"Y-Yuzuna-san..." Darren mengigau dalam tidurnya. "Yuzuna-san!"
Ia terbangun. Saat ia sadar, ia melihat dirinya sudah terbaring di tempat tidur. Ah iya, dia teringat bahwa ia sedang di rumah Ravenna. Kalau begitu, berarti sekarang ia sedang ada di kamarnya.
"Darren, ada apa? Apa kau baik-baik saja?" Ravenna segera mendobrak pintu dan menerobos masuk.
"Eh?" Darren terkejut Ravenna datang begitu cepat.
"Aku mendengar mu berteriak. Apa kau sehat?" Ucap Ravenna nyerocos. "Apa kau tidak enak badan? Apa itu efek samping karena menggu sihir ajaib mu itu?"
"Ah, aku tidak apa-apa. Aku hanya kehabisan Mana saja," Jawab Darren mencoba menenangkan.
Ravenna pun menghela nafas. Ia merasa lega bahwa Darren baik-baik saja.
"Ngomong-ngomong, sudah berapa lama aku pingsan?" Sambung Darren.
"Sekitar seminggu," Jawab Ravenna sambil tersenyum.
"Ha!? Seminggu!?" Ucap Darren panik.
"Tidak-tidak, aku hanya bercanda," Ucap Ravenna sambil tertawa kecil. "Kau hanya pingsan satu malam."
Darren menghela nafas. "Kau hampir membuatku jantungan," Ucap Darren.
"Aku bersyukur kau baik-baik saja," Sambung Ravenna dengan nada lembut. "Kalau begitu, ayo kita sarapan."
Mereka pun pergi sarapan.
"Bagaimana keadaan di kota?" Tanya Darren sambil memakan makanannya.
"Ada kabar mencengangkan tadi malam," Jawab Ravenna dengan wajah serius.
"Ada apa?"
"Kerajaan Erobernesia diserang," Ucap Ravenna.
"Diserang? Oleh siapa?" Tanya Darren mulai penasaran.
"Orang-orang bilang bahwa yang menyerang mereka adalah seorang raja iblis," Jawab Ravenna.
"Raja iblis?" Ucap Darren sambil mengerutkan dahinya. "Ternyata ada juga yang seperti itu ya disini."
"Lalu, bagaimana keadaan kerajaan sekarang?" Sambung Darren.
"Terbakar. Hangus sampai ke tanah," Jawab Ravenna dengan serius. "Dinding kota hancur, bangunan-bangunan runtuh. Hampir segalanya rata dengan tanah."
"Kuat sekali raja iblis itu," Ucap Darren sambil membayangkan.
"Tapi ajaibnya, tak ada korban tewas disana," Ravenna meneruskan. "Bahkan semua penduduk disana berhasil keluar tanpa luka sedikitpun."
"Eh, serius?" Ucap Darren tak percaya. "Dari semua kerusakan itu, tak ada satupun yang terluka?"
"Ya. Setidaknya itu yang orang-orang katakan," Ucap Ravenna.
Darren mengerutkan dahi sambil terus mengelus-elus dagunya. Ia sedikit curiga dengan perbuatan Raja Iblis itu. Tapi ada satu pikiran yang terus mengganggunya.
"Michael, apa dia masih hidup?" Gumam Darren dengan penuh rasa benci. "Dia tidak boleh mati. Tidak jika bukan aku sendiri yang membunuhnya."
Darren terlalu sibuk dengan pikirannya, sampai tiba-tiba ia dikejutkan oleh Ravenna yang memanggilnya.
"Ada apa Darren? Kau terlihat gelisah," Tanya Ravenna.
Darren segera terbangun dari lamunannya. "Ah, aku hanya memikirkan sesuatu," Ucapnya. "Apa dari pihak militer tak ada korban satupun?" Sambungnya.
"Ada," Jawab Ravenna. "Orang yang kita lawan kemarin, Taiji Kuroba. Ditemukan tewas dalam keadaan membusuk."
"Membusuk? Apa jangan-jangan itu sihir wither?" Pikir Darren.
"Mungkin saja," Sahut Ravenna. "Selain dia, semua orang selamat. Termasuk raja, ratu, pangeran, dan jenderal."
Darren menghela nafasnya. Ia bersyukur karena Michael masih hidup. Itu berarti ia masih punya kesempatan untuk membalaskan dendamnya.
"Tapi kenapa hanya Taiji yang dibunuh? Apa iblis itu sama seperti ku, yang menyimpan sebuah dendam?"
Darren segera beranjak dari tempat duduknya. Ia teringat bahwa ia seharusnya pergi menuju Kerajaan Friedlich sebelumnya, sesuai yang disarankan oleh Fabrio.
"Mungkin jika kesana, aku bisa mendapatkan beberapa informasi," Pikir Darren.
Darren segera mengambil barang-barangnya dan izin untuk pergi.
"Secepat ini?" Ravenna berusaha menghentikannya. "Kenapa tidak bermalam satu malam lagi?"
Darren menggeleng. "Maafkan aku, aku harus pergi," Ucapnya. "Ada perjalanan yang sudah menunggu ku."
Sebelum Darren sempat meninggalkan tempat itu, Ravenna memberinya sebuah peta
"Peta ini adalah warisan dari ayah ku. Jadi bisa dibilang ini adalah peta lama," Ucap Ravenna sambil menyodorkan petanya.
Peta itu terlihat tidak lengkap. Hanya berupa gambar-gambar pulau yang berwarna. Tapi, itu mungkin akan membantu dalam perjalanan nanti.
"Terimakasih, Ravenna. Ini sangat membantu," Ucap Darren.
Setelah Darren mengambil peta tersebut, Ravenna tiba-tiba menarik tangannya dan memeluknya.
Ia berbisik lembut di telinga Darren, "Terimakasih. Aku juga berhutang budi pada mu."
"Iya. Jaga diri kalian baik-baik, ya," Balas Darren.
Mereka pun berpisah.
Setelah berhasil keluar dari kota, Darren segera menuju desa Lizardmen secepatnya. Ia ingin memastikan keadaan disana selama ia pergi.
Apalagi disana juga ada banyak petualang. Apapun bisa terjadi tanpa dugaan. Darren segera mempercepat langkahnya.
Dengan sihir Speed nya, Darren berhasil tiba di desa Lizardmen hanya dalam waktu se-jam.
"Wah, Darren. Kau sudah kembali," Sambut Kanrei yang terlihat senang.
"Apa semua baik-baik saja?" Tanya Darren.
"Ya," Ucap Kanrei. "Para petualang kemarin telah kami tahan. Mereka juga tak terlihat ingin melawan."
"Baguslah," Ucap Darren.
"Ngomong-ngomong, apa kau tahu tentang raja iblis?" Sambung Darren.
"Ya, emang kenapa?" Jawab Kanrei.
"Bukan apa-apa. Aku hanya ingin tahu saja," Ucap Darren.
"Aku sendiri tidak tahu banyak," Sambung Kanrei. "Yang ku tahu, raja iblis adalah monster yang memiliki kekuatan luar biasa. Mereka ditakuti, baik oleh manusia maupun monster."
"Bahkan kalian?" Ucap Darren.
Kanrei mengangguk.
"Tunggu, saat kau bilang 'Mereka', apa itu berarti ada lebih dari satu raja iblis?" Tanya Darren.
"Tepat sekali," Jawab Kanrei sambil mengacungkan jempolnya. "Siapa saja bisa jadi raja iblis, asalkan ia bisa membuktikan bahwa ia layak."
"Bagaimana caranya?"
"Tentu saja dengan unjuk kekuatan," Ucap Kanrei. "Apabila ia berhasil membuktikan bahwa kekuatannya lebih kuat dari monster rata-rata, maka ia akan diakui menjadi raja iblis."
"Ada satu pertanyaan lagi yang mengganggu ku," Ucap Darren. "Sebenarnya, apa tujuan dari menjadi raja iblis."
"Kalau itu, aku sendiri tidak begitu tahu," Jawab Kanrei. "Mungkin hanya untuk bersenang-senang. Apalagi, jika kau menjadi raja iblis, maka kau bisa terkenal."
Darren mengangguk-angguk walau ia sendiri masih belum yakin.
"Apa iya sesimpel itu? Menjadi raja iblis hanya untuk bersenang-senang?"
"Raja iblis kan seharusnya suka membunuh manusia. Seperti yang di anime."
Malam harinya, Darren mencoba memastikan hal ini. Ia pergi ke balai desa untuk menemui Kaido, tapi sayangnya ia tak menemukannya disana. Ia sudah mencarinya kemana-mana tapi tetap saja tidak ketemu.
"Kemana dia? Tumben sekali ia keluar," Gumam Darren. "Padahal besok aku sudah harus pergi."
Akhirnya Darren kembali ke rumah Riuku. Ia bermalam disana untuk terakhir kalinya. Hingga keesokan paginya, Darren sudah bersiap-siap untuk pergi.
"Kak Darren, apa kau mau pergi?" Tanya Takara sambil memeluknya.
Darren tersenyum. "Iya, aku harus pergi," Ucapnya.
"Tapi aku masih ingin bermain dengan mu," Sambung Takara. "Ku mohon, jangan pergi dulu."
Darren pun menjongkokkan badannya. Ia mengusap kepala Takara dengan lembut sambil berkata, "Maaf, tapi aku harus pergi."
Wajah Takara memelas.
"Tenang saja. Aku akan mampir lagi kesini kapan-kapan," Ucap Darren menghibur.
Takara pun tersenyum. "Janji ya."
"Ya, aku janji," Jawab Darren sambil tersenyum.
Sementara Riuku sudah menyiapkan barang-barang Darren. Darren segera melangkahkan kakinya keluar dan melanjutkan perjalanannya.
"Sampai jumpa lagi, Darren-san!" Ucap Riuku sambil melambai-lambai, disusul dengan teriakan dari Takara.
"Jangan lupa janji mu!" Teriaknya.
Darren tersenyum lebar, sambil melambaikan tangannya.
"Sampai jumpa! Riuku, Takara!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Haikal Akbar
👀
2022-04-23
0
«L4LORD»
siapapun memiliki kekuatan jauh diatas monster rata-rata menjadi raja iblis? Manusia yang kuat bisa jadi apa tidak? Lumayan buat nambah sertifikat.
Tunggu, memangnya menjadi raja iblis itu mendapat/membutuhkan sertifikat resmi?
#hanyabercanda
2021-06-18
2