"Aku harus melakukan ini sendirian. Aku tidak boleh melibatkan para Lizardmen itu," Ucap Darren sembari berlari menuju hutan. "Aku bisa merasakan kalau tentara-tentara itu masih di dalam hutan. Jika begini, aku mungkin akan sempat untuk menghalau mereka hingga menjauh."
Tak lama kemudian, Darren mendengar beberapa pergerakan. Suara itu terdengar tak jauh dari situ. Ia pun segera bersembunyi di balik pohon.
Ternyata benar, para tentara itu berada tepat di depan matanya. Tapi, yang ia lihat membuatnya terkejut.
"Mereka bukan terntara Erobernesia!" Ucap Darren dalam hati setelah memperhatikan mereka dengan teliti. "Mereka adalah petualang! Tapi, kenapa mereka beramai-ramai ke sini?"
Niatan Darren untuk menyerang langsung hilang. Kehadiran benyak petualang di tempat seperti ini bukanlah hal yang normal. Mereka kan tahu kalau hutan Albtraum adalah hutan yang penuh dengan monster berbahaya.
"Huff... kenapa kita harus mengambil quest ini bersama mereka?" Ucap salah satu dari mereka. "Padahal kita bisa mengambil quest ini untuk kita sendiri."
"Aku juga berpikir begitu," Jawab yang lain. "Tapi Raja Erobernesia memerintahkan untuk mencari dua puluh orang. Ia bilang bahwa buronan itu adalah orang yang berbahaya."
Ternyata benar dugaan Darren. Mereka adalah petualang utusan Raja Erobernesia untuk memburunya. Tapi kenapa Raja tak mengirim pasukan khusus? Kenapa ia malah memilih mengirim petualang-petualang amatir seperti ini?
"Tak ada alasan bagi ku untuk membunuh mereka," Kata Darren pada dirinya. "Lebih baik kalau aku membuat mereka pingsan, dan kemudian menginterogasi mereka."
Darren segera beraksi. Ia melompat ke dahan-dahan pohon dan mematahkan beberapa ranting untuk mengalihkan perhatian mereka.
"Suara apa itu?" Mereka mulai teralihkan.
Dengan cepat, Darren mengeluarkan mantra tidurnya. "Non-elemental Spell: Sleep!"
Para petualang itu secara tak sadar mulai mengantuk. Beberapa ada yang langsung terbaring tidur dan beberapa lagi malah menyadari bahwa itu sebuah serangan.
"Ini serangan! Semuanya bersiaga!" Teriak mereka.
Petualang yang tersisanya hanya sekitar enam orang. Tiga dari mereka bersenjata pedang, dua memegang tombak, dan satu menggunakan panah.
"Ho... ho... aku tidak tahu kalau ada orang yang bisa tahan terhadap sihir sleep," Ucap Darren. "Tapi itu takkan bertahan lama."
Kemudian, Darren mengeluarkan sihir pelumpuh andalannya. "Non-elemental Spell: Curse of Binding!"
Akhirnya para petualang yang tersisa berhasil diatasi. Mereka berusaha bergerak, tapi tubuh mereka serasa terikat dengan sesuatu.
"Apa-apaan ini!?" Gerutu mereka.
Rencana Darren telah berhasil. Ini berarti ia juga berhasil mencegah para Lizardmen untuk ikut terlibat pertarungan. Tapi, ia berencana untuk membawa petualang-petualang ini ke desa untuk diinterogasi.
"Baiklah. Ini saatnya aku menunjukkan diriku," Ucap Darren di atas pohon.
Tapi, saat ia hendak melakukannya, seseorang muncul dari balik bayangan pepohonan dengan gerakan yang sangat cepat. Swoosh!!! Ia menyerang Darren menggunakan sebuah tombak.
Yang lebih mengejutkannya lagi, ternyata orang itu adalah seorang petualang wanita tingkat tinggi. Ravenna, wanita yang merupakan seorang petualang rank berlian. Ia terkenal akan kehebatannya yang selalu menyelesaikan quest dengan sempurna.
Dengan ultra instinct-nya, Darren berhasil melompat menjauh dari serangan Ravenna.
"Phew... hampir saja," Ucap Darren menghela nafas. "Tak kusangka akan bertemu seorang superstar di tempat seperti ini."
Ravenna kembali menyerang Darren tanpa memberinya kesempatan untuk bernafas.
"Thunder Elemental: Thunder Spear!" Ucap Ravenna sambil mengumpulkan energi sihir pada ujung tombaknya.
Darren yang sudah mengetahui jurus itu, segera mengeluarkan mantra asap untuk mengaburkan pandangan Ravenna, sehingga akurasinya menjadi menurun.
Stab!!! Tombak Ravenna malah mengenai sebuah pohon.
"Dia sangat gesit dalam mengambil langkah. Aku harus lebih waspada," Ucap Darren pada dirinya. "Sebisa mungkin aku berusaha untuk tidak membunuhnya. Karena bagaimana pun juga, ia tetaplah manusia."
Ravenna menoleh ke sekeliling. Ia berusa mencari lokasi Darren. Tapi Darren sudah mengantisipasinya dengan menggunakan mantra penghilang keberadaannya, yaitu "Sneak".
" Cih, kemana dia pergi?" Kata Ravenna sambil terus menajamkan indranya. "Apa ia kabur lagi?"
Tiba-tiba Darren muncul dari atas dengan pedang di tangannya. Ia mencoba memotong tombak Ravenna.
"Non-elemental Spell: Sharpness!"
Swoosh... Ravenna segera menangkis serangan Darren dengan sebuah serangan juga. Menyebabkan Darren gagal melakukan rencananya.
"Dasar rendahan. Berani-beraninya kau menyerang seseorang dari titik butanya," Kata Ravenna sambil menodongkan tombaknya. "Itu bukanlah cara bertarung yang terhormat."
"Kehormatan ku sudah tidak berarti lagi," Balas Darren. "Jika kau masih mencoba menjaga kehormatan mu di sini, maka bersiaplah untuk kalah."
"Heh! Jangan sok dulu ya," Balas Ravenna dengan keras. "Tadi itu baru pemanasan. Aku belum serius melawanmu."
"Ho... ho... kalau begitu, berjuanglah. Aku menantikan serangan balasan mu," Ucap Darren tanpa berpikir. Ia hanya berusaha untuk terlihat mengintimidasi. "Tapi sepertinya gagal, ya?"
Ravenna segera mengambil langkah pertamanya. Ia merapal mantranya, "Thunder Elemental: Lighting Arrow!" Seketika, banyak anak panah listrik berhujanan mengincar Darren.
"Earth Elemental: Boulder Smash!" Darren membalasnya dengan sihir tanah.
Sebuah batu besar terbang meluncur layaknya bola yang ditendang. Serangan panah petir milik Ravenna bukanlah serangan yang mematikan bila dilawan oleh elemen tanah yang kuat seperti itu.
Melihat serangannya berhasil diantisipasi, Ravenna mencoba menghindar dari batu tersebut. Tapi, hal itu juga sudah Darren persiapkan sebelumnya.
"Kenapa kaki ku sangat berat?" Ravenna kebingungan.
Saat Ravenna menoleh ke bawah, betapa terkejutnya ia saat melihat setengah kakinya telah terhisap ke dalam tanah.
"A-apa!? Sejak kapan? Aku bahkan tidak menyadarinya!"
Batu yang terbang pun mulai mendekati Ravenna.
"Non-elemental Spell: Impaling!"
Ravenna kemudian melemparkan tombaknya ke arah batu tersebut dan berhasil menghancurkannya. Tombaknya yang terlempar pun menancap di tanah.
"Fire Elemental: Extermination Fire!" Darren pun membakar tombak Ravenna hingga hangus tanpa sisa.
Ravenna yang masih terjebak, hanya bisa menyaksikan senjata satu-satunya hancur. Ia menjadi geram, tapi ia tak bisa bergerak juga.
"Jadi ini kekuatan dari seorang buronan? Aku sangat ceroboh karena telah meremehkannya."
"Tapi ini bukan berarti aku sudah kalah."
Darren berjalan mendekati Revenna dengan pedang di tangannya.
"Apa dia ini benar-benar petualang tingkat Berlian?" Gumam Darren. "Aku merasa bahwa dia masih menahan diri."
Ravenna yang masih terjebak, tiba-tiba tertawa. Sebuah senyuman tajam terlihat di wajahnya. Ia kemudian menggerakkan tangannya, dan mengucapkan sebuah mantra.
"Summon: Thunder Wolf!"
Sebuah sambaran petir tiba-tiba turun dari langit. Darren yang terkejut segera menjaga jaraknya hingga cukup jauh. Ia bisa merasakan sesuatu yang datang.
Dari balik petir yang menyambar itu, ikut turun juga seekor Serigala Raksasa.
"Serang dia, Raiko!" Terika Ravenna sambil menunjuk Darren.
Darren terkejut. Ia tak tahu kalau Ravenna bisa menggunakan sihir summon. Apalagi makhluk panggilannya adalah seekor Serigala Petir, makhluk tingkat A.
"Sial. Aku seharusnya lebih berhati-hati," Gerutu Darren sambil waspada.
Serigala itu pun melolong ke langit. Tak lama, awan mulai berkumpul, hujan mulai turun dengan deras, dan petir menyambar di segala tempat.
"Apa ini adalah sihir yang sama seperti Weather Modification?"
Jedarrr!!! Jederr!!! Darren berusaha untuk terus bergerak menghindari sambaran-sambaran petir itu. Tapi, jika ia hanya terus menghindar, maka ia akan kehabisan tenaga dan berakhir kalah.
"Aku harus menyerang balik!" Ucap Darren. "Fire Elemental: Extermination Fire!"
Serigala itu pun dilahap oleh api pemusnahan. Untuk beberapa saat, serigala itu terlihat sudah musnah.
"Ku kira kau cermat. Ternyata kau sama seperti petualang bodoh lainnya," Ucap Ravenna sambil meringis. "Sihir seperti itu takkan mempan! Kau hanya membuang-buang keberuntungan mu saja!"
Serigala itu pun keluar dari kobaran api tanpa terlihat tergores sedikit pun. Membuat Darren menjadi cemas.
"Jadi begitu," Pikir Darren sambil memegangi dagunya, "Jika sihir ku memang tidak mempan kepada hewan peliharaannya, maka aku hanya perlu menyerang majikannya."
"Tapi sepertinya hal itu takkan mudah. Ravenna adalah petualang tingkat tinggi. Aku tidak boleh mengulangi kesalahan ku yang sebelumnya dengan meremehkannya."
"Menyerang secara langsung pasti tidak akan berhasil. mengingat Serigala itu terus berada di dekatnya."
"Aku mungkin harus menggunakan umpan."
Darren kemudian berlari menuju pepohonan, dan menghilang. Ravenna yang melihatnya, segera menajamkan indranya.
"Raiko, deteksi bau nya!" Ucap Ravenna sambil terus mencari Darren.
Serigala itu pun mulai mengendus-endus sekeliling. Tapi itu sia-sia, karena Darren sudah menggunakan sihir penghilang keberadaannya.
"Dengan sihir ini, aku bisa membuat keberadaan ku menghilang seakan-akan aku tak pernah ada di sini. Mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk melancarkan serangan dadakan."
Darren segera muncul dari belakang Ravenna dengan pedang yang tercondong ke depan. Ravenna yang mengetahuinya, segera mengantisipasinya dengan serangan petir dari Raiko.
Zrrttt!!! Sebuah aliran petir menyambar Darren di udara.
"Ha! Kena kau," Ucap Ravenna dengan bangga. "Dasar bodoh. Kau hanya mengulangi trik yang sama!"
Seketika itu juga, Darren yang lain muncul dari arah belakang Ravenna, sementara Raiko masih sibuk dengan Darren yang satunya. Ternyata, Darren yang pertama tadi hanyalah sebuah gelembung air yang diberi modifikasi ilusi.
"A-apa!?" Ravenna syok saat menyadari bahwa ia sudah terjatuh dalam jebakan.
Darren dengan cepat mengeluarkan sihir Bind pada Ravenna, membuatnya tak bisa bergerak. Sementara ia berhasil mengalahkan Raiko dengan pedangnya.
"Serigala petir memang kebal terhadap serangan sihir. Tapi, ia sangat lemah saat berhadapan dengan serangan fisik."
Ravenna yang meronta-ronta di atas tanah, berusaha untuk bergerak tapi sia-sia. Sebagian besar tenaganya sudah habis untuk meng-summon Raiko tadi.
"Aku sudah menang," Ucap Darren sambil menodongkan pedangnya, "Sebaiknya kau menyerah sekarang."
"Cih, lebih baik aku mati daripada harus menyerah kepada seorang kriminal seperti mu!" Balas Ravenna.
"Kau sepertinya keras kepala," Sambung Darren sambil kembali menarik pedangnya. "Tapi aku di sini bukan untuk membunuh kalian."
"Kenapa? Kau ingin menunjukkan belas kasih mu?" Balas Ravenna nyerocos. "Maaf ya, tapi trik seperti itu tidak akan mempan kepada ku!"
Darren menarik nafas. Ia tak menyangka kalau salah satu petualang terkenal bisa keras kepala seperti ini. "Kau Ravenna, bukan? Petualang tingkat berlian dan pengguna sihir petir terhebat di guild kota," Tanya Darren.
"Ya, benar itu aku," Jawab Ravenna.
"Lalu, kenapa kau bisa sampai ke sini?" Darren menyambung pertanyaannya.
"Apa aku harus menjawab itu?" Ucap Ravenna dengan nada mengejek.
"Ya, atau akan ku bunuh semua petualang yang sedang tertidur itu," Ucap Darren berusaha mengintimidasi. Padahal ia sendiri tidak berencana untuk melakukan demikian.
"Bunuh saja. Aku tidak peduli," Ucap Ravenna dengan kejamnya. "Sudar jadi resiko bagi petualang lemah kalau mati saat melakukan quest."
"Cih, ini lah yang ku benci dari sifat manusia. Mereka sangatlah egois," Ucap Darren sambil menggeram. "Apa kau tidak peduli sama sekali dengan keselamatan mereka!?"
"Tentu saja tidak. Mereka tidak punya hubungan apa-apa dengan ku," Balas Ravenna dengan nada kasar.
"Lalu, apa jadinya jika aku membunuh mu?" Ucap Darren dengan nada kesal.
"Ha! Itu tidak mungkin. Aku tidak akan mati di tangan penjahat seperti mu!" Kata Ravenna dengan senyuman sombong di wajahnya.
"Huff... kau ini," Ucap Darren. "Padahal sudah terjebak dan tidak bisa bergerak. Mana-mu juga sudah habis, tapi kau masih bisa merasa sombong seperti itu."
"Baiklah kalau begitu, biarkan aku yang meladeni mu," Ucap seorang lain yang tiba-tiba muncul dari balik bayangan. "Perkenalkan, namaku Taiji. Petarung terbaik kerajaan Erobernesia."
.
.
.
Pertarungan kedua orang tersebut tak terhindarkan. Dengan segenap tekadnya untuk melindungi desa Lizardmen, Darren bertarung mati-matian melawan petarung terbaik Erobernesia, Taiji Kuroba. Apakah Darren akan berhasil? Atau ia akan kehilangan orang terdekatnya lagi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Haikal Akbar
😎
2022-04-23
0
Qiya
suka ceritanya
2021-05-03
1