"Fire Element: Fire Ball!" Seorang perempuan sedang bertarung dengan sekelompok lizardmen, beranggotakan empat ekor.
Serangan sihir perempuan itu berhasil dihindari oleh para lizardmen tersebut.
"Sial, pergerakan mereka terlalu cepat. Semua serangan ku jadi meleset," Ucap perempuan itu sambil terus menjaga jarak.
Salah satu lizardmen yang membawa tombak pun melemparkan tombaknya dan berhasil melukai tangan kiri si perempuan.
Darah pun bercucuran keluar dari tangan sang perempuan, hingga membuat tangannya lumpuh. Menyebabkan ia tak bisa lagi menggunakan sihir.
Para lizardmen yang menyerangnya mulai mengeluarkan lidah mereka, seakan-akan mereka mempunyai rencana jahat pada perempuan itu.
"Bos, perempuan ini sangat cantik. Bagaimana jika kita bawa saja dia ke markas," Ujar salah satu Lizardmen pada temannya. "Kita bisa gunakan dia bergantian setiap malam."
"Ha! Ide bagus. Kalau begitu, cepat ikat tangan dan kakinya!" Ucap Lizardmen semangat.
Perempuan yang sudah tak berdaya itu, menatap mereka dengan pandangan jijik. Ia tak mau dijadikan mainan oleh makhluk-makhluk rendah itu.
"Dasar makhluk-makhluk sampah!" Teriaknya.
Para Lizardmen pun tertawa. "Berani-beraninya kau menyebut kami begitu," Ucap salah satu lizardmen sambil menendangnya.
"Kalian akan mendapatkan balasannya suatu saat nanti!" Ucap perempuan itu penuh kesal.
"Ha... ha... ha... apa kau kira akan ada orang yang menyelamatkan mu..." Sebelum Lizardmen tersebut menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba tangan kanannya sudah terputus.
Krackk..! Darah pun bercucuran keluar. Para Lizardmen lain segera berjaga.
"Apa-apaan itu tadi?" Perempuan itu pun juga terkejut. "Aku bahkan tidak bisa melihat gerakannya."
Sebelum semuanya sadar, para Lizardmen tiba-tiba mendapatkan kaki mereka terpotong semua. Mereka pun terjatuh ke tanah.
"S-sial! S-siapa yang melakukan ini!?" Teriak salah satu Lizardmen.
Darren pun muncul dari balik bayangan pohon-pohon dengan kapak di tangannya. Ia terlihat gagah.
Para Lizardmen yang sudah tak bisa bergerak pun menjadi ketakutan. Ditambah lagi, saat mereka melihat kapak raja goblin di tangannya, mereka menjadi semakin panik.
Darren berjalan terus melewati para Lizardmen itu. Ia menghampiri sang perempuan dan memegang tangannya.
"Heal," Ucapnya. Dengan begitu, luka pada tangan perempuan itu pun kembali sembuh.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Darren dengan simpatik.
"Eh... iya, aku baik," Jawab perempuan itu dengan takjub. Ia pun menggerakkan tangannya dan sudah tidak merasakan sakit lagi.
"Syukurlah," Ucap Darren.
Darren pun berpaling dari perempuan itu, menghampiri para Lizardmen. Ia kemudian terlihat berbicara dengan Lizardmen tersebut.
"Bagaimana jika aku membuat kesepakatan?" Ujar Darren pada salah Lizardmen.
"B-baik," Jawab Lizardmen sambil ketakutan.
"Aku akan membunuh salah satu dari kalian, dan sisanya akan kulepaskan," Ucap Darren.
Para Lizardmen saling menoleh satu sama lain. Tak lama kemudian mereka mulai bertengkar.
"Bunuh dia saja!" Teriak satu Lizardmen pada temannya.
"Tidak! Bunuh saja dia!" Teriak yang lain.
Perempuan yang diselamatkan Darren juga terkejut mendengar ucapan Darren.
Setelah lama bertengkar dengan satu sama lain, seorang Lizardmen yang merupakan pemimpin mereka, yang kedua tangannya telah terpotong, mengajukan diri untuk dibunuh.
"Silahkan, bunuh saja aku," Ucapnya. "Tapi aku mohon agar kau menepati janjimu untuk melepas mereka." Katanya sambil menoleh kearah teman-teman Lizardmen-nya.
Darren tersenyum. Ia pun langsung mengayunkan kapaknya tanpa banyak bicara.
Swoosh..! Ayunan kapak Darren berhenti tepat didepan mata Lizardmen itu. Membuat keadaan menjadi hening.
"Baguslah. Kau seorang pemimpin hebat," Ucap Darren dengan bangga.
Darren pun memegang pundak Lizardmen tersebut sambil mengeluarkan sihir pengobatan. Seketika, tangan kedua Lizardmen tersebut langsung kembali tumbuh.
"A-apa yang kau lakukan!?" Perempuan tadi menjadi marah. "Kenapa kau tidak membunuh mereka semua!?"
Darren pun menoleh ke arah perempuan itu. Sambil tersenyum ia berkata, "Apakah kau tega, membunuh seseorang yang mempunyai keluarga?"
Para Lizardmen yang mendengar itu menjadi terkejut.
"S-seseorang?" Ucap mereka dengan pelan. "A-apa kau menganggap kami sebagai seseorang?"
Darren mengangguk sambil tersenyum. "Tentu saja."
Air mata mengalir dari mata para Lizardmen tersebut. Mereka begitu sangat terharu.
Setelah mengobati tiga Lizardmen lainnya, Darren pun berencana kembali ke kota bersama perempuan itu. Tapi salah satu Lizardmen itu mencegahnya.
"Ini, tolong ambillah," Ucap Lizardmen itu sambil menyerahkan tombaknya, "Ini memang tidak seberapa, tapi tolong diterima."
Darren pun mengambilnya. Dia mungkin bisa menjualnya di guild dan mendapatkan harga tinggi.
"Baiklah. Terimakasih," Ucap Darren.
Darrenpun pergi meninggalkan kelompok Lizardmen tersebut bersama perempuan tadi.
"Oh iya, ngomong-ngomong, boleh aku tahu namamu?" Tanya Darren sambil menyimpan kapaknya dalam tas. "Namaku Darren."
"Yuzuna," Jawab perempuan itu singkat.
"Kenapa kau melepas mereka?" Tanya Yuzuna lagi dengan nada pelan.
"Entahlah. Aku hanya tidak bisa membayangkan perasaan keluarga mereka," Jawab Darren.
"Jadi singkatnya, kau tidak tega?" Ucap Yuzuna.
"Ya bisa di bilang begitu." Ucap Darren sambil tertawa kecil.
"Huff... padahal jika kau mau, kau bisa mendapatkan banyak level dari membunuh mereka," Kata Yuzuna sambil membersihkan tongkatnya.
"Kalau soal level..." Ucap Darren, "Aku sebenarnya tidak terlalu peduli." Darren sebenarnya sudah tahu kalau dirinya memiliki level yang sudah terlalu tinggi.
Sebenarnya, sehari sebelumnya...
Darren sempat mampir ke perpustakaan umum kota. Awalnya ia kesana hanya untuk belajar membaca. Tapi begitu ia paham dengan huruf-hurufnya, ia jadi tertarik untuk membaca buku-buku lainnya.
Ia sempat membaca sebuah buku tentang sihir. Didalamnya, tertulis cara-cara mengalirkan mana dalam tubuh menjadi sihir dan mengubahnya menjadi serangan dengan berbagai elemen.
Dari situ juga, Darren mengetahui cara penggunaan sihir non-elemen. Heal, Canceling, dan Channeling adalah beberapa contoh sihir non-elemen yang terkenal.
Dengan otaknya yang jenius, Darren jadi lebih cepat memahami sihir yang ia gunakan dan dapat mempraktekkannya dengan sempurna.
"Sebenarnya, sihir macam apa yang kau gunakan sebelumnya?" Tanya Yuzuna.
"Oh, itu salah satu teknik sihir non-elemen, Channeling," Jawab Darren. "Aku menyalurkan sihir boost pada sepatu ku, sehingga aku bisa bergerak dengan sangat cepat."
"Apa!? Channeling?" Yuzuna terkejut. "Sebenarnya, kau itu petualang tingkat berapa?"
"Oh, aku masih tingkat Perunggu," Jawab Darren dengan santai.
"Tidak mungkin," Ucap Yuzuna tidak percaya. "Kau seharusnya sudah berada di tingkat Emas atau lebih."
Mungkin itu benar, Darren seharusnya sudah menjadi petualang tingkat tinggi. Tapi karena ia tak sengaja memecahkan bola sihir di guild, mereka pun menetapkan Darren sebagai petualang tingkat Perunggu tanpa mengukur kekuatannya.
"Ah, kau berlebihan. Aku tidak sekuat itu," Kata Darren sambil tertawa.
Sesampainya di depan gerbang kota, penjaga kemarin mengizinkan Darren masuk tanpa pemeriksaan lagi.
"Selamat datang kembali, Aswan-sama," Sambut penjaga itu.
"Ya, terimakasih, Fabrio," Sahut Darren. "Sudah ku bilang untuk memanggilku Darren saja," Bisik Darren pada Fabrio, si penjaga.
"Ku lihat anda sedang bersama kekasih anda, Darren-sama," Ucap Fabrio.
"Heh?" Ucap Darren kaget. "Bukan... bukan... dia bukan kekasih ku."
"Dengan kekuatan anda yang seperti itu, sudah tidak heran jika anda bisa memenangkan hati wanita dengan mudah," Ucap Fabrio mulai mengusili Darren.
"Hey... hey... jangan salah paham dulu ya," Ucap Darren.
Yuzuna yang berdiri disana, menjadi malu. Ia menundukkan kepalanya untuk menutupi wajahnya yang memerah.
"Sudahlah, aku mau kembali ke guild," Ucap Darren.
Darren dan Yuzuna pun berjalan memasuki kota. Darren dengan tombak di tangannya dan Yuzuna dengan tongkat di tangannya.
Banyak orang memperhatikan mereka. Sepertinya mereka tertarik pada tongkat yang Yuzuna pegang.
"Ngomong-ngomong, batu apa itu?" Tanya Darren sambil menunjuk ujung tongkat Yuzuna.
"Ini adalah Batu Delima Api," Jawab Yuzuna.
Darren pernah membacanya, tentang Batu Delima Api itu. Batu itu terkenal dikalangan petualang penyihir karena kekuatannya.
Batu itu dapat menghasilkan sihir api, dua kali lebih kuat dari sihir api dasar milik penggunanya. Itulah kenapa batu tersebut banyak dipasangkan di tongkat sihir.
"Woah, apa kau seorang penyihir api?" Tanya Darren kagum.
"Benar," Jawab Yuzuna.
"Wow, apa kau bisa menggunakan sihir-sihir api kuat?" Tanya Darren penasaran.
"Tidak juga. Aku hanya bisa menggunakan sihir api tingkat A." Ucap Yuzuna.
"Tingkat A itu sudah hebat!" Ucap Darren menyemangati.
"K-kau pikir begitu? Terimakasih," Ucap Yuzuna tersipu malu.
Sesampainya di guild, Darren pun menjual tombak pemberian Lizardmen tersebut.
Alhasil, Darren mendapat lima belas keping koin perak. Mereka bilang kalau tombak itu adalah barang yang lumayan langka.
Dia pun menyerahkan sepuluh koinnya untuk membayar ganti rugi, dan sisanya ia simpan sendiri didalam tas.
"Apa kau lapar?" Tanya Yuzuna pada Darren begitu mereka keluar dari guild.
"Ya," Jawab Darren.
"Bagus. Ayo kita ke bar dan makan disana," Ujar Yuzuna. "Biar aku mentraktir mu, sebagai tanda terimakasih."
Darren pun menerimanya. Mereka pun pergi ke bar terdekat.
.
.
.
"Jika boleh tahu, kau sudah duduk ditingkat apa, Yuzuna-san?" Tanya Darren selagi menunggu makanan tiba.
"Belum lama ini, Aku baru saja dipromosikan menjadi tingkat Perak," Jawab Yuzuna.
"Apa kau memiliki party?" Tanya Darren.
"Tidak, aku selalu berpetualang sendirian," Jawab Yuzuna.
"Hmm... menjadi seorang mage tanpa party, pastinya merepotkan," Ucap Darren.
"Ya, tepat sekali. Karena sihir api ku memiliki kecepatan serang yang lambat, aku seringkali kesulitan saat melawan monster-monster yang gesit," Ucap Yuzuna.
"Oh, apa berarti. Sihir api Fireball tadi itu milik mu?" Ucap Darren sembari menaruh makanan yang tiba diatas meja.
"Ya, benar," Ucap Yuzuna.
"Itu sangat hebat. Sihir api Fireball adalah sihir api dengan daya kerusakan cukup besar," Ucap Darren antusias. "Bisa dibilang, sihir itu berada pada tingkat B."
"Walaupun sihirnya kuat, jika penggunanya tidak becus. Maka hasilnya tetap saja akan mengecewakan," Ucap Yuzuna sambil bercanda. "Ternyata kau tahu banyak ya, soal sihir."
"Ya... aku membacanya di perpustakaan kemarin," Jawab Darren sambil memakan makanannya.
Tiba-tiba, saat mereka sedang makan. Seorang petualang berbadan besar, terlihat sedang menggoda seorang perempuan yang sedang makan disitu juga.
"Hey... cantik. Apa kau menemani ku malam ini?" Ucap petualang itu dengan nada memaksa.
Perempuan itu mencoba untuk tidak menghiraukannya, tapi petualang tersebut malah semakin menjadi-jadi.
"Hey! Jika aku berbicara, setidaknya perhatikanlah!" Teriak petualang itu. Ia pun memegang tangan perempuan itu dengan paksa dan menariknya.
"Hentikan!" Teriak seorang pemuda. "Lepaskan dia!"
Pria besar itu menoleh. "Bagaimana jika aku tidak melepasnya?" Ucap orang itu sambil tertawa. "Apa kau akan menghajar ku?"
"Jika terpaksa, maka jawabannya iya," Jawab pemuda itu.
Pria besar itupun tertawa kencang. "Aku adalah petualang kelas Platinum! Bocah seperti mu tidak akan bisa mengalahkan ku!" Ucapnya arogan. "Lebih baik kau pulang dan menangis."
Pemuda itu pun tersulut emosi. Tanpa banyak pikir, ia mengeluarkan pedangnya dan mengayunkannya ke arah pria tersebut.
Bruak..! Pria itu menonjoknya sebelum pemuda itu sempat mengenainya.
Keadaan pun menjadi ribut karena pria itu juga mulai tersulut ego untuk bertarung.
Pemuda itu kembali berdiri. Ia memegang erat pedangnya, bersiap untuk meluncurkan serangan kedua.
"Dia sangat ceroboh," Ucap Darren pada Yuzuna sambil menunjuk pemuda itu.
"Maksudnya?" Tanya Yuzuna.
"Dia pasti akan menyerang lagi dengan gerakan yang sama seperti sebelumnya," Jelas Darren. "Itu bisa terlihat dari bagaimana ia memposisikan kuda-kudanya. Jika ia menyerang seperti itu lagi, maka ia hanya akan mendapatkan pukulan lagi. Walau teknik yang digunakannya itu hebat, tapi itu akan sia-sia bila sang lawan mengetahui cara menangkisnya."
Darren pun diam-diam mengeluarkan sihirnya. "Channeling!" Ucapnya pelan.
Tiba-tiba, pedang pemuda itu pun bercahaya dan mengeluarkan partikel petir. Orang-orang pun tercengang, begitu juga dengan pemuda itu sendiri.
"Apa!? Sihir channeling?" Ucap Pria besar itu terkejut. "Terserahlah. Hal itu tidak akan mengubah keadaan."
Pemuda itu terlihat bingung awalnya, tapi ia berusaha untuk memanfaatkan keadaan. Ia mengayunkan pedangnya lagi.
Tanpa diduga, ayunan pedangnya tiba-tiba menjadi sangat cepat. Membuat pria besar itu tidak sempat untuk menangkis.
Brrttt... sebuah listrik mengalir dari pedang itu begitu menyentuh tubuh pria besar. Pria besar itu pun tersetrum hingga pingsan.
Semua orang di bar itu pun bersorak, sementara Darren dan Yuzuna memperhatikan sembari menikmati makanan mereka.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Haikal Akbar
Keren
2022-04-22
0
Budi Bud
lh bukannya tdi lgi di guild ya kok sekarang udah pergi kpn perginya kok gk jelas si ceritanya
2021-08-28
1
[ O 5 - 8 ] Mr. Rax
all in role aja owkwk OP
2021-08-22
0