"Luar Biasa!"
"Hebat, kau menghajar petualang kurang ajar itu!"
"Sihir channeling. Petualang itu pasti sangat hebat!"
Semua orang bersorak. Tepuk tangan pun mulai terdengar.
Sementara pemuda itu masih menoleh kesana kemari. Ia mencoba mencari pelaku sebenarnya dari sihir channeling itu.
Darren mulai merasa kalau dirinya akan ketahuan. Ia pun menyelesaikan makannya dengan cepat dan segera pergi meninggalkan bar tersebut.
"Aku harus pergi," Bisik Darren pada Yuzuna.
"Eh? Ada apa? Kenapa kau terlihat buru-buru?" Tanya Yuzuna.
"Aku ada urusan mendadak," Jawab Darren. "Dan, terimakasih makanannya."
Darren pun segera meninggalkan bar itu. Tapi...
"Kau yang disana!" Ternyata pemuda tadi memanggilnya.
Darrenpun terpaku diam. Ia bingung memilih antara menanggapinya atau mengacuhkannya.
"Kau yang menggunakan sihir channeling tadi, kan?" Ucap pemuda itu.
Darrenpun menoleh. Ia melihat pemuda itu dan penasaran bagaimana ia bisa tahu.
"Tidak. Kau salah orang," Sangkal Darren.
"Tidak usah menyangkal. Aku bisa merasakan energinya sama persis seperti yang dikeluarkan oleh tubuh mu," Ucap pemuda itu.
Darren jadi ingat, bahwa beberapa orang di dunia ini bisa terlahir dengan bakat istimewa. Salah satunya adalah bakat pelacak sihir.
"Jadi begitu. Kau adalah pemilik bakat pelacak," Ucap Darren.
"Jadi benar, kau adalah pengguna sihir channeling," Balas pemuda itu.
Ia pun menghampiri Darren. "Kenapa kau melakukan itu?" Tanyanya.
Darren pun menjawab, "Aku benci orang yang suka seenaknya."
"Jadi begitu. Alasan mu dapat dimengerti," Ucap pemuda itu. "Perkenalkan, nama ku Rolf. Petualang tingkat Perak."
"Namaku Darren. Petualang tingkat Perunggu," Balas Darren.
"Perunggu? Tidak usah bercanda!" Ucap Rolf.
"Aku tidak bercanda," Jawab Darren.
"Pokoknya, aku berterimakasih karena telah menolong ku," Ucap Rolf sambil membungkukkan badannya.
"Tidak masalah. Aku juga sebenarnya kesal pada orang-orang seperti petualang tadi," Jawab Darren.
Yuzuna pun keluar. Ia melihat Darren dan Rolf sudah seperti teman akrab.
"Darren-san!" Panggil Yuzuna. "Apa kau tidak apa-apa?"
"Ya, aku baik-baik saja," Sahut Darren.
"Oh, jadi dia temanmu?" Ucap Rolf menunjuk Yuzuna.
"Ya... kami hanya kebetulan berpapasan," Jawab Darren.
"Hmm..." Rolf menunjukkan wajah meledek. "Entahlah, tapi kalian terlihat seperti sepasang kekasih." Ledeknya.
"Mana ada!" Darren dan Yuzuna menyangkal secara kompak.
"Terlihat dari bagaimana Yuzuna-san mengkhawatirkan mu tadi," Ucap Rolf semakin meledek.
"Hentikan itu," Ucap Yuzuna sambil tersipu malu.
"Ya! Hentikan itu, Rolf!" Ucap Darren. "Kau membuat malu."
"Iya ya, maaf," Ucap Rolf sambil tertawa kecil.
Mereka bertiga pun mulai berbincang-bincang didepan bar.
"Jadi kau berencana mau kemana?" Tanya Rolf pada Darren.
"Entahlah, aku juga bingung," Ucap Darren mengingat ia selalu sendirian semenjak datang ke dunia ini.
"Bagaimana dengan mu, Yuzuna-san?" Sambung Rolf.
"Aku ingin ke penginapan. Aku mau beristirahat," Jawabnya.
Darren jadi teringat untuk istirahat. Ia benar-benar lupa untuk beristirahat dari kemarin. Tapi ia tak merasa lelah sedikitpun. Itu mungkin karena dia banyak menggunakan meditasi.
"Yuzuna-san, kalau boleh, apa aku boleh ikut dengan mu ke penginapan?" Tanya Darren.
"Eh!? Apa yang kau pikirkan!?" Teriak Yuzuna.
"Ehh... anu... maksud ku, aku hanya ingin menyewa kamar disana," Ucap Darren. "Aku tidak bermaksud yang aneh-aneh kok!"
Rolf yang berdiri disana tertawa melihat percakapan mereka berdua.
"Kalau hanya itu, boleh," Jawab Yuzuna.
Mereka pun pergi menuju penginapan, diikuti oleh Rolf dari belakang. Rolf sebenarnya hanya ikut-ikut saja. Ia sudah memesan kamar di penginapan lain.
Sesampainya disana, Darren pun memesan sebuah kamar. Biaya sewa nya sebesar satu koin perak permalam.
Darren pun mendapat kamar yang terletak di ujung lorong, dan bersampingan dengan kamar Yuzuna.
"Tak kusangka kita akan bersebelahan," Ucap Yuzuna pada Darren. "Padahal masih banyak kamar yang kosong."
"Itu namanya takdir," Ucap Rolf sambil tertawa.
"Takdir kepala mu!" Ucap Yuzuna marah-marah.
Darren memasuki kamarnya. Ternyata kamarnya lumayan besar. Disana terdapat lemari dan meja. Dipojok ruangan juga ada kasur yang cukup empuk.
Setelah meletakkan dan merapikan barangnya di kamar, Darren berpikir untuk mengganti pakainya. Ia sudah memakainya selama dua hari penuh.
Lagipula, ia perlu pakaian yang tidak terlalu mencolok. Jadi ia memutuskan untuk pergi ke toko pakaian.
"Aku tahu toko pakaian dekat sini," Ucap Rolf. "Pemiliknya adalah kenalan ku."
"Bagus. Mungkin aku harus kesana," Jawab Darren.
Sesampainya di toko baju itu. Darren melihat betapa banyaknya pakaian yang tersedia. Mulai dari yang berlengan panjang, hingga ada juga yang memiliki jubah.
"Jika kau seorang mage, maka jubah akan terlihat cocok untuk mu," Ucap pemilik toko.
Darren sendiri masih belum menentukan kelas yang akan ia dalami. Pilihannya banyak sih, antara mejadi assassin, fighter, tank, mage, marksman, atau suport.
"Sebenarnya ini malah terlihat seperti game moba, sih."
Untuk seorang petualang solo sepertinya, Darren mungkin akan sering berhadapan dengan pertarungan jarak dekat. Jadi, jubah mungkin hanya akan menghambat pergerakannya saja.
Tapi, ia benar-benar tergoda untuk membeli jubah itu. Ia bisa membayangkan betapa keren penampilannya dengan jubah.
"Apa jubah itu memiliki semacam kemampuan?" Tanya Darren memastikan.
"Jubah itu adalah jubah wadah," Jawab sang pemilik toko. "Jika kau cukup kuat, maka kau bisa memasang skill khusus pada jubah itu menggunakan sihirmu."
"Oh! Aku pernah mendengarnya!" Ucap Yuzuna. "Banyak penyihir yang juga menggunakan jubah itu sebagai bentuk pertahanan. Mereka biasanya memasang skill unik seperti immunity."
"Immunity?" Tanya Darren.
"Immunity adalah skill item khusus yang membuatnya kebal terhadap beberapa jenis serangan sihir," Jawab Rolf. "Seperti immunity pada sihir api. Dan juga ada yang tahan pada sihir non-elemen seperti withering dan weakness."
Mendengar itu, Darren menjadi tertarik. Jubah itu mungkin akan benar-benar berguna bila ia bisa memanfaatkannya dengan maksimal.
"Tapi..." Ucap pemilik toko, "Untuk memasang skill pada item, kamu memerlukan mana yang sangat tinggi. Bahkan beberapa petualang tingkat emas kebawah tidak akan sanggup."
Darren tahu bahwa sebenarnya dia itu kuat. Ia sebelumnya hanya sial saja karena tidak sengaja memecahkan bola sihir itu dan dinobatkan sebagai petualang tingkat terendah.
"Aku beli," Ucap Darren yakin. "Berapa harganya?"
"Tujuh koin perak," Jawab pemilik toko.
Gulp... Darren menelan ludah. Ia sadar kalau uangnya tidak cukup. Apa ia harus hutang dulu?
"Ini, ambillah," Ucap Rolf sambil menyodorkannya dua koin perak.
"Eh... untuk apa?" Tanya Darren.
"Kau ingin membelinya, bukan?" Jawab Rolf. "Anggap saja ini balas budi karena telah membantu ku di bar tadi."
Darren pun menerimanya. Dengan uangnya ditambah uang pemberian Rolf, maka Darren sudah bisa membeli jubah wadah tersebut.
"Wow! Darren, kau sangat keren!" Ucap Rolf kagum.
"Iya, benar! Kau terlihat seperti seorang mage!" Kata Yuzuna.
Darren hanya tersenyum-senyum. Ia juga bisa merasakan sedikit sihir pada jubah itu.
"Lalu, skill apa yang akan kau pasang?" Tanya Rolf. "Jangan asal-asal memasang skill, karena memasangnya membutuhkan banyak mana. Kau mungkin bisa pingsan jika ceroboh melakukannya."
"Hmm... mungkin immunity akan berguna," Pikir Darren.
"Itu bagus. Kau hanya perlu mengalirkan sihir sesuai dengan sihir yang kau ingin lawan. Seperti misalnya, jika kau ingin immunity terhadap api, maka kau harus mengalirkan sihir api," Jelas pemilik toko.
Darren pun melepas jubahnya dan membentangkannya diatas lantai. Ia kemudian meletakkan tangannya diatas jubah itu, dan mulai mengalirkan sihir api.
Tiba-tiba sebuah cahaya keluar dari jubah itu. Tanda bahwa pemasangan skill sudah berhasil.
"Wow!" Ucap Yuzuna dan Rolf bersamaan.
"Aku jadi semakin tidak percaya kalau kau adalah petualang Perunggu," Ucap Rolf.
Darren pun memikirkan sesuatu.
"Apa aku bisa memasang lebih dari satu skill?" Tanya Darren pada pemilik toko.
"Bisa. Jubah sihir tidak memiliki batas pemasangan skill," Jawab pemilik toko. "Hanya saja, setiap pemasangan kedua akan memakan lebih banyak mana dari pemasangan pertama. Begitu seterusnya hingga pemasangan selanjutnya."
Darren pun memegangi dagunya. Ia memikirkan skill apa yang cocok untuk dipasang selanjutnya.
"Darren, kau tidak berpikir untuk memasang skill lagi, kan?" Ucap Rolf. "Kau bisa memasang satu skill saja sudah termasuk hebat untuk petualang Perunggu."
"Iya, benar," Tambah Yuzuna, "Jika kau memaksakannya, kau malah bisa berakhir pingsan!"
Tanpa mendengarkan mereka, Darren pun langsung meletakkan tangannya lagi diatas jubah itu. Yuzuna dan Rolf pun kaget.
"Darren, apa yang kau lakukan!?" Teriak Rolf, sementara Yuzuna sudah sangat kepanikan.
Darren pun mengalirkan sihir non-elemen bernama Wither. Wither adalah salah satu sihir non-elemen yang bekerja layaknya racun, tapi lebih mematikan. Sihir itu bisa membuat segala sesuatu melapuk dan membusuk.
Sebuah cahaya terang kembali menerangi seisi ruangan. Dimana membuat semua orang disana panik.
Tak lama, cahaya itu pun hilang. Pemasangan skill telah berhasil.
Darren merasakan tubuhnya mulai lemas. Ternyata ucapan mereka benar. Melakukan pemasangan benar-benar menguras banyak mana.
"Darren-san, kau tidak apa-apa?" Tanya Yuzuna begitu melihat Darren tergeletak di lantai.
"Ya, aku baik-baik saja," Jawab Darren sambil berusaha duduk.
"Aku tak menyangka kau bisa melakukan dua kali pemasangan skill secara beruntun," Puji Rolf. "Apa kau itu benar-benar petualang Perunggu?"
Sang pemilik toko yang melihat hal itu dibuat takkub oleh Darren. Ia bahkan sampai berkata kalau mungkin Darren seharusnya menjadi petualang kelas berlian.
Darren pun merasa tenaganya sangat habis. Dengan cepat, Yuzuna mengeluarkan sebuah potion dan menyodorkannya pada Darren.
"Ini, cepat minum," Ucap Yuzuna. "Akan berbahaya jika seseorang kehabisan mana secara total."
Mengingat dirinya bisa melakukan meditasi, Darren pun menolak potion pemberian Yuzuna.
"Apa kau bodoh!?" Ucap Yuzuna. "Kau itu bisa dibilang sedang sekarat. Jadi jangan bermain-main!"
"Sudahlah, aku baik-baik saja. Simpan saja potion itu," Ucap Darren.
"Tidak, kau tidak baik-baik saja," Kata Rolf yang sedang mengamati mana dalam tubuh Darren. "Kau itu benar-benar sudah kehabisan mana. Aku bisa melihatnya."
Darren pun tersenyum lebar. "Ah, aku tidak apa-apa. Aku hanya perlu mengisi mana ku saja."
Darren pun mengambil posisi bermeditasi nya. Ia menyilangkan kakinya dan membentuk huruf O dengan jari-jarinya. Dengan cepat , mana yang hilang telah terisi kembali.
Rolf yang dapat melihat aliran mana Darren, menjadi terkejut. Ia terus menutup dan membuka matanya, seakan-akan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Sudah selesai," Kata Darren sambil bangkit berdiri.
"Demi apa!?" Teriak Rolf. "Kau mengisi ulang mana mu secepat itu!?"
Yuzuna yang melihat reaksi Rolf pun ikut kaget. "Tunggu, apa dia benar-benar sudah mengisi mana nya?"
Rolf mengangguk. "Aku belum pernah melihat teknik seperti itu sebelumnya," Ucapnya. "Aku sekarang jadi ragu kalau kau itu benar-benar seorang manusia."
"Tapi mengisi mana secepat itu mustahil, kan?" Tambah Yuzuna. "Umumnya, untuk mengisi mana, manusia harus tidur selama delapan jam. Mengisi mana secepat itu adalah skill dari seekor undead!"
Mereka berdua pun menatap Darren dengan tajam.
"Eh... aku bukan undead. Aku manusia," Ucap Darren canggung.
"Darimana kau menguasai teknik itu?" Tanya Yuzuna curiga.
"Di tempat asalku, cara itu biasa dilakukan untuk mengisi tenaga dan mencapai ketenangan diri," Jawab Darren menjelaskan.
"Astaga, ternyata orang-orang di daerah mu sangat hebat, ya," Ucap Rolf. "Aku percaya pada Darren, karena aku tidak melihat adanya kebohongan dalam aliran mana-nya."
"Tunggu, kau bisa melihat kebohongan?" Ucap Yuzuna.
"Yup," Jawab Rolf.
Darren pun mengenakan jubahnya yang sudah berwarna merah gelap itu. Ia terlihat layaknya seorang pahlawan. Setelah itu, mereka pergi keluar meninggalkan toko.
Hari sudah malam. Rolf pun berpisah dari mereka karena penginapannya berlawanan arah dengan Darren dan Yuzuna.
Sekarang, Yuzuna dan Darren sedang berjalan berdua.
"Kau mau kemana?" Tanya Yuzuna melihat Darren berbelok ke arah pintu keluar kota.
"Aku akan pergi ke hutan," Jawab Darren santai.
"Hah? Malam-malam begini?" Ucap Yuzuna. "Apa kau tidak lelah?"
"Jika aku lelah, aku hanya perlu bermeditasi," Ucap Darren.
Darren bermaksud untuk berburu monster. Selain untuk meningkatkan levelnya, barang-barang yang ia dapat pun bisa dijual. Setidaknya, ia bisa menjadikan ini sebagai pekerjaan sementaranya.
Lagi pula, sekarang adalah saat yang tepat. Saat malam, monster cenderung lebih aktif dan akan sering muncul. Dan juga, banyak monster kuat sering berkeliaran. Mengalahkan monster kuat akan membuat levelnya meningkat pesat.
"Aku ikut!" Ujar Yuzuna memohon.
"Tidak boleh. Ini berbahaya," Ucap Darren khawatir.
"Jika ini memang berbahaya, maka ajaklah aku! Aku mungkin bisa membantu," Kata Yuzuna sambil terus memohon.
Sepertinya Yuzuna adalah orang yang keras kepala. Sepertinya tak ada cara lain untuk menghentikannya.
Darren pun mendekati Yuzuna. Darren kemudian berbisik disamping telinganya. "Sleep," Ternyata itu adalah mantra sihir non-elemen yang ia pelajari.
Seketika, Yuzuna pun langsung tertidur lelap. Darren segera menangkap tubuhnya dan menggendongnya hingga sampai di penginapan.
Di kamar Yuzuna, Darren merebahkan tubuh Yuzuna di atas kasur. Ia kemudian pergi meninggalkannya.
"Maaf jika aku bersikap kasar," Ucap Darren selagi keluar melewati pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Ibrahim Rusli
ringan mudah dimengerti lucu juga lumayan lah mudah mudahan sampe akhir begini ceritanya ya Thor. ..
2024-03-25
0
Haikal Akbar
Mantap
2022-04-22
0
[ O 5 - 8 ] Mr. Rax
kesempatan emas ngab kenapa di tinggalin🗿
2021-08-22
0