Tiga Hari kemudian...
Rolf, Yuzuna, dan Darren sedang berjalan berkeliling kota. Rolf meminta mereka untuk menemaninya membeli pedang baru.
"Jadi, pandai besi mana yang akan kau kunjungi?" Tanya Darren.
"Ku dengar, Toko Pandai Besi Rudd adalah yang terbaik di kota ini," Jawab Rolf. "Mungkin aku bisa menemukan pedang yang cocok di sana."
Darren dan Yuzuna mengangguk.
Sebenarnya, Darren juga sempat berpikir untuk membeli senjata baru. Kapak Goblin yang ia gunakan selama ini cukup berat, sehingga Darren tidak bisa mencapai kecepatan maksimal dalam bertarung.
"Mungkin aku akan membeli senjata baru juga," Ucap Darre. "Kira-kira senjata apa ya yang cocok dengan ku?"
"Untuk petarung dan penyihir hebat seperti mu, mungkin akan bagus jika kau membuat senjata sesuai desain mu sendiri," Ucap Rolf. "Ku dengar Pandai Besi Rudd juga menyediakan jasa tersebut."
Dalam perjalanan, perhatian mereka tiba-tiba teralihkan oleh sesuatu. Sekelompok tentara berzirah, terlihat sedang berjalan dengan kuda mereka. Mereka sepertinya adalah tentara kerajaan.
"Apa yang tentara kerajaan lakukan disini?" Pikir Rolf.
"Kerajaan?" Ucap Darren.
"Ya. Kota ini masih berada dibawah pemerintahan kerajaan Erobernesia. Tapi walau begitu, mereka jarang sekali menyentuh kota ini," Jelas Rolf. "Mungkin mereka hanya lewat atau semacamnya."
Darren menjadi sedikit lega. Ia khawatir bahwa kemunculan tentara kerajaan adalah sebuah masalah.
"Kalau begitu, ayo cepat. Aku sudah tidak sabar untuk melihat senjata baru kalian," Ucap Yuzuna semangat.
Sesampainya di Pandai Besi Rudd. Rolf dan Yuzuna sedang melihat-lihat beberapa senjata kuat.
"Benar apa kata orang-orang," Ucap Rolf. "Semua senjata di sini punya kualitas tinggi."
"Tentu saja. Aku menempa mereka dengan kasih sayang, ha... ha... ha...," Ucap Rudd, sang pandai besi. "Lalu apa mau mu?" Ucap Rudd melihat Darren.
"Apa aku bisa memesan sebuah senjata?" Tanya Darren.
"Tentu saja bisa. Aku bisa membuatnya, selama kau punya bahan yang cukup," Jawab Rudd.
"Bagaimana jika kau meningkatkan keefisiensian kapak ini?" Darren pun mengeluarkan kapak goblinnya.
Rudd pun menyipitkan matanya. Lalu ia terkejut.
"Tunggu... apa!? Kapak Goblin!?" Ucapnya terpukau. "Tak kusangka petualang perunggu seperti mu sudah mengalahkan raja Goblin."
Rudd pun mengambil kapak tersebut. Ia terus mengamat-amatinya dengan wajah serius.
"Maaf, aku tidak bisa," Ucap Rudd sambil meletakkan kapak Darren. "Kapak ini memiliki semacam sihir, jadi sudah tidak bisa ditingkatkan lagi."
"Begitu ya," Ucap Darren.
"Tapi, jika kau mau, aku bisa mengubah kapak ini menjadi senjata lain," Sambung Rudd. "Sihir pada kapak ini mencegah ku meningkatkan performanya. Jika aku menghancurkan kapak ini, maka sihirnya akan hilang. Maka aku bisa membuatnya ulang."
Itu masuk akal bagi Darren. Menggunakan kapak itu terus menerus memang tidak menyenangkan. Kapak itu terus mengekang Darren untuk mengeluarkan kekuatan maksimalnya.
"Baiklah, itu ide bagus," Ucap Darren. "Jadi, berapa harganya?"
"Untuk mu, akan aku beri harga empat koin perak," Jawab Rudd.
Setelah membayarnya, Darren pun menyerah kapaknya pada Rudd untuk diubah menjadi sebuah pedang panjang. Rudd menjamin bahwa senjatanya akan selesai besok.
"Darren, lihatlah! Apa aku terlihat cocok menggunakan ini?" Panggil Rolf sambil bergaya dengan sebuah pedang besar.
"Jujur, kau terlihat bodoh," Ucap Yuzuna mengejek.
"Aku tidak bertanya pada mu!" Balas Rolf.
"Tapi kau memang terlihat bodoh dengan itu. Pedang mu bahkan lebih besar dari dirimu sendiri," Ejek Yuzuna sambil tertawa.
"Hei, aku tidak sekecil itu, tahu!" Ucap Rolf marah-marah.
Melihat mereka berdua bertengkar, membuat Darren tertawa. Tak disangka berbelanja seperti ini akan menjadi begitu menyenangkan.
"Oh ya, Darren," Panggil Rolf tiba-tiba. "Bagaimana jika kita membentuk sebuah party?"
"Ya! Aku juga berpikir begitu," Ucap Yuzuna semangat.
Darren terdiam. "P-party? Maksud mu party untuk menjalankan q-quest?" Ucap Darren terbata-bata.
"Ya. Jadi kita bisa terus bersama," Balas Rolf. "Itu pasti akan menyenangkan."
Darren sempat terdiam. Ia takut akan kehilangan mereka.
"Padahal aku sudah bisa sedekat ini dengan mereka. Aku takut kehilangan mereka," Kata Darren dalan hati.
Yuzuna melihat Darren murung. Ia paham apa perasaan Darren. Ia pun menghampirinya dan menepuk pundaknya.
"Tidak apa," Ucapnya pelan. "Aku yakin kami akan baik-baik saja."
Darren melihat tatapan mata Yuzuna yang penuh kehangatan. Pandangan itu membangkitkan semangatnya.
Darren kemudian tersenyum. "Ya, itu ide bagus," Ucap Darren sambil mengacungkan jempolnya.
Yuzuna dan Rolf tersenyum lebar.
"Yosh, kalau begitu ayo kita pergi ke guild!" Ajak Rolf antusias.
"Ayo!" Sahut Darren dan Yuzuna bersamaan.
.
.
.
"Jadi, quest apa yang akan kita ambil?" Tanya Yuzuna pada Rolf dan Darren sambil melihat daftar-daftar quest.
"Mungkin, akan bagus jika kita mengambil misi yang mudah dulu," Ujar Darren. "Dengan begitu, kita bisa melatih kekompakan kita. Seperti: Mencari hewan ternak yang hilang."
"Tapi, quest tingkat rendah bayarannya juga rendah. Aku sarankan kita mengambil yang lebih sulit," Ujar Rolf. "Seperti quest ini: Mengalahkan ular rawa tengkorak."
"Ular rawa tengkorak?" Ucpa Yuzuna. "Bukankah itu adalah salah satu monster tingkat A? Kita tidak akan sanggup mengalahkannya."
"Tentu saja kita sanggup. Aku bahkan pernah mengalahkannya sekali," Ucap Rolf bangga.
Darren kebingungan. Ia sebenarnya belum pernah mengambil quest sebelumnya. Bahkan uang yang ia dapat hanyalah hasil dari berburu semalaman tanpa tidur.
"Bagaimana menurut mu, Darren-san?" Tanya Yuzuna.
"Eh... aku? Aku juga bingung," Jawab Darren. "Sebenarnya ini adalah pertama kalinya aku mengambil quest."
Yuzuna dan Rolf pun menatap Darren dengan kaget.
"Hah!? Jadi, selama ini apa yang kau lakukan!?" Tanya Rolf terkejut.
"Eh... aku hanya berburu saja kok. Tidak lebih," Jawab Darren.
"Ya ampun, pantas saja kau terus berada di tingkat perunggu," Ucap Rolf.
Saat mereka bertiga sedang berdebat, tiba-tiba seorang perempuan yang merupakan Guildmaster berjalan melewati mereka. Ia terlihat membawa sebuah kertas dan menempelkannya diantara daftar-daftar quest.
"Permisi, aku mau tanya," Ucap Yuzuna memanggil Guildmaster itu.
"Iya, ada apa?" Sahut sang Guildmaster.
"Itu quest apa, ya?" Tanya Yuzuna sambil menunjuk kertas tadi.
"Ah, itu adalah quest mengawal tentara kerajaan," Jawab Guildmaster. "Para tentara kerajaan berencana pergi melewati hutan. Tapi sesuai rumor yang beredar, hutan tersebut cukup berbahaya. Maka itu mereka mencari pengawal untuk menambah tenaga tempur."
Darren pun berbisik pada Rolf. "Apa itu penyebab tentara kerajaan ada disini?" Bisiknya pelan.
"Sepertinya iya. Tapi kemana tujuan mereka kira-kira?" Balas Rolf sambil berbisik.
Guildmaster pun menlanjutkan bicaranya. "Quest ini diberikan langsung oleh raja, jadi bayarannya sangat tinggi. Sekitar dua belas koin emas," Ucap Guildmaster.
Darren dan teman-temannya terkejut. Itu adalah bayaran yang sangat tinggi. Dengan mengambil quest ini saja, mereka bertiga bisa hidup tanpa bekerja selama dua bulan.
"Kalian beruntung bisa melihatnya pertama kali. Jika orang lain melihat ini duluan, maka mereka pasti sudah mengambilnya," Sambung Guildmaster.
Rolf tiba-tiba menarik lengan baju Darren. Sambil menganggukan kepalanya, ia meyakinkan Darren untuk mengambil quest tersebut.
Hutan tersebut sudah sangat familiar bagi Darren. Dari pengalamannya selama berburu, ia sudah cukup hafal setiap sudut hutan tersebut. Ia juga sudah banyak bertemu monster di sana, jadi pengalamannya mungkin akan sangat berguna.
"Baiklah, kita ambil quest itu," Ucap Darren sambil menghela nafas. Tapi sebenarnya, di lubuk hatinya yang terdalam, terdapat rasa khawatir yang luar biasa.
"Kalau begitu, kalian bisa berangkat besok," Kata Guildmaster sambil kembali mencabut selembar quest itu. "Sebaiknya kalian bersiap mulai sekarang."
Rolf dan Yuzuna pun bersorak kegirangan.
"Ku harap aku tidak membuat kesalahan," Ucap Darren dalam hati.
.
.
.
Hari berlalu dengan cepat. Darren dan Yuzuna kembali ke penginapan, dan Rolf ke tempatnya sendiri. Mereka akan beristirahat dan bersiap untuk quest pertama mereka sebagai party besok.
Tok... tok... seseorang mengetuk pintu kamar Darren. Darren pun membuka matanya sambil bertanya-tanya siapa. Padahal sekarang sedang tengah malam.
"Iya, sebentar," Ucap Darren sambil berjalan ke arah pintu.
Kreek... begitu pintu terbuka, Darren dikejutkan dengan kehadiran Yuzuna. Ia terlihat khawatir.
"Darren-san, apa aku boleh tidur di sini?" Tanya Yuzuna pelan.
Darren tentu saja terkejut. "Eh? Ada apa ini?" Ucapnya. "Apa kamar mu sedang bermasalah?"
"Tidak, aku hanya... bermimpi buruk," Jawab Yuzuna dengan wajah pucat.
Darren tidak bisa menolaknya. Apa mimpi itu benar-benar buruk hingga membuat Yuzuna sampai ketakutan hingga pucat seperti iti?
"B-baiklah. Kau boleh tidur di kasur, dan aku akan tidur di lantai," Ucap Darren sambil berbalik menuju sebuah karpet.
Swuut... Yuzuna segera berlari dan mendorong Darren ke kasur. Ia kemudian memeluk Darren tanpa peringatan. Darren hanya terdiam karena kaget dengan sikap Yuzuna.
"Darren-san, aku takut," Ucap Yuzuna seraya memeluk erat tubuh Darren di atas kasur. "Aku mohon, jangan tinggalkan aku!"
Darren kemudian mengelus kepala Yuzuna. Ia bisa merasakan betapa halusnya rambut panjang milik Yuzuna.
"Aku ingin... tidur bersama mu," Ucap Yuzuna sambil terisak tangis.
"I-iya, tentu saja boleh. Kau boleh tidur di sini," Ucap Darren canggung.
"Tidak, bukan itu," Kata Yuzuna. "Aku ingin tidur dengan mu. Di atas tempat tidur yang sama."
Darren sempat terdiam. Ia tidak tahu alasan kenapa Yuzuna bisa jadi seperti ini, tapi ia bisa merasakan keputus asaan dalam dirinya.
Darren pun mengusap air mata Yuzuna dengan perlahan.
"Baiklah," Jawab Darren lembut.
Sebuah senyuman lebar pun terlukis di wajah Yuzuna. Ia merasa sangat senang.
"Terimakasih, Darren-san," Ucapnya sambil merebahkan tubuhnya bersamaan dengan Darren di atas kasur.
.
.
.
"Hidupku, hanyalah sebuah aib."
"Bahkan dewa pun mengutukiku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Haikal Akbar
Mmmm
2022-04-22
0
[ O 5 - 8 ] Mr. Rax
kenapa aku merasa panas padahal lagi dingin disini🗿
2021-08-22
0
«L4LORD»
hmm... aneh, tentara kerajaan minta dikawal. Bukankah seharusnya tentara itu memiliki tugas mengawal. Yah... saya tidak menyalahkan siapapun karena ini untuk yang namanya "Plot".
Tapi entah kenapa kok saya merasa dunia itu menadi lebih dark. Jika saya pikirkan, maka keberadaan tentara kerajaan cukup penting bagi seorang raja jika dibandingkan sekelompok petualang.
itu berarti, jika ada masalah yang membahayakan mereka, mereka bisa menggunakan para petualang sebagai umpan.
Jelas-jelas orang akan lebih memperdulikan tentara kerajaan dibandingkan sekelompok petualang yang tidak terlalu dikenal.
2021-06-16
7