Darren dan Ravenna kembali ke kota. Tapi saat sampai di gerbang kota, mereka mulai menemukan masalah.
Status Darren sebagai buronan masih melekat di pikiran orang-orang. Menunjukkan diri secara buka-bukaan di tengah kota pastinya hanya akan mendatangkan masalah.
"Lihatlah tentara-tentara itu. Mereka menjaga pintu masuk dengan sangat ketat," Ucap Darren sambil memantau gerbang kota.
"Menyamar sepertinya tidak akan berhasil. Mereka pasti akan memeriksa mu dari ujung rambut hingga ke ujung kaki," Balas Ravenna.
"Jika dilihat dari penampilannya, tentara-tentara itu bukanlah penjaga gerbang biasa. Sepertinya mereka sudah mengetatkan penjagaan," Ucap Darren. "Belum lagi di dalam kota pasti akan ada lebih banyak tentara seperti mereka juga."
"Apa kau punya ide untuk masuk?" Tanya Ravenna.
Darren memegangi dagunya sambil memikirkan jalan untuk masuk.
"Untuk masuk ke sana hanya bisa melalui gerbang. Tapi penjagaan ketat membuatku tidak bisa masuk tanpa terdeteksi."
"Memanjat tembok kota juga mustahil mengingat tingginya sekitar sepuluh meter tanpa adanya tumpuan. Lagipula, diatas tembok banyak tentara yang berjaga."
"Kalau dilihat-lihat, ini jadi terasa seperti dalam game spionase. Untungnya pengalaman ku dalam bermain game terbilang cukup hebat."
"Bagaimana, Darren. Apa kau mendapatkan ide?" Tanya Ravenna yang melihat Darren dengan wajah serius.
"Aku ada ide. Tapi aku tak bisa menjamin ini akan berhasil," Jawab Darren.
"Jadi bagaimana?"
"Aku ingin kau menjadi umpan," Ucap Darren.
"Umpan?" Balas Ravenna. "Lalu, apa yang harus ku lakukan?"
"Kau cukup membuat sedikit keributan di gerbang. Dan aku akan menggunakan sihir cuaca ku," Ucap Darren.
"Bagaimana caranya kau akan menyusup? Kau bisa terlihat," Ucap Ravenna.
"Apa kau lupa kalau aku bisa menggunakan sihir Sneak?" Balas Darren.
Dengan begitupun, mereka mulai menjalankan rencananya. Ravenna dan Darren berjalan menuju gerbang. Sebelum ia terlalu dekat dengan pintu masuk, Darren segera menggunakan sihir Sneak-nya.
"Non-elemental Spell: Sneak," Keberadaan Darren pun berhasil terhapus.
Di gerbang kota, Ravenna mulai mendapatkan pengecekan secara menyeluruh. Tapi perlakuan para tentara sangatlah menjengkelkan.
Mereka sengaja menyentuh area-area pribadi Ravenna. Ravenna hanya diam, tanpa ada perlawanan sedikitpun. Padahal itu sudah termasuk ke dalam pelecehan seksual.
Darren menjadi kesal. Melihat hal semacam itu di depan matanya. Mereka seperti tidak tahu malu, padahal mereka adalah tentara kerajaan.
"Ravenna, apa yang kau lakukan? Kenapa kau tidak melarangnya?" Bisik Darren yang masih dalam mode Sneak.
"A-aku tidak bisa," Ucap Ravenna yang masih dipermainkan oleh para tentara. "Mereka adalah tentara kerajaan. Kalau aku melawan mereka, maka mereka akan mengadukan ku dan aku akan ditangkap."
Darren menjadi geram. Ternyata hal semacam ini masih saja ada di dunia lain. Padahal di dunia asalnya juga, hal ini sudah banyak merusak norma manusia.
"Untuk kali ini saja, aku ingin kau melawannya," Bisik Darren pelan. "Lawan dan ancam mereka dengan sesuatu yang menakutkan."
"T-tapi aku tidak punya senjata," Balas Ravenna berbisik. "Bagaimana jika mereka malah akan melawan ku?"
"Tenang saja. Aku akan membantu mu," Ucap Darren pelan.
Ravenna menjadi yakin. Ia kemudian mendorong kedua tentara yang melakukan hal bejat itu, sambil membuang ludahnya.
"Cih, aku tak sudi disentuh oleh manusia seperti kalian," Ucapnya dengan keras sambil diiringi oleh tatapan jijik.
Para tentara menjadi terkejut. "Oy... oy... apa kau mau ku tangkap?" Balas salah satu tentara.
"Kalian akan menyesal karena telah membuatku marah. Akan ku buat kalian memohon ampun!" Balas Ravenna dengan keras.
"Wow, aktingnya sangat bagus. Padahal awalnya ia ketakutan karena tak punya senjata," Ucap Darren dalam hati.
"Dasar petualang tak tahu diri. Kami ini tentara kerajaan tahu!" Ucap salah satu dari tentara itu. "Kau akan kami tangkap, dan kau akan mendekap di penjara!"
"Tenang saja. Kami akan melayani mu selama dipenjara," Balas seorang yang lain dengan nada bejat.
Ravenna tertawa menyeringai. "Kalian telah membuat dewa marah dengan perbuatan kalian," Ucapnya menakut-nakuti, "Maka dari itu, rasakanlah amarah dahsyat dari sang maha kuasa!"
Melihat kesempatan itu, Darren segera mengeluarkan sihir perubah cuacanya.
"Weather Modification!"
Cuaca gelap seketika menyelimuti daerah itu. Disusul dengan angin yang kencang dan kilatan petir di mana-mana. Hal itu membuat semua orang yang ada disana menjadi gemetar.
"A-apakah ini b-benar-benar perbuatan D-dewa!?" Ucap salah satu tentara sambil gemetaran.
"Siapa perempuan itu sebenarnya? Bukankah ia hanya petualang?" Ucap yang satunya lagi.
Ravenna tertawa semakin keras. Aktingnya yang seakan-akan benar-benar memanggil seorang dewa sangatlah spektakuler. Darren sendiri jadi ternganga melihatnya.
"Kalian berdua. Biarkanlah aku masuk, dan jangan melakukan hal-hal rendah semacam itu lagi. Maka Dewa akan memaafkan kalian!" Teriak Ravenna.
Para tentara yang ketakutan itu akhirnya membiarkan Ravenna lewat tanpa berani memandangnya lagi.
Seketika itu juga Darren segera mengembalikan cuaca seperti semula agar tak memancing orang-orang untuk datang, yang malah takutnya akan membongkar trik itu.
"Kau hebat sekali, Darren," Ucap Ravenna sambil berjalan memasuki kota.
"Yang hebat itu dirimu. Akting mu sangat luar biasa. Aku bahkan sempat terkejut tadi," Ucap Darren. "Tapi, kenapa kau tadi menggunakan nama Dewa? Bukankah itu terlalu berlebihan?"
"Aku menggunakannya karena saat aku melihatmu, aku merasa seperti melihat salah satunya," Jawab Ravenna.
Darren hanya diam. Ia tak tahu apakah itu sebuah pujian, atau sebuah sarkas. Walau jenius, tapi dia itu adalah laki-laki yang tidak begitu peka.
Sesampainya di rumah Ravenna, Darren segera dituntun menuju kamar dimana adik laki-laki Ravenna tengah terbaring.
"K-Kakak, siapa dia?" Tanya adik Ravenna dengan nada lemah.
"Dia adalah orang yang akan menyembuhkan mu, Ryuu," Jawab Ravenna dengan harapan diwajahnya.
Kedua kakak beradik itu pun saling menangis bahagia.
Darren jadi merasa terharu sekaligus tidak enak kepada mereka. Ia kan tak pernah belajar sihir penyembuhan tingkat tinggi. Kalau penyakitnya tak bisa disembuhkan, maka itu pasti akan membuat mereka kecewa.
"Setidaknya aku akan mencoba."
Darren meletakkan tangannya diatas tubuh Ryuu. Ia menutup matanya dan mengucapkan berbagai kata-kata sihir yang sebenarnya tak berarti, "Hokus Pokus Trulala..."
"Setidaknya aku harus terlihat profesional."
Dan seketika itu juga, "Non-elemental Spell: Heal!"
Cahaya hijau terang mengisi seisi ruangan.
"Woah! Apa aku berhasil?"
Tak lama setelah cahaya itu menghilang, Darren segera memastikan keadaan Ryuu.
"Apa masih terasa sakit?" Tanya Darren dengan percaya diri.
"Ugh... s-sebenarnya... masih terasa sakit," Jawab Ryuu sambil merintih.
Darren terkejut. Sebenarnya penyakit macam apa yang diderita anak ini.
"Ah, aku ingat. Saat aku meletakkan tanganku diatas dadanya, aku merasakan sesuatu dibalik bajunya," Ucap Darren dalam hati.
Darren pun segera membuka baju Ryuu sampai tubuh bagian atasnya terlihat.
Apa yang dilihat Darren sangat mengejutkannya.
Bagian dada hingga perutnya terlihat membusuk, dan mengeluarkan cairan seperti lendir yang licin. Kulitnya menghitam dan terdapat beberapa gelembung-gelembung kecil yang lengket diatasnya. Sangat menjijikkan.
Darren terkejut saat melihatnya. "Penyakit macam apa ini? Aku belum pernah penyakit seperti ini sebelumnya," Gumamnya. "Bahkan menurut ku, ini bukanlah sebuah penyakit. Melainkan kutukan."
Ravenna yang sudah berdiri di situ dengan harapan diwajahnya, menjadi cemas. Ia terus bertanya-tanya pada Darren, apakah ia bisa diselamatkan.
Darren sendiri tak yakin. Mengingat mantra Heal nya tak bekerja sama sekali. Ia jadi takut karena telah mengkhianati harapan kedua kaka beradik itu.
"Tidak! Aku tak boleh mengecewakan mereka," Darren menyemangati dirinya sendiri.
"Lihatlah betapa berharapnya mereka kepadaku. Aku menanggung tanggung jawab ini karena aku dipercaya!"
"Dengan kekuatan besar, tercipta tanggung jawab besar."
Tiba-tiba sebuah ide terlewat di benaknya. Sebuah ide cemerlang yang mungkin bisa memperbaiki masalah.
"Kenapa aku tidak mencoba menggunakan sihir kreasi?"
Darren segera meminta Ravenna untuk mundur beberapa langkah, untuk keamanan. Darren kembali meletakkan tangannya diatas Ryuu. Ia memejamkan matanya, dan membayangkan kekuatan yang akan ia alirkan.
"Kebaikan, ketulusan, kedamaian, kasih sayang, cinta, ketenangan, kesucian," Darren mulai mengucapkan hal-hal yang muncul di bayangannya, "Non-elemental Spell: Total Purification."
Sebuah sinar berwarna emas kekuning-kuningan, menerangi ruangan itu. Sinarnya sangat terang hingga membuat semua orang disitu kesilauan.
"Aku yakin ini akan berhasil..."
Setelah cahaya itu mulai hilang, Darren terlihat kelelahan dan tersungkur di lantai. Sementara Ryuu bangkit dari tempat tidurnya dan mulai berjalan ke sana kemari.
"Kakak, lihatlah! Aku sudah sembuh!" Ucapnya bahagia.
Bagian tubuhnya yang membusuk juga sudah hilang tanpa bekas. Sepertinya itu memanglah sebuah kutukan atau semacamnya.
Kedua kakak beradik itu kemudian berpelukan sambil terus menangis. Mereka sangat senang, seperti habis melihat keajaiban.
"Darren, aku tak tahu harus membalas dengan apa," Ucap Ravenna sambil terus mengusap air matanya. "Aku sangat bahagia."
Darren tersenyum lega. Akhirnya ia bisa menyelamatkan nyawa seseorang.
Tiba-tiba, kepalanya terasa sangat pusing. Matanya berkunang-kunang.
"Ada apa ini?" Gumam Darren dalam hati. "Sepertinya aku menggunakan terlalu banyak Mana sampai lupa mengisinya lagi."
"Aku... sangat... mengantuk..."
"Hwoaah...."
Segalanya pun menjadi gelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Haikal Akbar
👍🏻
2022-04-23
0
Adryan Eko
mc mah bebas ya thor.. apa aja yg dilakukan pasti berhasil dah pokoknya.. wkwkwkw
2021-07-13
0
«L4LORD»
神の力 (Kami no chikara)
saya hanya merasa jika terlalu nekat. Gimana tidak? langsung diterapkan pada pasien tanpa melakukan percobaan sebelumnya. Kalau sampai gagal, bisa bunuh orang daripada selamatan orang. Jadi, saya mau bilang "Kuat Banget."
2021-06-17
0