Kesadaran atas Rusaknya Hati Nurani

"Aku harus melakukan ini sendirian. Aku tidak boleh melibatkan para Lizardmen itu," Ucap Darren sembari berlari menuju hutan. "Aku bisa merasakan kalau tentara-tentara itu masih di dalam hutan. Jika begini, aku mungkin akan sempat untuk menghalau mereka hingga menjauh."

Tak lama kemudian, Darren mendengar beberapa pergerakan. Suara itu terdengar tak jauh dari situ. Ia pun segera bersembunyi di balik pohon.

Ternyata benar, para tentara itu berada tepat di depan matanya. Tapi, yang ia lihat membuatnya terkejut.

"Mereka bukan terntara Erobernesia!" Ucap Darren dalam hati setelah memperhatikan mereka dengan teliti. "Mereka adalah petualang! Tapi, kenapa mereka beramai-ramai ke sini?"

Niatan Darren untuk menyerang langsung hilang. Kehadiran benyak petualang di tempat seperti ini bukanlah hal yang normal. Mereka kan tahu kalau hutan Albtraum adalah hutan yang penuh dengan monster berbahaya.

"Huff... kenapa kita harus mengambil quest ini bersama mereka?" Ucap salah satu dari mereka. "Padahal kita bisa mengambil quest ini untuk kita sendiri."

"Aku juga berpikir begitu," Jawab yang lain. "Tapi Raja Erobernesia memerintahkan untuk mencari dua puluh orang. Ia bilang bahwa buronan itu adalah orang yang berbahaya."

Ternyata benar dugaan Darren. Mereka adalah petualang utusan Raja Erobernesia untuk memburunya. Tapi kenapa Raja tak mengirim pasukan khusus? Kenapa ia malah memilih mengirim petualang-petualang amatir seperti ini?

"Tak ada alasan bagi ku untuk membunuh mereka," Kata Darren pada dirinya. "Lebih baik kalau aku membuat mereka pingsan, dan kemudian menginterogasi mereka."

Darren segera beraksi. Ia melompat ke dahan-dahan pohon dan mematahkan beberapa ranting untuk mengalihkan perhatian mereka.

"Suara apa itu?" Mereka mulai teralihkan.

Dengan cepat, Darren mengeluarkan mantra tidurnya. "Non-elemental Spell: Sleep!"

Para petualang itu secara tak sadar mulai mengantuk. Beberapa ada yang langsung terbaring tidur dan beberapa lagi malah menyadari bahwa itu sebuah serangan.

"Ini serangan! Semuanya bersiaga!" Teriak mereka.

Petualang yang tersisanya hanya sekitar enam orang. Tiga dari mereka bersenjata pedang, dua memegang tombak, dan satu menggunakan panah.

"Ho... ho... aku tidak tahu kalau ada orang yang bisa tahan terhadap sihir sleep," Ucap Darren. "Tapi itu takkan bertahan lama."

Kemudian, Darren mengeluarkan sihir pelumpuh andalannya. "Non-elemental Spell: Curse of Binding!"

Akhirnya para petualang yang tersisa berhasil diatasi. Mereka berusaha bergerak, tapi tubuh mereka serasa terikat dengan sesuatu.

"Apa-apaan ini!?" Gerutu mereka.

Rencana Darren telah berhasil. Ini berarti ia juga berhasil mencegah para Lizardmen untuk ikut terlibat pertarungan. Tapi, ia berencana untuk membawa petualang-petualang ini ke desa untuk diinterogasi.

"Baiklah. Ini saatnya aku menunjukkan diriku," Ucap Darren di atas pohon.

Tapi, saat ia hendak melakukannya, seseorang muncul dari balik bayangan pepohonan dengan gerakan yang sangat cepat. Swoosh!!! Ia menyerang Darren menggunakan sebuah tombak.

Yang lebih mengejutkannya lagi, ternyata orang itu adalah seorang petualang wanita tingkat tinggi. Ravenna, wanita yang merupakan seorang petualang rank berlian. Ia terkenal akan kehebatannya yang selalu menyelesaikan quest dengan sempurna.

Dengan ultra instinct-nya, Darren berhasil melompat menjauh dari serangan Ravenna.

"Phew... hampir saja," Ucap Darren menghela nafas. "Tak kusangka akan bertemu seorang superstar di tempat seperti ini."

Ravenna kembali menyerang Darren tanpa memberinya kesempatan untuk bernafas.

"Thunder Elemental: Thunder Spear!" Ucap Ravenna sambil mengumpulkan energi sihir pada ujung tombaknya.

Darren yang sudah mengetahui jurus itu, segera mengeluarkan mantra asap untuk mengaburkan pandangan Ravenna, sehingga akurasinya menjadi menurun.

Stab!!! Tombak Ravenna malah mengenai sebuah pohon.

"Dia sangat gesit dalam mengambil langkah. Aku harus lebih waspada," Ucap Darren pada dirinya. "Sebisa mungkin aku berusaha untuk tidak membunuhnya. Karena bagaimana pun juga, ia tetaplah manusia."

Ravenna menoleh ke sekeliling. Ia berusa mencari lokasi Darren. Tapi Darren sudah mengantisipasinya dengan menggunakan mantra penghilang keberadaannya, yaitu "Sneak".

" Cih, kemana dia pergi?" Kata Ravenna sambil terus menajamkan indranya. "Apa ia kabur lagi?"

Tiba-tiba Darren muncul dari atas dengan pedang di tangannya. Ia mencoba memotong tombak Ravenna.

"Non-elemental Spell: Sharpness!"

Swoosh... Ravenna segera menangkis serangan Darren dengan sebuah serangan juga. Menyebabkan Darren gagal melakukan rencananya.

"Dasar rendahan. Berani-beraninya kau menyerang seseorang dari titik butanya," Kata Ravenna sambil menodongkan tombaknya. "Itu bukanlah cara bertarung yang terhormat."

"Kehormatan ku sudah tidak berarti lagi," Balas Darren. "Jika kau masih mencoba menjaga kehormatan mu di sini, maka bersiaplah untuk kalah."

"Heh! Jangan sok dulu ya," Balas Ravenna dengan keras. "Tadi itu baru pemanasan. Aku belum serius melawanmu."

"Ho... ho... kalau begitu, berjuanglah. Aku menantikan serangan balasan mu," Ucap Darren tanpa berpikir. Ia hanya berusaha untuk terlihat mengintimidasi. "Tapi sepertinya gagal, ya?"

Ravenna segera mengambil langkah pertamanya. Ia merapal mantranya, "Thunder Elemental: Lighting Arrow!" Seketika, banyak anak panah listrik berhujanan mengincar Darren.

"Earth Elemental: Boulder Smash!" Darren membalasnya dengan sihir tanah.

Sebuah batu besar terbang meluncur layaknya bola yang ditendang. Serangan panah petir milik Ravenna bukanlah serangan yang mematikan bila dilawan oleh elemen tanah yang kuat seperti itu.

Melihat serangannya berhasil diantisipasi, Ravenna mencoba menghindar dari batu tersebut. Tapi, hal itu juga sudah Darren persiapkan sebelumnya.

"Kenapa kaki ku sangat berat?" Ravenna kebingungan.

Saat Ravenna menoleh ke bawah, betapa terkejutnya ia saat melihat setengah kakinya telah terhisap ke dalam tanah.

"A-apa!? Sejak kapan? Aku bahkan tidak menyadarinya!"

Batu yang terbang pun mulai mendekati Ravenna.

"Non-elemental Spell: Impaling!"

Ravenna kemudian melemparkan tombaknya ke arah batu tersebut dan berhasil menghancurkannya. Tombaknya yang terlempar pun menancap di tanah.

"Fire Elemental: Extermination Fire!" Darren pun membakar tombak Ravenna hingga hangus tanpa sisa.

Ravenna yang masih terjebak, hanya bisa menyaksikan senjata satu-satunya hancur. Ia menjadi geram, tapi ia tak bisa bergerak juga.

"Jadi ini kekuatan dari seorang buronan? Aku sangat ceroboh karena telah meremehkannya."

"Tapi ini bukan berarti aku sudah kalah."

Darren berjalan mendekati Revenna dengan pedang di tangannya.

"Apa dia ini benar-benar petualang tingkat Berlian?" Gumam Darren. "Aku merasa bahwa dia masih menahan diri."

Ravenna yang masih terjebak, tiba-tiba tertawa. Sebuah senyuman tajam terlihat di wajahnya. Ia kemudian menggerakkan tangannya, dan mengucapkan sebuah mantra.

"Summon: Thunder Wolf!"

Sebuah sambaran petir tiba-tiba turun dari langit. Darren yang terkejut segera menjaga jaraknya hingga cukup jauh. Ia bisa merasakan sesuatu yang datang.

Dari balik petir yang menyambar itu, ikut turun juga seekor Serigala Raksasa.

"Serang dia, Raiko!" Terika Ravenna sambil menunjuk Darren.

Darren terkejut. Ia tak tahu kalau Ravenna bisa menggunakan sihir summon. Apalagi makhluk panggilannya adalah seekor Serigala Petir, makhluk tingkat A.

"Sial. Aku seharusnya lebih berhati-hati," Gerutu Darren sambil waspada.

Serigala itu pun melolong ke langit. Tak lama, awan mulai berkumpul, hujan mulai turun dengan deras, dan petir menyambar di segala tempat.

"Apa ini adalah sihir yang sama seperti Weather Modification?"

Jedarrr!!! Jederr!!! Darren berusaha untuk terus bergerak menghindari sambaran-sambaran petir itu. Tapi, jika ia hanya terus menghindar, maka ia akan kehabisan tenaga dan berakhir kalah.

"Aku harus menyerang balik!" Ucap Darren. "Fire Elemental: Extermination Fire!"

Serigala itu pun dilahap oleh api pemusnahan. Untuk beberapa saat, serigala itu terlihat sudah musnah.

"Ku kira kau cermat. Ternyata kau sama seperti petualang bodoh lainnya," Ucap Ravenna sambil meringis. "Sihir seperti itu takkan mempan! Kau hanya membuang-buang keberuntungan mu saja!"

Serigala itu pun keluar dari kobaran api tanpa terlihat tergores sedikit pun. Membuat Darren menjadi cemas.

"Jadi begitu," Pikir Darren sambil memegangi dagunya, "Jika sihir ku memang tidak mempan kepada hewan peliharaannya, maka aku hanya perlu menyerang majikannya."

"Tapi sepertinya hal itu takkan mudah. Ravenna adalah petualang tingkat tinggi. Aku tidak boleh mengulangi kesalahan ku yang sebelumnya dengan meremehkannya."

"Menyerang secara langsung pasti tidak akan berhasil. mengingat Serigala itu terus berada di dekatnya."

"Aku mungkin harus menggunakan umpan."

Darren kemudian berlari menuju pepohonan, dan menghilang. Ravenna yang melihatnya, segera menajamkan indranya.

"Raiko, deteksi bau nya!" Ucap Ravenna sambil terus mencari Darren.

Serigala itu pun mulai mengendus-endus sekeliling. Tapi itu sia-sia, karena Darren sudah menggunakan sihir penghilang keberadaannya.

"Dengan sihir ini, aku bisa membuat keberadaan ku menghilang seakan-akan aku tak pernah ada di sini. Mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk melancarkan serangan dadakan."

Darren segera muncul dari belakang Ravenna dengan pedang yang tercondong ke depan. Ravenna yang mengetahuinya, segera mengantisipasinya dengan serangan petir dari Raiko.

Zrrttt!!! Sebuah aliran petir menyambar Darren di udara.

"Ha! Kena kau," Ucap Ravenna dengan bangga. "Dasar bodoh. Kau hanya mengulangi trik yang sama!"

Seketika itu juga, Darren yang lain muncul dari arah belakang Ravenna, sementara Raiko masih sibuk dengan Darren yang satunya. Ternyata, Darren yang pertama tadi hanyalah sebuah gelembung air yang diberi modifikasi ilusi.

"A-apa!?" Ravenna syok saat menyadari bahwa ia sudah terjatuh dalam jebakan.

Darren dengan cepat mengeluarkan sihir Bind pada Ravenna, membuatnya tak bisa bergerak. Sementara ia berhasil mengalahkan Raiko dengan pedangnya.

"Serigala petir memang kebal terhadap serangan sihir. Tapi, ia sangat lemah saat berhadapan dengan serangan fisik."

Ravenna yang meronta-ronta di atas tanah, berusaha untuk bergerak tapi sia-sia. Sebagian besar tenaganya sudah habis untuk meng-summon Raiko tadi.

"Aku sudah menang," Ucap Darren sambil menodongkan pedangnya, "Sebaiknya kau menyerah sekarang."

"Cih, lebih baik aku mati daripada harus menyerah kepada seorang kriminal seperti mu!" Balas Ravenna.

"Kau sepertinya keras kepala," Sambung Darren sambil kembali menarik pedangnya. "Tapi aku di sini bukan untuk membunuh kalian."

"Kenapa? Kau ingin menunjukkan belas kasih mu?" Balas Ravenna nyerocos. "Maaf ya, tapi trik seperti itu tidak akan mempan kepada ku!"

Darren menarik nafas. Ia tak menyangka kalau salah satu petualang terkenal bisa keras kepala seperti ini. "Kau Ravenna, bukan? Petualang tingkat berlian dan pengguna sihir petir terhebat di guild kota," Tanya Darren.

"Ya, benar itu aku," Jawab Ravenna.

"Lalu, kenapa kau bisa sampai ke sini?" Darren menyambung pertanyaannya.

"Apa aku harus menjawab itu?" Ucap Ravenna dengan nada mengejek.

"Ya, atau akan ku bunuh semua petualang yang sedang tertidur itu," Ucap Darren berusaha mengintimidasi. Padahal ia sendiri tidak berencana untuk melakukan demikian.

"Bunuh saja. Aku tidak peduli," Ucap Ravenna dengan kejamnya. "Sudar jadi resiko bagi petualang lemah kalau mati saat melakukan quest."

"Cih, ini lah yang ku benci dari sifat manusia. Mereka sangatlah egois," Ucap Darren sambil menggeram. "Apa kau tidak peduli sama sekali dengan keselamatan mereka!?"

"Tentu saja tidak. Mereka tidak punya hubungan apa-apa dengan ku," Balas Ravenna dengan nada kasar.

"Lalu, apa jadinya jika aku membunuh mu?" Ucap Darren dengan nada kesal.

"Ha! Itu tidak mungkin. Aku tidak akan mati di tangan penjahat seperti mu!" Kata Ravenna dengan senyuman sombong di wajahnya.

"Huff... kau ini," Ucap Darren. "Padahal sudah terjebak dan tidak bisa bergerak. Mana-mu juga sudah habis, tapi kau masih bisa merasa sombong seperti itu."

"Baiklah kalau begitu, biarkan aku yang meladeni mu," Ucap seorang lain yang tiba-tiba muncul dari balik bayangan. "Perkenalkan, namaku Taiji. Petarung terbaik kerajaan Erobernesia."

.

.

.

Pertarungan kedua orang tersebut tak terhindarkan. Dengan segenap tekadnya untuk melindungi desa Lizardmen, Darren bertarung mati-matian melawan petarung terbaik Erobernesia, Taiji Kuroba. Apakah Darren akan berhasil? Atau ia akan kehilangan orang terdekatnya lagi?

Terpopuler

Comments

Haikal Akbar

Haikal Akbar

😎

2022-04-23

0

Qiya

Qiya

suka ceritanya

2021-05-03

1

lihat semua
Episodes
1 Terkirimnya sang Pahlawan
2 Hari Pertama yang Kacau
3 Pertarungan Belas Kasih
4 Kemampuan Sihir
5 Penampilan Luar Biasa
6 Jubah Merah Gelap
7 Seorang Sahabat
8 Mimpi Buruk
9 Perjalanan Melewati Hutan
10 Hukum yang Salah
11 Kehilangan Semuanya
12 Musuh Tebesar Kerajaan
13 Buronan
14 Bertemu Teman Lama
15 Pengetahuan tentang Sihir
16 Kesadaran atas Rusaknya Hati Nurani
17 Pertarungan Lantai Es
18 Dokter Profesional
19 Mengembara
20 Bisnis Budak
21 Kunci dan Gembok
22 Topeng dan Adik
23 Shiro
24 Petualang Veronheim, Esema-sama
25 Informan Koran
26 Pasukan Bala Bantuan
27 Pendapat Tora dan Shiro
28 Raja Iblis Tomatsu
29 Memata-Matai dan diMata-Matai
30 Tipuan Murah
31 Kebenaran di Balik Topeng
32 Perang?
33 Permainan dalam Penangkapan
34 Kantuk
35 Tombak Hitam Obsidian
36 Harapan dalam Genggaman Takdir
37 Makna Manusia
38 Sehabis Badai
39 Kejutan
40 Di Hadapan yang Tinggi
41 Di Kastil
42 Tembok yang Hancur
43 Amarah Sang Raja Iblis Sejati
44 Meluruskan Keadaan
45 Ratu Erfroren, Tomatsu
46 Kesepakatan Beresiko
47 Dojo Belakang Kastil
48 Latihan Tengah Malam
49 Latihan Berat... Mungkin?
50 Tayushsneg, the Dungeon of Death
51 Succubus Kecil
52 Out of The Box
53 Tekad untuk Berkorban
54 Akhir Latihan
55 Malam di Veronheim
56 Masalah yang tak Kunjung Habis
57 Kembali Diburu
58 Waktunya Pergi
59 Bermalam Dalam Pelarian
60 Menghilang
61 Pemandu Iblis
62 Padamnya Persahabatan
63 Remi sang Intel
64 Keraguan yang Rapuh
65 Pergerakan Di Mulai
66 Semakin Menjauh
67 Pengkhianatan
68 Tamu tak di Undang
69 Kenyataan yang Mengecewakan
70 Terpojok dalam Ketakutan
71 Manusia Rendahan
72 Di Luar Perkiraan
73 Si Iblis yang Tidak Beruntung
74 Budak-budak yang Beruntung
75 Sejarah yang Terulang
76 Ronde ke Dua
77 Perbincangan tentang Benua Iblis
78 Selamat Tinggal Rekan-Rekan
79 Benua Iblis tidak Cocok Untuk Manusia
80 Kakak Beradik yang Unik
81 Selamat Datang di Kelompok Pemberontak
82 Bagus!
83 Setelah Rapat
84 Clara Versus Darren
85 Latihan dan Saling Menguji
86 Pradana Penuh Penyesalan
87 Perasaan Serupa
88 Tiga dan Tiga
89 Hari Pertama Di Fueno
90 Pertemuan Tak Terduga
91 Kepecahan
92 Di Antara Kita
93 Terungkapnya sang Bayangan
94 Singa yang Terjerat
95 Sebuah Tindakan Gegabah?
96 Kunjungan Tamu Asing
97 Kasih Sayang Seorang Cucu
98 Gegabah dan Menyesal
99 Pembalik Keadaan
100 Tekad sang Pemimpin
101 Aksi Pemuda Outlander
102 Api yang Terpadamkan
103 Janji Seorang Kawan
104 Kisah Penutup dari Negeri Api
105 Jenderal Tanpa Kaki
106 Hujan Darah
107 Secercah Cahaya Api
108 Tulang Belulang di Tanah
109 Kebangkitan Hati Nurani
110 Kehidupan Baru yang Kacau
111 Jenderal Rumah Tangga
112 Persaingan dalam Keluarga
113 Tragedi Ego Tinggi
114 Hasil Akhir
115 Kehidupan Tentram di Dunia yang Kacau
116 Bagaikan Kampung Halaman
117 Sebuah Pengakuan
118 Kutukan Pasca Kematian
119 Si Senyap dalam Bayang
120 Kecil Kecil Cabai Rawit
121 Si Topeng dan Si Pendek
122 Pindah Kandang
123 Pertarungan Kematian
124 Permata yang Retak
125 Permata yang Retak pt.2
126 Permata yang Retak pt.3
127 Kemenangan di Tengah Kesempitan
128 Waktu dalam Botol
129 Proyek Undead
130 Masalah Satu dan Satunya Lagi
131 Tekad Besi Berkarat
132 Negeri Batu yang Permai
133 Sepertinya Salah Pilih Bangku
134 Teman Sekamar
135 Memori sebuah Foto
136 Kawan Bodoh
137 Pandai Besi Rezkya
138 Seperti Anak Sendiri
139 Pengumuman: Sebuah Awal Baru
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Terkirimnya sang Pahlawan
2
Hari Pertama yang Kacau
3
Pertarungan Belas Kasih
4
Kemampuan Sihir
5
Penampilan Luar Biasa
6
Jubah Merah Gelap
7
Seorang Sahabat
8
Mimpi Buruk
9
Perjalanan Melewati Hutan
10
Hukum yang Salah
11
Kehilangan Semuanya
12
Musuh Tebesar Kerajaan
13
Buronan
14
Bertemu Teman Lama
15
Pengetahuan tentang Sihir
16
Kesadaran atas Rusaknya Hati Nurani
17
Pertarungan Lantai Es
18
Dokter Profesional
19
Mengembara
20
Bisnis Budak
21
Kunci dan Gembok
22
Topeng dan Adik
23
Shiro
24
Petualang Veronheim, Esema-sama
25
Informan Koran
26
Pasukan Bala Bantuan
27
Pendapat Tora dan Shiro
28
Raja Iblis Tomatsu
29
Memata-Matai dan diMata-Matai
30
Tipuan Murah
31
Kebenaran di Balik Topeng
32
Perang?
33
Permainan dalam Penangkapan
34
Kantuk
35
Tombak Hitam Obsidian
36
Harapan dalam Genggaman Takdir
37
Makna Manusia
38
Sehabis Badai
39
Kejutan
40
Di Hadapan yang Tinggi
41
Di Kastil
42
Tembok yang Hancur
43
Amarah Sang Raja Iblis Sejati
44
Meluruskan Keadaan
45
Ratu Erfroren, Tomatsu
46
Kesepakatan Beresiko
47
Dojo Belakang Kastil
48
Latihan Tengah Malam
49
Latihan Berat... Mungkin?
50
Tayushsneg, the Dungeon of Death
51
Succubus Kecil
52
Out of The Box
53
Tekad untuk Berkorban
54
Akhir Latihan
55
Malam di Veronheim
56
Masalah yang tak Kunjung Habis
57
Kembali Diburu
58
Waktunya Pergi
59
Bermalam Dalam Pelarian
60
Menghilang
61
Pemandu Iblis
62
Padamnya Persahabatan
63
Remi sang Intel
64
Keraguan yang Rapuh
65
Pergerakan Di Mulai
66
Semakin Menjauh
67
Pengkhianatan
68
Tamu tak di Undang
69
Kenyataan yang Mengecewakan
70
Terpojok dalam Ketakutan
71
Manusia Rendahan
72
Di Luar Perkiraan
73
Si Iblis yang Tidak Beruntung
74
Budak-budak yang Beruntung
75
Sejarah yang Terulang
76
Ronde ke Dua
77
Perbincangan tentang Benua Iblis
78
Selamat Tinggal Rekan-Rekan
79
Benua Iblis tidak Cocok Untuk Manusia
80
Kakak Beradik yang Unik
81
Selamat Datang di Kelompok Pemberontak
82
Bagus!
83
Setelah Rapat
84
Clara Versus Darren
85
Latihan dan Saling Menguji
86
Pradana Penuh Penyesalan
87
Perasaan Serupa
88
Tiga dan Tiga
89
Hari Pertama Di Fueno
90
Pertemuan Tak Terduga
91
Kepecahan
92
Di Antara Kita
93
Terungkapnya sang Bayangan
94
Singa yang Terjerat
95
Sebuah Tindakan Gegabah?
96
Kunjungan Tamu Asing
97
Kasih Sayang Seorang Cucu
98
Gegabah dan Menyesal
99
Pembalik Keadaan
100
Tekad sang Pemimpin
101
Aksi Pemuda Outlander
102
Api yang Terpadamkan
103
Janji Seorang Kawan
104
Kisah Penutup dari Negeri Api
105
Jenderal Tanpa Kaki
106
Hujan Darah
107
Secercah Cahaya Api
108
Tulang Belulang di Tanah
109
Kebangkitan Hati Nurani
110
Kehidupan Baru yang Kacau
111
Jenderal Rumah Tangga
112
Persaingan dalam Keluarga
113
Tragedi Ego Tinggi
114
Hasil Akhir
115
Kehidupan Tentram di Dunia yang Kacau
116
Bagaikan Kampung Halaman
117
Sebuah Pengakuan
118
Kutukan Pasca Kematian
119
Si Senyap dalam Bayang
120
Kecil Kecil Cabai Rawit
121
Si Topeng dan Si Pendek
122
Pindah Kandang
123
Pertarungan Kematian
124
Permata yang Retak
125
Permata yang Retak pt.2
126
Permata yang Retak pt.3
127
Kemenangan di Tengah Kesempitan
128
Waktu dalam Botol
129
Proyek Undead
130
Masalah Satu dan Satunya Lagi
131
Tekad Besi Berkarat
132
Negeri Batu yang Permai
133
Sepertinya Salah Pilih Bangku
134
Teman Sekamar
135
Memori sebuah Foto
136
Kawan Bodoh
137
Pandai Besi Rezkya
138
Seperti Anak Sendiri
139
Pengumuman: Sebuah Awal Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!