Langkah demi langkah, Darren memijakkan kakinya di dataran hutan yang lembab. Banyaknya lumut dan juga tanaman-tanaman merambat yang tumbuh di tanah, membuat kaki Darren menjadi sedikit berat.
Luka bekas panah di kakinya pun masih terasa sedikit perih. Di tambah lagi ia harus mengeluarkan tenaga yang lebih hanya untuk melangkah.
"Anak panah itu sepertinya beracun. Walau sihir heal berhasil mengobati kaki ku, tapi rasa sakitnya masih saja menempel," Gerutu Darren.
Pohon demi pohon, Darren sudah berjalan cukup jauh ke dalam hutan. Dalam kondisinya yang seperti ini, ia selalu berharap untuk tidak bertemu dengan monster.
Jika menoleh kebelakang, sepertinya para tentara Erobernesia sudah tidak lagi dalam jangkauannya. Setidaknya ia bisa merasa sedikit lebih lega.
"Fabrio bilang aku harus pergi terus menuju ke utara," Kata Darren pada dirinya. "Dari caranya berbicara, sepertinya ia memang orang yang baik. Kurasa aku bisa mempercayainya."
Saat Darren sedang memikirkan hal itu, tiba-tiba sekumpulan Lizardmen muncul dari balik semak-semak. Jumlahnya sekitar enam orang.
"Haha! Kita mendapatkan mangs..." Tiba-tiba Lizardmen itu berhenti. "Tunggu, kau kan..."
"Ada apa, Kanrei? Apa kau mengenalnya?" Tanya Lizardmen lain.
"Ya, dialah manusia yang ku ceritakan waktu itu," Jawab Lizardmen itu yang ternyata bernama Kanrei.
Darren menatap mereka. Walau ia tahu kalau mereka mengingat dirinya, ia tetap berusaha untuk tetap waspada.
Kanrei pun melihat Darren yang sedang merintih kesakitan sambil memegangi kakinya yang terlihat baik-baik saja.
"Jangan-jangan, apa kaki mu terkena racun?" Ucap Kanrei sambil menghampiri Darren. "Apa kau sudah mengobati nya?"
Darren mengangguk pelan. "Sudah. Tapi masih terasa sakit."
"Sepertinya itu adalah Fatal Poison. Walau sudah diobati sekalipun, efek sakitnya akan cukup menyakitkan untuk jangka waktu lama," Ucap Kanrei.
Kanrei pun berkata pada teman-temannya, "Kalian, ayo kita bawa orang ini ke desa."
"Baik!" Ucap mereka serentak.
Darren hanya bisa mengikuti alur. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi di desa Lizardmen. Tapi lebih baik kalau dia tidak melawan.
Sesampainya di desa Lizardmen. Darren yang masih berada di gendongan Kanrei pun dibawa ke sebuah rumah yang paling besar. Yang tidak lain adalah Balai Desa.
Disana ada seorang Lizardmen berkulit putih. Mungkin kalau di tempat asal Darren, makhluk seperti itu disebut dengan Albino.
"Ada apa Kanrei? Kenapa kau membawa manusia ke sini?" Ucap Lizardmen putih saat melihat Darren dan Kanrei masuk.
"Ketua, dia lah manusia yang pernah kuceritakan sebelumnya," Jawab Kanrei. "Kakinya telah teracuni oleh Fatal Poison. Apakah anda bisa menyembuhkannya?"
Tanpa bertanya lebih lanjut, Lizardmen putih itupun langsung mengiyakan.
Lizardmen itu kemudian menyuruh Darren untuk duduk di hadapannya. Darren pun menurutinya.
"Proses pencabutan Fatal Poison akan menyedot mana mu juga. Apa kau tidak masalah dengan itu?" Tanya Lizardmen putih.
"Iya. Aku tidak masalah dengan itu.," Jawab Darren.
Tiba-tiba Lizardmen itu berdiri dan menggigit kaki Darren dengan taringnya. Darren sempat terkejut, tapi ia tetap diam. Walau itu sakit, tapi ia yakin kalau Lizardmen itu tak punya maksud lain.
Tak lama kemudian, Darren merasakan tubuhnya semakin lemas. Mana-nya tersedot, tapi secara bersamaan, rasa sakit dari racun itu menghilang.
Setelah cukup lama, Lizardmen putih itu pun melepaskan gigitannya. Sekarang, rasa sakit pada kaki Darren sudah benar-benar hilang seluruhnya. Tapi ia mulai merasakan lelah yang berat.
"Sebaiknya kau bawa dia untuk beristirahat," Kata Lizardmen putih itu. "Kehilangan terlalu banyak Mana bisa berbahaya bagi tubuh."
"Baik," Jawab Kanrei.
Tapi Darren menolak. "Tidak perlu. Aku bisa melakukannya sendiri," Katanya.
Kedua Lizardmen itu diam kebingungan.
Darren pun kembali duduk dan membentuk posisi bermeditasi. Seperti biasa, semua mana-nya kembali terisi seperti semula.
Kedua Lizardmen itu pun ternganga.
"A-apa yang sebenarnya terjadi?" Kata Lizardmen putih. "Skill ini. Ini adalah skill undead!"
"Tapi jika dia memang seorang undead, seharusnya ia kebal terhadap racun," Sambung Kanrei. "Siapa orang ini sebenarnya?"
Darren kemudian beranjak dari duduknya. Ia sudah merasa lebih baik.
"Terimakasih banyak atas bantuannya. Sekarang aku menjadu lebih baik," Ucap Darren sambil tersenyum.
"Ah, iya. Tidak masalah. Aku juga sebenarnya ingin bertemu dengan mu," Ucap Lizardmen putih itu.
"Sebelumnya, izinkan saya memperkenalkan diri. Namaku Kaido, ketua dari desa Lizardmen ini," Sambung Lizardmen putih itu.
"Owh, jadi begitu," Ucap Darren. "Apa kau albino?"
"Heh?" Kaido dan Kanrei tiba-tiba kaget.
"Darimana kau tahu kata itu?" Tanya Kaido.
"Eh? Apa aku salah bicara?" Darren menutup mulutnya.
"Yah, tidak apa-apa sih. Tapi darimana kau tahu nama itu?" Sambung Kaido.
"Nama?"
"Dalam sejarah monster, Albino adalah dewa monster yang memiliki kekuatan suci. Ia memiliki perawakan serba putih, dan kekuatannya sangatlah tinggi. Ia dihormati oleh banyak monster," Jelas Kaido. "Aku adalah salah satu keturunan dari Albino. Karena itulah aku memiliki kekuatan yang tidak dimiliki Lizardmen lain."
"Dan itulah sebabnya kau jadi Ketua di desa ini?" Sambung Darren.
"Benar," Jawab Kaido. "Lalu, darimana kah mengetahui nya?"
"Kalau soal darimana aku tahu nama itu. Itu karena..." Darren meneruskan. "Aku mengetahuinya dari sekolah."
"Sekolah?" Ucap Kaido dan Kanrei bersamaan.
"Iya, sekolah. Tunggu, apa disini tidak ada sekolah?" Kata Darren.
"Sekolah? Apa itu sekolah?" Tanya Kanrei.
"Ah, sekolah adalah tempat dimana kalian berlajar tentang sesuatu," Jelas Darren.
"Jadi di 'Sekolah Anda', anda belajar tentang Dewa Albino?"
"Um... ya, begitulah," Ucap Darren sambil tersenyum dan menggaruk kepalanya.
Karena sudah cukup lama di situ, Darren pun izin untuk melanjutkan perjalanannya. Tapi karena hari sudah mau malam, Darren diminta untuk bermalam disana.
"Maaf jika saya lancang. Tapi, bolehkah saya mengetahui nama anda?" Tanya Kanrei sambil mengantarnya ke sebuah rumah. "Saya ingin menanyakan ini sejak dulu."
"Gaya bicara mu terlalu formal. Santai lah sedikit," Ucap Darren. "Nama ku, Darren. Senang berkenalan dengan mu."
"Darren...ya? Apa aku boleh memanggil anda Darren-sama?" Ucap Kanrei.
"Sudah ku bilang, jangan terlalu formal. Dan panggil saja aku Darren," Jawab Darren. "Anggap saja aku seperti teman mu."
"Eh? Apa and- kamu tidak keberatan?" Tanya Kanrei. "Berteman dengan seorang monster, itu bisa merusak reputasi anda."
"Aku tidak masalah dengan itu," Ucap Darren. "Bagi ku, reputasi bukanlah segalanya. Aku sudah tidak peduli dengan bagaimana manusia-manusia lain memandang ku. Aku sudah muak dengan sifat mereka."
Kanrei pun meneruskan, "Lalu bagaimana ceritanya kau bisa terkena Fatal Poison?"
"Salah satu tentara Erobernesia menembak ku dengan panah beracun," Jawab Darren.
"Tentara Kerajaan? Apa kau melakukan kejahatan di kota?"
"Sebenarnya itu karena aku membunuh semua pasukan mereka."
Kanrei menelan ludah. Ia mulai bergumam tentang betapa kuatnya orang yang ia ajak bicara ini.
"M-membunuh... semua?" Ucap Kanrei.
"Ya. Itu terjadi karena mereka mencoba menangkap manusia-manusia hewan dan ingin menjadikan mereka budak," Kata Darren. "Tentu aku tidak bisa tinggal diam."
Kanrei hanya terdiam. Ia sepertinya sadar bahwa sesuatu telah terjadi kepada Darren. Ia pun mencoba mengganti topik.
"Lalu bagaimana kabar teman perempuan mu itu?" Tanya Kanrei. "Aku ingin minta maaf kepadanya atas kejadian waktu itu."
Darren tiba-tiba berhenti berjalan. Ia menundukkan kepalanya.
Sementara Kanrei hanya diam karena bingung dengan apa yang terjadi. Dia sepertinya mulai sadar betapa banyaknya hal yang tak ia ketahui.
"Yuzuna-...san," Ucap Darren perlahan. "Ia sudah tiada."
Kanrei terkejut.
"A-apa? Apa itu ada hubungannya dengan tentara Erobernesia itu?" Ucap Kanrei.
"Benar. Mereka membunuhnya, bersama dua orang temanku yang lain," Ucap Darren.
Kanrei sadar bahwa pertanyaannya sudah merusak suasana. Ia menanyakan pertanyaan yang tidak seharusnya ia tanyakan.
"A-aku minta maaf. Aku tidak tahu kalau kau sedang berduka," Ucap Kanrei.
"Ya, tak apa-apa. Itu bukan salahmu," Jawab Darren.
Darren pun tiba di sebuah rumah. Ternyata rumah itu merupakan salah satu rumah dari penduduk di desa itu. Mereka dengan sukarela meminjamkan kamar mereka pada Darren.
Kanrei kemudian meninggalkan Darren disana. Ia juga menyerahkan semua keperluan Darren kepada pemilik rumah.
Rumah itu cukup kecil. Kamarnya pun hanya ada satu. Anggota keluarga itu sendiri hanya ada dua orang. Seorang kakak perempuan dan adik laki-lakinya.
Darren jadi merasa tidak enak untuk tinggal di situ. Jika ia tidur di kamar, maka dimana kedua kakak beradik itu akan tidur?
Sob... sob... tiba-tiba sang adik menarik lengan baju Darren. Kalau dilihat-lihat, anak kecil itu mungkin berusia sama seperti anak TK.
"M-maaf, tuan petualang. Adik ku tidak bermaksud mengganggu mu," Ucap sang kakak sambil segera menarik lengan adiknya.
Sang kakak sendiri terlihat seperti seorang remaja SMP.
"Tidak apa-apa. Aku juga minta maaf karena sudah merepotkan kalian," Balas Darren.
"Ah, tidak. Kami hanya menjalankan perintah Kaido-sama," Kata sang kakak.
"Ngomong-ngomong, apa kau punya nama?" Tanya Darren. "Akan sulit jika kita mengobrol nantinya tanpa saling mengenal."
"M-mengobrol? Apa itu tidak apa-apa?"
"Tentu saja tidak. Apa salahnya aku mengobrol dengan mu," Ucap Darren. "Perkenalkan, nama ku Darren."
"Aku Riuku, dan adik ku Takara."
"Baiklah. Senang berkenalan dengan kalian," Ucal Darren sambil tersenyum.
Setelah merapihkan barang-barangnya, Darren kembali menemui kedua kakak beradik itu. Karena hari sudah malam, dan mereka mengajak Darren untuk makan.
Makanan yang disajikan sebenarnya jauh dari standar makanan manusia. Itu mungkin karena mereka adalah Lizardmen, sehingga mereka mungkin punya cita rasa yang berbeda dengan lidah manusia.
"D-daging... mentah?" Ucap Darren saat melihat di piringnya terdapat sebuah daging segar. "Apa kalian benar-benar memakan ini?"
"Ya. Apa anda tidak menyukainya?" Tanya Riuku.
"Bukannya aku tidak suka, tapi daging mentah tidak baik untuk kesehatan," Ucap Darren.
"Benarkah? Tapi kami selalu memakan ini setiap hari," Balas Riuku.
Darren pun berdiri. Jika dilihat-lihat, di rumah itu memang tidak mempunyai dapur. Hanya ada sebuah ruang tamu dan meja makan di tempat yang sama.
"Daging mentah seperti ini bisa saja mengandung banyak bakteri, seperti Salmonella, E.**** , Shigella, hingga Staphylococcus aureus."
"Mungkin bagi Lizardmen seperti mereka, hal itu bukanlah sebuah masalah. Tapi bagiku, itu adalah masalah serius."
"Jika sedang tidak beruntung, ada kemungkinan bahwa bakteri-bakteri tersebut akan tertelan. Dan kemudian menyebabkan masalah kesehatan yang serius."
Darren pun mencoba berinisiatif. Ia pergi keluar dari rumah dengan makanan di piringnya. Riuku dan Takara yang melihatnya pun mulai penasaran. Membuat mereka mengikutinya dari belakang.
Di malam yang sunyi itu, Darren membuat sebuah api menggunakan sihirnya dan menaruhnya di atas kayu-kayu. Ia kemudian menusukkan daging tersebut dengan sebuah tongkat kayu yang panjang.
"Nah, kalau begini, aku bisa memasaknya," Ucap Darren. "Jadi teringat masa-masa Pramuka."
Di atas api tersebut, Darren mulai memutar-mutar Dagingnya dengan perlahan dan merata. Ia disaksikan oleh dua kakak beradik itu.
"Darren-sama, apa yang sedang anda lakukan?" Tanya Riuku.
"Aku sedang memasak," Jawab Darren.
"Memasak?" Ucap Riuku.
"Ya. Apa kalian tidak pernah memasak makanan?" Ucap Darren.
"Hanya Kaido-sama yang bisa menggunakan sihir api, jadi hanya dia lah yang pernah memakan makanan matang," Jawab Riuku.
"Kalau begitu, apa kalian ingin mencobanya juga?" Ujar Darren. "Aku bisa memasakkannya untuk kalian."
Senyum lebar pun terlukis di wajah Riuku dan adiknya. Ini pertama kalinya mereka makan makanan matang.
Nom... nom... nom... Kedua kakak beradik Lizardmen itu sepertinya sangat menikmati masakan Darren. Padahal ia hanya membakarnya tanpa memberi bumbu sedikitpun.
"Ini sangat enak, Onee-san," Ucap Takara.
"Ya, jauh lebih enak dari daging mentah," Balas Riuku.
"Itu hanyalah daging yang dibakar. Jika aku bisa menambahkan bumbu, mungkin akan jauh lebih nikmat lagi," Ucap Darren.
Setelah selesai makan malam, Riuku dan Takara pun menghampiri Darren.
"Terimakasih atas makanannya, Darren-sama," Ucap mereka berdua sambil membungkukkan badan.
"Ah, iya. Tidak masalah. Aku senang jika kalian menyukainya," Balas Darren. "Jika kalian mau, aku bisa memasak lagi untuk sarapan besok."
Wajah senang pun kembali muncul di wajah mereka. Bagu mereka, makan daging yang dibakar saja sudah seperti memakan makanan mewah. Hal itu membuat Darren merasa sedih.
"Orang-orang Lizardmen ini tidak pernah merasakan makanan matang sebelumnya. Sedangkan manusia-manusia di tempat lain bisa setiap hari merasakannya."
Darren kemudian memegangi dagunya. Ia berpikir untuk membuat semua Lizardmen merasakan lezatnya daging matang.
"*Apa aku bisa memasak sebanyak itu?"
"Kurasa bisa. Selama bahan dan alatnya memadai*."
Tiba-tiba Takara memanggil Darren. "Darren-sama, apa anda mau tinggal di sini lebih lama lagi?"
Darren menoleh. Ia tidak mau mengecewakan hati mereka yang penuh pengharapan. "Mungkin aku akan tinggal untuk beberapa hari lagi," Jawabnya. "Dan selama aku di sini, aku akan terus memasak untuk kalian."
Riuku dan Takara semakin senang. "Terimakasih, Darren-sama," Ucap mereka berdua serentak.
"Ya, sama-sama," Ucap Darren. "Dan selama aku berada di sini, kalian harus memanggil ku Darren."
"Darren... saja?"
"Yup. Setidaknya, anggap saja aku sebagai teman kalian."
Hari ini pun menjadi hari yang menyenangkan bagi Darren. Ia bahkan hampir lupa tentang kesedihannya sendiri.
Tak disangka Lizardmen yang dianggap menjijikkan oleh manusia-manusia lain, bisa membawa kebahagiaan bagi Darren.
"Aku akan buat mereka hidup layak. Hidup dimana setiap anak-anak akan tertawa dan orang-orang tua bisa hidup tenang tanpa peperangan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Haikal Akbar
...
2022-04-23
0
[ O 5 - 8 ] Mr. Rax
oh ya kok aku suka manggil dia Duren yah🗿
2021-08-22
3
[ O 5 - 8 ] Mr. Rax
aku masih gak terima Hua mata ku sakit
2021-08-22
0