenna hanya menggeleng. Tapi terdapat sedikit luka pada lehernya. Hanya berbentuk sebuah goresan kecil.
"Heal," Darren mengucapkan mantra penyembuhan pada luka itu.
"Kenapa kau melakukan ini?" Tanya Ravenna pelan. "Padahal kau ini penjahat, tapi kau berbuat baik kepadaku."
"Aku memang penjahat dimata mereka, tapi tidak dimata orang-orang yang pernah ku bantu," Jawab Darren.
"Jadi, sebenarnya kau itu kriminal atau pahlawan?" Sambung Ravenna.
"Kebenaran hanyalah masalah perspektif. Semua orang punya perspektif mereka masing-masing, dan tidak memandang hanya dari satu sudut pandang," Ucap Darren sambil menatapnya. "Kau juga bebas untuk menentukan perspektif mu sendiri."
Ravenna terdiam. Kemudian Darren menghapus mantra Binding-nya, dan melepas Ravenna.
"Lalu, apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan kembali ke kota?" Tanya Darren.
"Sepertinya begitu. Aku punya adik yang tidak bisa kutinggal terlalu lama," Jawab Ravenna.
"Ah, iya. Punya adik memang kadang merepotkan," Balas Darren.
"Ya, benar sekali," Ucap Ravenna dengan muka murung. "Adikku menderita penyakit langka yang tidak bisa disembuhkan oleh dokter-dokter di kota."
"Eh?" Darren terkejut.
"Setiap harinya, ia harus meminum obat untuk bertahan," Sambung Ravenna. "Pekerjaan ku sebagai petualang adalah untuk menyelamatkannya."
Darren menjadi merasa tidak enak terhada Ravenna. Ia berharap bisa membantu.
"Tapi, kau telah menyelamatkan ku. Itu berarti kau juga telah menyelamatkan nyawa adikku juga," Ucap Ravenna. "Terimakasih banyak. Aku berhutang budi."
"Ah, iya. Tidak masalah," Balas Darren dengan canggung. "Kalau boleh, apakah aku bisa bertemu adik mu?"
"Eh?" Ravenna menegakkan kepalanya.
"Yah, mungkin aku bisa membantu atau semacamnya," Darren meneruskan. "Atau mungkin aku menyembuhkannya."
Mata Ravenna semakin bersinar. Kilatan cahaya harapan berpijar dimatanya, dan air mata mulai mengalir perlahan.
Tak disangka dibalik sifat dingin dari seorang petualang tangguh sepertinya, terdapat sifat lemah yang selalu berharap.
"Aku akan berusaha."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Haikal Akbar
👣👣
2022-04-23
0
Jeffri Hornbill
terlalu naif. tidak belajar dari kejadian yg sudah sudah
2022-02-20
0
GreatSage_Gilgamesh
kadang orang naif bisa menjadi lebih kejam daripada raja iblis sekalipun
2021-09-20
0