Sudah tiga hari sejak kedatangan Darren ke desa Lizardmen. Di sana, ia diterima baik oleh para penduduk. Terlebih lagi cerita tentang Darren yang menganggap seluruh monster layaknya manusia, mulai tersebar dikalangan para Lizardmen.
"Walau kalian tidak bisa menggunakan sihir api. Kalian masih tetap bisa membuat api dengan menggunakan kayu," Ucap Darren mengajar para warga untuk membuat api. "Cukup gesekan saja kedua ranting ini."
"Benarkah?"
"Wah, kalau begini, kita bisa makan daging bakar setiap hari!"
Darren juga banyak membantu warga desa. Mulai dari mengajari mereka membuat api, mengajari mereka cara hidup sehat, dan kadang ia ikut berburu saat malam.
Kanrei menjadi teman dekatnya di sana. Sementara Riuku dan Takara sudah ia anggap seperti adiknya sendiri. Kadang, Kanrei sering mengajak Darren untuk ikut berburu.
Dengan kemampuan sihir Darren, berburu di hutan menjadi jauh lebih efisien. Karena kebanyakan Lizardmen tidak begitu handal dalam sihir, jadi sihir Darren sangatlah membantu.
Kaido sendiri dapat melihat potensi hebat dalam diri Darren. Ia tertarik dengan bakatnya. Apalagi ia sudah benar-benar yakin bahwa Darren tidak punya maksud jahat di desa ini.
Tapi walau begitu, ia kadang berpikir bahwa berbahaya jika terlalu mempercayai seorang manusia. Terlebih kalau manusia itu mempunyai kekuatan yang luar biasa.
"Kekuatannya itu, adalah kekuatan yang tidak terasah."
.
.
.
"Darren-san, apa kau kesepian?" Tanya Yuzuna.
"Ya," Jawab Darren. "Semenjak kalian pergi, semuanya menjadi lebih buruk."
Yuzuna pun tersenyum lembut. "Walau begitu," Ucapnya, "Aku yakin kau bisa melewatinya."
"Apa yang membuat begitu yakin?"
"Karena Darren-san adalah orang hebat," Jawab Yuzuna. "Kau harus ingat bahwa, kaulah yang menyelamatkan desa manusia hewan itu."
Darren menundukkan kepalanya. "Apa bagusnya kalau aku tetap tidak bisa menyelamatkan kalian."
Yuzuna kemudian memeluk Darren. Darren yang sudah terbawa kesedihan, kemudian menangis dalam dekapan Yuzuna.
"Itu bukan salah mu," Kata Yuzuna.
"Bagaimana bisa!? Kau, Rolf, dan Hayate telah tiada tepat dihadapan ku. Bagaimana bisa kalau itu bukan salah ku!?" Ucap Darren. "Andaikan aku lebih kuat. Kalian pasti tidak akan seperti ini."
Yuzuna meletakkan tangannya diatas kepala Darren. Perlahan-lahan, ia mulai mengelus-elusnya dengan lembut. Ia kemudian berbisik di samping telinga Darren.
"Kau itu kuat. Bahkan lebih kuat dari kami bertiga," Bisiknya. "Kepergian kami bertiga adalah kesalahan kami sendiri. Itu tidak ada hubungannya dengan mu."
"Aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan mu. Bagi ku, kau lah satu-satunya orang yang tinggal di hati ku," Sambung Yuzuna.
"Yuzuna...-san..." Ucap Darren sambil menoleh ka wajah Yuzuna.
"Aku menyukai mu, Darren-san," Ucap Yuzuna.
Darren terpaku diam. Baru kali ini seseorang mengatakan itu kepadanya.
"Y-Yuzuna...-san..?" Ucap Darren perlahan.
"Tapi sayang, ini akan menjadi yang terakhir kalinya bagi kita," Ucap Yuzuna. "Terus lah maju, dan jangan pernah menengok ke belakang. Carilah lagi orang yang bisa mengerti tentang perasaan mu."
"Aku bahagia, bisa mencintaimu," Sambung Yuzuna.
Tiba-tiba Yuzuna pun menghilang dan meninggalkan Darren tanpa jejak. Darren yang terkejut mulai menoleh kesana kemari, tapi yang ia lihat hanyalah kehampaan.
.
.
.
"Yuzuna-san!" Lagi-lagi ternyata itu adalah mimpi.
Darren mulai memperhatikan sekitarnya. Ah iya, dia ingat kalau ia sedang tidur siang. Tapi apakah mimpi yang ia baru saksikan itu sungguhan?
"Y-Yuzuna...-san..." Air mata mulai menetes perlahan. "Kenapa? Kenapa kau mengatakan itu semua?"
Setelah menghapus air matanya, tiba-tiba Riuku muncul dari pintu.
"Darren-san," Panggilannya. "Kanrei-san ingin menemui mu."
Darren kemudian berdiri dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ruang tamu.
"Hey, Darren. Bagaimana tidur mu?" Ucapnya.
"Ah, tidurku sangat nyenyak," Jawab Darren yang tentu saja itu bohong.
"Baguslah kalau begitu," Balas Kanrei. "Ngomong-ngomong, Kaido-sama ingin bertemu dengan mu. Ia sudah menunggu di balai desa."
"Baiklah, aku akan kesana sekarang."
Darren pun pergi berjalan menuju balai desa bersama dengan Kanrei. Disana, Kaido sudah terlihat menunggunya.
"Ada apa, Kaido-san?" Ucap Darren sambil duduk didepannya.
"Aku ingin bicara tentang sesuatu," Jawab Kaido.
"Ingin berbicara apa?"
"Jika boleh tahu," Sambung Kaido, "Kenapa kau mau membantu kami para Lizardmen? Bukankah seharusnya manusia seperti mu membenci kami?"
Darren pun menjawab, "Karena menurut ku itu adalah hal yang baik untuk dilakukan," Jawabnya. "Dan, aku sama sekali tidak membenci monster-monster seperti kalian. Karena bagiku, monster seperti kalian lebih memiliki rasa kemanusiaan daripada manusia itu sendiri."
"Kau tahu kan apa yang barusan kau katakan?" Kaido meneruskan.
"Tentu saja. Aku bicara seperti itu karena aku sudah melihat bagaimana sikap busuk manusia," Ucap Darren. "Mereka menyiksa monster, menganggap mereka sebagai makhluk rendah, dan bahkan menjadikan mereka budak."
"Tapi, bukankah hal seperti itu sudah wajar di kalangan manusia?" Ucap Kaido.
"Itulah yang kubenci dari manusia," Balas Darren. "Mereka menganggap hal seperti itu adalah hal yang lumrah. Padahal setiap makhluk punya hak untuk hidup bebas."
Kaido dan Kanrei terpaku diam. Bagi mereka, jawaban Darren sudah benar-benar di luar batas pemikiran manusia normal.
"Jadi, apa itu penyebabnya kau bisa sampai dikejar oleh Kerajaan Erobernesia?" Tanya Kaido.
"Benar," Jawab Darren sambil mengangguk pelan. "Beberapa hari yang lalu, Kerajaan Erobernesia mengirim pasukan untuk menangkap Manusia Hewan. Tapi, aku dan teman-temanku berusaha menentang mereka. Pada akhirnya, pertempuran tak terelakkan."
"Jangan-jangan, apa itu penyebab teman perempuan mu..." Ucap Kanrei.
"Ya, benar. Temanku tewas saat berusaha melindungi desa manusia hewan," Jawab Darren memotong. "Mereka dibunuh oleh pemimpin pasukan Erobernesia, Jenderal Michael."
"Karena itulah, aku membalasnya dengan membunuh seluruh pasukan mereka," Darren meneruskan.
"S-semuanya?" Ucap Kaido dan Kanrei terkejut.
Darren hanya mengangguk. Ia sudah tidak mau berbicara lebih banyak lagi. Baginya, mengingat kejadian itu membuatnya stress. Apalagi, mimpi tadi semakin membuatnya teringat-ingat.
"Jadi begitu," Ucap Kaido saat melihat ekspresi Darren. "Maaf karena telah membuatmu mengingat kembali kejadian itu."
"Ya, tidak apa-apa," Jawab Darren.
"Lalu, apa yang akan kau lakukan selanjutnya? Kerajaan Erobernesia pastinya tidak akan tinggal diam, kan?" Tanya Kaido.
"Sebenarnya, kemarin saat Kanrei menemukan ku terluka, aku sedang dalam pelarian menuju pegunungan Erfroren. Tapi kaki ku terluka karena racun, dan perjalananku terhambat," Balas Darren. "Tapi untungnya Kanrei menemukan ku."
Lalu Darren menoleh ke arah Kanrei yang berdiri di dekat pintu. "Aku berhutang padamu, Kanrei," Ucap Darren. Lalu ia kembali menoleh kepada Kaido. "Aku juga berhutang pada mu, Kaido-san. Karena kau telah mencabut racun itu."
"Ya, karena kau telah membantu warga desa. Anggap saja kalau kita sudah impas," Balas Kaido sambil tersenyum.
"Tapi, Darren. Sebenarnya makhluk apa kau ini?" Tanya Kanrei. "Aku melihatmu mengisi Mana dengan cepat. Padahal bagi monster saja, hal itu adalah hal yang mustahil."
Darren menggaruk kepalanya. Ia bingung bagaimana harus menjelaskannya. Apakah ia harus membuka rahasianya? Tidak, itu hanya akan membawa masalah pastinya.
"Mm... bisa dibilang, itu adalah bakat ku dari lahir," Jawab Darren sambil tersenyum canggung. "Tapi aku ini masih manusia loh."
"Syukurlah. Awalnya aku kira kau adalah Undead yang menyamar," Kanrei menghela nafas.
"Tapi, kekuatan mu itu adalah kekuatan yang tak lazim bagi manusia biasa," Sambung Kaido. "Saat melihatmu menggunakan sihir saat berburu, sebenarnya berapa banyak elemen yang kau kuasai?"
"Kalau itu, aku bisa menggunakan sihir api, air, angin, tanah, listrik..." Seiring Darren berbicara, kedua Lizardmen itu terlihat semakin melongo. "Oh, dan aku juga bisa menggunakan sihir cahaya. Walau cuma satu jenis sih."
"B-banyak sekali," Ucap Kaido sambil syok.
"Darren, apa kau yakin kalau kau manusia?" Ucap Kanrei sambil menganga.
"Oh ya, aku juga bisa meniru sihir orang lain. Jadi bisa dibilang kalau aku bisa menguasai semua jenis elemen," Sambung Darren.
Kaido dan Kanrei semakin ternganga. Mereka tak menyangka kalau ada seorang yang sangat hebat dihadapan mereka.
"Jangan bilang kalau kau pernah membuat mantra kreasi sendiri," Sambung Kaido dengan nada masam.
"Mantra kreasi? Apa itu?" Ucap Darren.
"Eh? Penyihir hebat seperti mu tidak tahu?" Sambung Kaido. "Mantra kreasi adalah mantra yang tercipta oleh imajinasi pembuatnya. Untuk menciptakan mantra kreasi, seseorang perlu membayangkan bentuk sihir secara spesifik sesuai imajinasinya dan mengalirkan Mana sehingga bisa digunakan sesuai keinginan."
"Walau terkesan mudah, tapi nyatanya menciptakan mantra kreasi adalah sesuatu yang sangat sulit. Hanya penyihir berpengalaman yang bisa melakukannya," Sambung Kanrei. "Kau harus bisa menyesuaikan Mana yang mengalir, dan memastikan alirannya sesuai dengan elemen yang kau gunakan."
Darren mulai berpikir-pikir untuk mencoba Mantra Kreasi. Jika ia ingin membuat mantra baru, maka ia harus memikirkan sebuah jurus yang keren.
"Hmm... apa ya?" Pikir Darren. "Nyontoh dari anime sepertinya sebuah awalan yang bagus."
Darren segera beranjak dari duduknya. Ditengah ruangan itu, sambil disaksikan oleh Kaido dan Kanrei, ia mulai membayangkan mantra kreasinya.
"Hei, apa yang kau lakukan? Jangan coba-coba melakukannya di sini. Itu berbahaya!" Ucap Kaido panik.
"Hmm... jurus apa ya yang terkenal? Kirin? Rasengan? Pernafasan Air? Aduh, bingung!"
Tiba-tiba sebuah ide lewat di kepalanya.
"Ah, sepertinya jurus itu bagus deh."
Darren kemudian langsung berlari keluar, dan mengangkat tangannya ke langit. Kaido dan Kanrei pun mengikutinya.
"Non-elemental Spell: Weather Modification!" Teriak Darren. Tiba-tiba banyak awan berkumpul. Cuaca seketika menjadi mendung, dan beberapa rintik hujan mulai turun. Tapi uniknya, hanya area dekat Darren saja yang terkena hujan.
Kaido dan Kanrei terpukau dengan kelakuan Darren. Mereka melihatnya dengan kagum dan ketakutan disaat yang bersamaan.
"Tidak begitu sulit," Ucap Darren dengan bangga.
"Apakah memang semudah itu?" Ucap Kanrei sambil menutupi kepalanya dari hujan.
"Sepertinya kau sudah menguasainya, Darren-kun," Ucap Kaido menghampiri Darren. "Sebenarnya, penguasaan sihir itu tidaklah begitu sulit. Semakin kau terbiasa dalam membayangkan bentuk suatu mantra, makan akan semakin mudah juga untuk menggunakannya."
Darren mengangguk-angguk, tanda ia setuju dengan penyataan Kaido. Bagi penghayal akut sepertinya, membayangkan sesuatu bukanlah hal yang sulit.
"Aku sudah ahli dalam berimajinasi. Menurutmu, apa yang aku lakukan setiap hari saat mengurung diri di kamar? Tentu saja menghayal tentang waifu ku."
"Sebaiknya kau cepat buat cuacanya kembali seperti semula, sebelum ini menyebabkan masalah," Ujar Kaido.
"Baik," Jawab Darren. "Non-elemental Spell: Weather Modification!"
Langitpun kembali cerah.
Saat mereka sedang berbincang-bincang, tiba-tiba seorang Lizardmen berkulit hijau datang sambil berlari-lari. Ia terlihat ngos-ngosan. Kemudian ia berbisik kepada Kanrei.
"Apa!?" Ucap Kanrei, disusul dengan hentakan tombaknya ke tanah.
"Ada apa, Kanrei?" Tanya Kaido.
"Tentara Erobernesia, mereka sedang dalam perjalanan kesini," Jawab Kanrei.
Darren dan Kaido langsung terkejut.
"Bagaimana mungkin? Apa itu karena mereka melihat sihir cuaca ku?" Ucap Darren.
"Mungkin. Tapi tidak ada gunanya membicarakan itu sekarang," Ucap Kaido dengan tegas. "Kita harus bersiap-siap untuk bertempur!"
Kaido pun memerintahkan Kanrei untuk mengevakuasi warga desa menuju hutan, karena akan lebih aman disana.
Sementara Kanrei dan Kaido sibuk, Darren berpiki untuk membawa pasukan itu pergi menjauh dari desa. Dengan menjadikan dirinya sebagai umpan, para pasukan pasti akan mengejarnya.
Dengan cepat ia kembali ke rumahnya. Disana ia sempat berpapasan dengan Riuku dan Takara.
"Darren-san, ada apa? Kenapa kau terlihat terburu-buru?" Tanya Riuku.
"Riuku, cepat bawa Takara pergi dari sini!" Ucap Darren. "Kalian berdua cepat ikutilah Kanrei menuju hutan. Disana akan lebih aman."
"Emangnya ada apa, Darren-oniisan?" Tanya Takara dengan polosnya.
Darren berpikir bahwa sebaiknya ia tidak membuat panik anak-anak, jadi dia menjawabnya dengan sebuah kebohongan. "Kami ingin pergi berpiknik ke hutan. Disana pasti akan sangat menyenangkan." Darren sebenarnya merasa berat hati untuk mengatakan hal itu.
Sementara Riuku menyadari sesuatu dari perilaku Darren. Darren yang mengedipkan matanya, memberi isyarat bahwa ada hal berbahaya yang akan tiba di desa.
"Takara, ayo kita pergi! Pasti akan menyenangkan bermain di hutan," Ucap Riuku dengan akting yang hebat.
Lalu mereka berdua pun meninggalkan Darren.
Darren segera ke kamarnya. Ia mengambil pedangnya dan berkemas. Ini mungkin akan jadi hari terakhirnya di desa ini. Lalu ia berlari keluar menuju Hutan ke arah pasukan Erobernesia berada.
"Takkan kubiarkan desa indah ini hancur oleh tangan mereka!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
leona
wibu akut🗿
2022-10-07
0
ZEYN
Alan teh saha?
2022-05-07
1
Haikal Akbar
👍🏻
2022-04-23
0