"Sial, mereka ada di mana-mana," Gerutu Darren sembari bersembunyi di balik sebuah gerobak yang sedang diparkir.
"Cepat cari dia! Jangan biarkan dia kabur dari kota!" Teriak seorang tentara.
Darren terpojok. Ia tidak tahu harus kemana. Salah melangkah sekali saja maka ia akan tertangkap.
"Bagaimana mereka bisa tahu penginapan ku?" Darren penasaran.
Tiba-tiba salah satu tentara melihat Darren. "Itu dia! Dia berada di belakang gerobak!"
Darren panik. Ia segera berdiri dan lari menuju sebuah gang kecil. Naas nya, gang tersebut ternyata buntu. Darren mencoba untuk kabur dengan memanjat tembok.
"Non-elemental Spell: Jump Boo-"
Swuush... Crack! Sebelum Darren sempat menyelesaikan mantranya, sebuah anak panah melayang dan menancap di kaki kirinya.
"Sial, aku terjebak. Aku akan tertangkap."
10 Menit Sebelumnya...
Darren baru saja sampai di penginapan. Setelah perjalanan semalaman, bukan hanya tubuhnya saja yang kelelahan tapi juga mentalnya.
"Berjanjilah kepadaku, bahwa kau tidak akan pernah menyalahkan dirimu sendiri lagi," Kalimat Yuzuna masih terngiang di kepalanya.
"Maaf, Yuzuna-san. Aku tidak bisa menepati janji itu," Ucap Darren pelan. "Tapi aku berjanji. Aku akan mengubah dunia ini menjadi lebih baik. Apapun caranya. Agar hal seperti ini tidak terulang kembali kepada orang lain."
Rolf dan Yuzuna telah tewas dengan mengenaskan. Darren bahkan tidak sempat untuk mengucapkan salam perpisahan. Dan kini ia harus mencari adik Hayate dan menyampaikan salam kakaknya.
"Kenapa?" Gumam Darren sambil menutup wajahnya dengan bantal, "Apa tidak ada yang bisa ku lakukan untuk mencegah itu semua?"
Tiba-tiba terdengar suara keramaian dari lantai bawah. Suaranya terdengar seperti suara segerombolan bapak-bapak.
Darren yang hampir tertidur, kembali membuka matanya dan beranjak dari kasur. Ia kemudian tiarap sambil menempelkan telinganya di lantai.
"Di sini ada seorang petualang bernama Darren, kan?" Terdengar seseorang menanyakan itu.
Terdengar pula wanita penjaga menjawab, "Iya benar. Ia ada di lantai atas."
Didengar dari bagaimana wanita itu menjawab, sepertinya orang-orang itu bersenjata.
"Pengawas penginapan tidak mungkin menjawab begitu saja. Setidaknya ia akan bertanya tentang kepentingan sang tamu, dan setelah dikonfirmasi, baru mereka akan memberitahu letak kamar si penginap."
"Sementara wanita itu menjawab begitu saja. Berarti pengunjung ku bukanlah orang biasa. Atau jangan-jangan... mereka adalah... Tentara Erobernesia!?"
Darren langsung menyadarinya. Ia segera mengemasi barang-barangnya secepatnya. Dengan tas kulitnya, ia juga tak lupa membawa pakaian training lamanya.
Setelah itu, tanpa banyak pikir, ia langsung melompat keluar lewat jendela. Tapi sayangnya, aksinya itu terlihat oleh sekumpulan tentara yang sudah menunggunya di jalanan.
"Itu dia!" Teriak seorang dari para tentara.
Darren langsung mengeluarkan sihirnya. "Non-elemental Spell: Speed!"
Darren tidak ingin bertarung di dalam kota. Karena bisa saja seseorang akan terluka. Jika memang ia tak punya pilihan lain selain melawan pasukan itu, minimal ia harus membawa mereka jauh dari kerumunan warga.
Dengan sihir speed nya, Darren berlari. Tapi karena ia terlalu lelah, maka ia mencoba untuk bersembunyi. Ia melihat sebuah gerobak yang terparkir dan memutuskan untuk bersembunyi di sana.
Untuk sekarang ia bisa aman.
"Non-elemental Spell: Thermography!" Dengan sihir ini, Darren bisa melihat suhu panas setiap orang, bahkan jika orang itu berada dibalik dinding.
"Sial, mereka ada di mana-mana," Gerutu Darren.
"Cepat cari dia! Jangan biarkan dia kabur dari kota!" Teriak seorang tentara.
Darren terpojok. Ia tidak tahu harus kemana. Salah melangkah sekali saja maka ia akan tertangkap.
"Bagaimana mereka bisa tahu penginapan ku?" Darren penasaran.
Tiba-tiba salah satu tentara melihat Darren. "Itu dia! Dia berada di belakang gerobak!"
Darren panik. Ia segera berdiri dan lari menuju sebuah gang kecil. Naas nya, gang tersebut ternyata buntu. Darren mencoba untuk kabur dengan memanjat tembok.
"Non-elemental Spell: Jump Boo-"
Swuush... Crack! Sebelum Darren sempat menyelesaikan mantranya, sebuah anak panah melayang dan menancap di kaki kirinya.
"Sial, aku terjebak. Aku akan tertangkap."
Satu persatu para pasukan itu mulai mengarahkan panah mereka pada Darren. Mereka sepertinya sudah diperintahkan untuk membunuh Darren di tempat.
"Non-elemental Spell: Blind!" Seseorang mengucap mantra.
Darren sempat terkejut saat merasakan tubuhnya diangkat oleh seseorang. Tapi kemudian ia lebih terkejut lagi saat mengetahui bahwa orang itu adalah Fabrio.
"Fabrio-san?" Ucap Darren sambil digendong. "Apa yang kau lakukan di sini?"
"Seluruh pasukan itu mengincar mu, ya?" Ucap Fabrio. "Aku sudah dengar kabar bahwa kau sudah membunuh banyak tentara Erobernesia. Apa kau benar-benar melakukan itu?"
"B-benar. Aku membunuh mereka," Jawab Darren pelan. "Lalu kenapa kau menyelamatkan ku?"
"Raja bilang bahwa, orang yang bisa membawa kepala mu akan mendapat bayaran tinggi," Kata Fabrio. "Ah, tidak... tidak... aku hanya bercanda."
"Aku dulu adalah seorang kapten yang memimpin pasukan Erobernesia," Fabrio meneruskan. "Aku juga sudah paham betul bagaimana Kerajaan Erobernesia memperlakukan Manusia Hewan. Mereka membunuh banyak manusia hewan dan menjadikan anak-anak mereka budak. Aku sempat melawan hal itu, dan berakhir dipecat oleh raja. Aku kemudian kehilangan jabatan ku sebagai kapten dan dikirim ke kota ini."
Darren mengangguk-angguk. Ia tak menyangka kalau Fabrio juga membenci peraturan dunia ini.
Setelah sampai di gerbang kota bagian utara, Fabrio kemudian memberikan Darren sebuah pakain baru. Pakaian itu berwarna gelap, dengan sebuah penutup dibagian kepalanya.
"Gunakanlah ini. Ini bisa membuat mereka kesulitan untuk mengenali mu," Ucap Fabrio sambil menyodorkan pakaian itu.
Darren menerimanya. "Fabrio-san. Kenapa kau mau membantu ku?"
"Karena aku yakin kalau hanya kau lah yang bisa mengubah tatanan dunia ini," Jawab Fabrio.
Darren pun tersenyum. "Kalau begitu, terimakasih telah mempercayai ku," Ucap Darren. "Bolehkah aku meminta satu hal lagi?"
"Apa itu?"
"Apa boleh aku memanggil mu Om Fabrio?" Tanya Darren.
Fabrio pun tertawa. "Tentu saja boleh. Anggap saja aku paman mu."
Setelah mengenakan pakaian baru, Darren pun diberi instruksi oleh Fabrio. Tentang arah kemana ia harus pergi.
"Larilah ke arah utara melewati Pegunungan Erfroren. Di sana ada Kerajaan bernama Friedlich," Sambung Fabrio sambil menunjuk ke arah hutan. "Jika kamu sempat, mungkin kamu bisa tinggal di sana untuk sementara, sebelum berita itu sampai kepada masyarakat disana."
Darren mengangguk. Ia kemudian pergi sambil melambaikan tangannya kepada Fabrio.
"Terimakasih atas segalanya, Om Fabrio."
Fabrio membalasnya dengan senyuman dan sebuah lambaian juga. "Berhati-hatilah di jalan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Haikal Akbar
Mantap
2022-04-23
0