Perjalanan Melewati Hutan

Keesokan harinya, Darren dan partynya sedang bersiap untuk menjalankan misi. Rolf dengan zirah mengkilap menunjukkan pedang besar yang baru ia beli kemarin.

"Bukankah itu pedang yang kemarin di toko?" Tebak Darren.

"Yup, aku membelinya," Jawab Rolf sambil mengayun-ayunkan pedang barunya. "Terlihat keren, bukan?"

"Sudah ku bilang, kau terlihat bodoh dengan pedang itu," Ucap Yuzuna sambil tertawa.

"Terserah apa katamu. Lagipula pedang ini sangat kuat," Balas Rolf. "Aku bisa menebas banyak monster dengan ini."

Darren ingat bahwa ia sudah memesan sebuah senjata baru, dan akan selesai siang ini. Hari ini adalah hari yang sudah ia tunggu-tunggu.

"Kalian berdua, tetaplah di sini. Aku mau mengambil senjata pesanan ku," Ucap Darren.

"Baiklah. Jangan lama-lama ya," Sahut Rolf dan Yuzuna.

Darren pun pergi sambil melambaikan tangannya. Ia berlari dengan cepat menuju toko milik Rudd. Begitu cepatnya, ia bahkan mengejutkan Rudd saat memasuki toko.

"Kau cepat juga ya," Ucap Rudd sambil mengeluarkan sebuah pedang. "Kemari lah."

Pedang itu tipis dan panjang. Bentuknya agak melengkung. Bagian mata pedangnya berwarna hitam, itu mungkin karena memang warna logamnya.

"Ternyata rumor di kota tentang toko ini tidak salah ya," Puji Darren.

"Ha! Tentu saja. Aku adalah pandai besi terbaik di kota ini," Balas Rudd bangga.

"Jadi, berapa biayanya?" Tanya Darren sambil mengeluarkan uang-uangnya.

"Sebenarnya..." Rudd tiba-tiba menjadi agak canggung, "Ada yang aneh dengan pedang ini."

"Aneh?" Ucap Darren heran.

"Ya. Kemarin, saat setelah aku melebur kepala logam kapak mu, aku menyimpannya didalam sebuah kotak kecil," Ucap Rudd sambil menunjukkan sebuah kotak panjang. "Dan pagi ini, kotak kecil itu menghilang dan aku menemukan kotak panjang ini ditempat yang sama. Isinya adalah pedang mu itu."

Darren pun mengangkat pedangnya dan memperhatikannya dengan tajam. Pedang itu terlihat masih mulus, sepertinya memang belum pernah digunakan sebelumnya.

"Tapi jujur, pedang itu terbuat dari logam yang sama dengan kapak goblin mu. Performanya setara, tidak... bahkan kurasa lebih kuat," Ucap Rudd. "Jadi secara teknis, aku tidak melakukan apa-apa. Kau bisa membawa pedang itu."

"Tidak, aku akan tetap membayar mu," Ucap Darren sambil tersenyum. Ia kemudian menyerahkan dua koin perak pada Rudd.

"Tapi, aku tidak melakukan apa-apa," Ucap Rudd awalnya menolak.

Tapi Darren terus menyodorkan uangnya itu. Akhirnya Rudd menerimanya. Setelah itu Darren kembali kepada teman-temannya.

.

.

.

"Wow, Darren. Itu pedang yang sangat keren!" Ucap Yuzuna terpukau.

"Hmm... aku bisa merasakan sihir yang tidak biasa pada pedang itu," Kata Rolf sembari memegangi dagunya.

"Tidak biasa?" Ucap Darren.

"Aku belum pernah merasakan sihir ini sebelumnya. Tapi kurasa itu hebat," Jawab Rolf.

Saat mereka sedang berbincang-bincang, Guildmaster datang bersama banyak tentara kerajaan. Mereka semua berkuda dan bersenjata.

"Oh, kau. Kau pemuda yang waktu itu kan?" Seorang yang pernah bertemu dengan Darren sebelumnya muncul kembali. Seorang yang menggunakan zirah hitam dan bersenjata pedang besar berbilah dua.

Darren pun menyapanya. "Ah, iya benar. Apa yang sedang kau lakukan disini?"

"Jangan terkejut. Aku adalah pemimpin pasukan ini," Jawab orang itu.

"Darren-san, apa kau mengenalnya?" Tanya Yuzuna sembari menghampiri Darren.

"Ya. Kami sempat kebetulan bertemu waktu itu," Jawab Darren pada Yuzuna.

"Kalau begitu, izinkan aku memperkenalkan diriku. Nama ku Michael, jendral dari kerajaan Erobernesia. Hari ini aku ditugaskan untuk memimpin perjalanan ini," Ucap orang itu.

Yuzuna dan Rolf segera membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan. Sementara Darren hanya berdiri di situ.

"Hey, bodoh, cepat bungkukkan badan mu!" Bisik Rolf pada Darren.

"Ah, tidak perlu begitu formal," Ucap Michael santai. "Anggap saja dalam perjalanan ini, kalian memiliki posisi yang sama dengan ku."

Darren kemudian melihat para pasukan berkuda membawa semacam kurungan besar. Ia bertanya-tanya apa kira-kira gunanya.

"Michael-dono. Kurungan itu, untuk apa?" Tanya Darren sambil menunjuk ke arah kurungan itu.

"Kami akan menangkap banyak monster, jadi kami butuh kurungan yang besar untuk menampung mereka," Jawab Michael.

"Woah, monster!" Teriak Yuzuna kegirangan. "Apa kami juga akan melawan monster-monster itu?"

"Ha... ha... ha..., tentu saja tidak," Jawab Michael. "Kami menyewa kalian hanya untuk mengawal kami melewati hutan. Tidak lebih."

Setelah mereka berbincang-bincang sebentar, perjalanan pun dimulai. Michael yang memimpin pasukan, menempatkan Darren dan party-nya di kuda barisan depan, dekat dengan Michael.

Setelah melewati gerbang kota, mereka pun mulai memasuki kawasan hutan. Dedaunan pohon yang lebat, mengahalangi cahaya Matahari yang masuk, hingga membuat hutan begitu gelap.

"Nyalakan obor!" Dengan begitu, masalah cahaya pun teratasi.

Tak banyak hal terjadi dalam perjalanan. Semua berjalan baik-baik saja. Monster juga tak banyak muncul. Mungkin karena mereka terlalu takut untuk menyerang pasukan besar.

"Darren-dono, ku dengar wawasan anda cukup luas tentang hutan ini," Ucap Michael sambil memegang obor.

"Ya. Aku sering berburu disini," Jawab Darren.

"Jadi, ternyata kau punya banyak pengalaman bertarung juga, ya," Ucap Michael dengan nada menyanjung.

"Ah, tidak juga. Bagi ku, ini adalah pertama kalinya aku menjalankan quest," Jawab Darren.

Pejalanan siang hari ternyata cukup menyenangkan. Dengan kuda sebagai kendaraan, Darren merasa dirinya seakan-akan berada pada zaman kerajaan Eropa.

Perjalanan masih cukup jauh. Hutan ini sangat lebat dan luas. Darren memperkirakan bahwa perjalanan ini akan memakan waktu sekitar satu hari.

Jadi mereka pasti akan harus berkemah saat malam tiba. Karena jika memutuskan untuk terus bergerak sewaktu malam, resikonya akan besar.

Bisa saja akan banyak tentara yang kelelahan dan menjadi mangsa empuk untuk monster. Apalagi, monster kuat sering berkeliaran dimalam hari.

"Jadi, apa monster-monster di sini kuat?" Tanya Michael lagi.

"Ya, mereka cukup kuat," Darren mencoba menyembunyikan faktanya. Padahal monster di sini cukup lemah saat siang.

"Hm... jadi begitu. Kau banyak tahu juga, ya," Ucap Michael.

Empat jam telah berlalu. Selama perjalanan itu, tidak ada banyak monster yang muncul. Beberapa hanyalah monster-monster tidak berakal yang kelaparan. Tapi dapat dengan mudah diatasi oleh Darren.

Saat hari menjelang sore, mereka memutuskan untuk berkemah. Mereka menemukan sebuah sungai yang mengalir memotong hutan. Airnya jernih dan sejuk, sehingga bisa digunakan untuk mengisi ulang persediaan minum.

Setelah memasang tenda, para tentara mulai beristirahat. Ada yang makan dan minum, beberapa juga ada yang tidur. Sementara Darren dan party-nya sedang duduk di tepian sungai yang agak jauh dari para tentara.

Mereka terlihat sedang menikmati pemandangan.

"Indahnya," Ucap Yuzuna dengan senyum lebar diwajahnya.

"Ya. Udaranya juga sangat sejuk," Sahut Rolf sambil melepas beberapa bagian zirahnya.

"Rolf, apa yang kau lakukan? Bukankah kita harus tetap bersiaga?" Ucap Darren memperingati.

"Sudah lah. Kurasa santai sedikit tidak masalah," Jawab Rolf santai. "Lagipula, apa kau tidak merasa gerah menggunakan semua perlengkapan itu? Jubah, dan seragam panjang mu itu."

"Ya sebenarnya cukup gerah sih, tapi aku bisa menahannya," Jawab Darren.

Tiba-tiba Yuzuna berdiri dan pergi ke bagian lain dari sungai. Disana terdapat sebuah batu yang sangat besar, hingga menghalangi pandangan mereka.

"Hey, Darren. Sebaiknya kau susul dia," Ucap Rolf. "Akan repot jika terjadi apa-apa padanya."

"Baiklah," Jawab Darren singkat.

Darren mulai melangkahkan kakinya. Ia tidak tahu apa tujuan Yuzuna pergi sendirian. Apa yang dipikirkannya? Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya.

Begitu Darren melihat ke balik batu itu. Yuzuna terlihat sedang bermain air. Ciprat... ciprat... ia mulai memainkan air dengan tangannya.

Bagi Darren, melihat hal itu membuatnya senang. Ia jadi tersadar akan sesuatu.

"Apa aku harus mengkhawatirkan mereka? Rasa takut kehilangan dalam diri ku selalu meronta-ronta. Seakan-akan berteriak: Jangan tinggalkan aku lagi!"

"Tapi, setelah aku melihat mereka, aku yakin kalau mereka akan baik-baik saja."

"Mereka adalah petualang. Mereka pasti bisa melindungi diri mereka sendiri. Aku tahu kalau mereka kuat. Lalu, apa sebenarnya yang membuat ku khawatir?"

Darren tersentak saat Yuzuna tiba-tiba memanggilnya.

"Darren-san, kemarilah," Panggilnya.

Sambil berjalan agak sempoyongan, Darren menghampiri Yuzuna yang sedang duduk di dekat air.

Tak terasa, hari sudah mulai gelap. Cahaya matahari pun sudah lenyap seutuhnya. Hanya ada cahaya bulan dan bintang yang menerangi keberadaan mereka berdua.

"Langitnya indah, ya," Ucap Yuzuna sambil menatap ke langit.

Darren hanya mengiyakan. Ia tak tahu harus menanggapi apa. Hatinya sedang gelisah, walau ia tak tahu penyebabnya.

"Darren-san, ada apa? Kau terlihat gelisah," Tanya Yuzuna seakan-akan bisa membaca pikiran.

"Ah, tidak. Aku hanya memikirkan sesuatu," Jawab Darren.

Yuzuna pun tersenyum manis, seakan-akan ingin membuat Darren merasa lebih baik.

"Kau tahu, aku juga sebenarnya sedang merasa gelisah akhir-akhir ini," Ucapnya dengan nada muram. "Tepatnya tadi malam, aku sempat bermimpi buruk."

"Mimpi buruk? Apa itu penyebab mu ke kamar ku?" Ucap Darren.

"Benar," Jawab Yuzuna. Ia memberikan jeda sejenak, sebelum kemudian melanjutkan, "Dalam mimpiku itu, aku kembali teringat masa laluku. Hidupku hanyalah aib. Bahkan Dewa membenciku. Aku sangat membenci kehidupanku. Hingga akhirnya aku memilih untuk memulai hidup menjadi petualang."

"Lalu aku bertemu denganmu," sambungnya, dengan sebuah senyumam. Namun perlahan senyuman itu memudar. "Tapi mimpi itu tak berakhir di situ."

Darren memperhatikan dengan tatapan yang serius. Tidak setiap hari ia bisa mendengar curhatan seorang wanita. Jadi ia mencoba untuk memperhatikan sebaik mungkin.

"Lalu, apa yang terjadi?"

Yuzuna meneruskan, dengan air mata yang perlahan menitis. "Aku melihatmu pergi. Berjalan menjauh menuju sebuah jalan setapak yang gelap. Hingga akhirnya kau menghilang dan aku tak bisa melihatmu lagi."

Darren menjadi bersimpati. Apa mimpi Yuzuna memang seburuk itu? Sampai membuatnya gelisah seperti ini.

Secara tiba-tiba, Yuzuna memeluk Darren dengan erat. Tak ada orang di dekat mereka, jadi ini agak terkesan... ya begitulah.

"Berjanjilah padaku, kau tidak akan meninggalkan ku!" Ucap Yuzuna sambil menangis dalam pelukan Darren.

Darren mengusap kepalanya. Ia bisa merasakan tubuh Yuzuna yang bergetar karena ketakutan. Darren jadi semakin khawatir.

"Ya, aku berjanji," Balas Darren sambil kemudian memeluk Yuzuna semakin erat.

Setelah momen mereka berdua itu, terdengar dari jauh Jendral Michael berteriak memerintahkan pasukannya untuk beristirahat.

"Besok subuh kita akan berangkat. Jadi, manfaatkan waktu tidur kalian sebaik-baiknya!" Perintahnya. "Jangan ada yang begadang!"

Seluruh pasukan menjawab dengan serentak. "Baik, dimengerti!"

Darren dan Yuzuna pun kembali ke kemah. Tetapi, sesampainya disana, Darren dan party-nya malah di suruh berjaga.

Lagipula, memang berbahaya jika semua orang tertidur. Setidaknya, harus ada satu atau dua orang yang berjaga.

"Aku akan berjaga. Yuzuna-san, Rolf, kalian berdua beristirahatlah," Ucap Darren menawarkan diri.

"Tapi, kau bisa kelelahan," Ucap Yuzuna khawatir.

Darren hanya tertawa kecil. Mengingat dirinya bisa melakukan meditasi, maka urusan kantuk bukanlah masalah besar baginya.

"Tenang saja. Aku punya bakat untuk melawan lelah," Ucap Darren sambil tersenyum bangga.

Yuzuna dan Rolf akhirnya menyetujuinya. Walau mereka merasa tidak enak hati karena menyerah tugas ini kepada Darren.

"Jika kau lelah, aku bisa menggantikan mu," Kata Rolf sambil memegang pundak Darren. "Jangan memaksakan diri, oke."

"Baiklah," Jawab Darren.

Setelah semuanya tertidur pulas. Darren duduk di depan api unggun.

Saat sendirian seperti ini, ia mulai merenung.

"Bagaimana keadaan orang tua ku, ya? Aku khawatir pada mereka. Aku pergi tanpa sempat mengucapkan selamat tinggal."

"Apa mereka sedang bersedih? Aku jadi ikut sedih membayangkannya."

"Andaikan aku sempat membuat mereka berdua bangga. Kepergian ku tidak akan sia-sia."

"Bagaimana kira-kira ekspresi mereka saat tahu kalau aku hidup di dunia lain? Aku ingin melihatnya."

"Sebenarnya aku masih punya banyak penyesalan. Tapi ini sudah terlambat."

Terpopuler

Comments

Haikal Akbar

Haikal Akbar

😎😎😎😎😎

2022-04-22

0

Malaikat yang tidak terkenal

Malaikat yang tidak terkenal

sumpah dah MC nya naif banget

2021-08-23

0

«L4LORD»

«L4LORD»

Jadi maksudnya mengawal para tentara itu memberitahukan jalan.

2021-06-16

4

lihat semua
Episodes
1 Terkirimnya sang Pahlawan
2 Hari Pertama yang Kacau
3 Pertarungan Belas Kasih
4 Kemampuan Sihir
5 Penampilan Luar Biasa
6 Jubah Merah Gelap
7 Seorang Sahabat
8 Mimpi Buruk
9 Perjalanan Melewati Hutan
10 Hukum yang Salah
11 Kehilangan Semuanya
12 Musuh Tebesar Kerajaan
13 Buronan
14 Bertemu Teman Lama
15 Pengetahuan tentang Sihir
16 Kesadaran atas Rusaknya Hati Nurani
17 Pertarungan Lantai Es
18 Dokter Profesional
19 Mengembara
20 Bisnis Budak
21 Kunci dan Gembok
22 Topeng dan Adik
23 Shiro
24 Petualang Veronheim, Esema-sama
25 Informan Koran
26 Pasukan Bala Bantuan
27 Pendapat Tora dan Shiro
28 Raja Iblis Tomatsu
29 Memata-Matai dan diMata-Matai
30 Tipuan Murah
31 Kebenaran di Balik Topeng
32 Perang?
33 Permainan dalam Penangkapan
34 Kantuk
35 Tombak Hitam Obsidian
36 Harapan dalam Genggaman Takdir
37 Makna Manusia
38 Sehabis Badai
39 Kejutan
40 Di Hadapan yang Tinggi
41 Di Kastil
42 Tembok yang Hancur
43 Amarah Sang Raja Iblis Sejati
44 Meluruskan Keadaan
45 Ratu Erfroren, Tomatsu
46 Kesepakatan Beresiko
47 Dojo Belakang Kastil
48 Latihan Tengah Malam
49 Latihan Berat... Mungkin?
50 Tayushsneg, the Dungeon of Death
51 Succubus Kecil
52 Out of The Box
53 Tekad untuk Berkorban
54 Akhir Latihan
55 Malam di Veronheim
56 Masalah yang tak Kunjung Habis
57 Kembali Diburu
58 Waktunya Pergi
59 Bermalam Dalam Pelarian
60 Menghilang
61 Pemandu Iblis
62 Padamnya Persahabatan
63 Remi sang Intel
64 Keraguan yang Rapuh
65 Pergerakan Di Mulai
66 Semakin Menjauh
67 Pengkhianatan
68 Tamu tak di Undang
69 Kenyataan yang Mengecewakan
70 Terpojok dalam Ketakutan
71 Manusia Rendahan
72 Di Luar Perkiraan
73 Si Iblis yang Tidak Beruntung
74 Budak-budak yang Beruntung
75 Sejarah yang Terulang
76 Ronde ke Dua
77 Perbincangan tentang Benua Iblis
78 Selamat Tinggal Rekan-Rekan
79 Benua Iblis tidak Cocok Untuk Manusia
80 Kakak Beradik yang Unik
81 Selamat Datang di Kelompok Pemberontak
82 Bagus!
83 Setelah Rapat
84 Clara Versus Darren
85 Latihan dan Saling Menguji
86 Pradana Penuh Penyesalan
87 Perasaan Serupa
88 Tiga dan Tiga
89 Hari Pertama Di Fueno
90 Pertemuan Tak Terduga
91 Kepecahan
92 Di Antara Kita
93 Terungkapnya sang Bayangan
94 Singa yang Terjerat
95 Sebuah Tindakan Gegabah?
96 Kunjungan Tamu Asing
97 Kasih Sayang Seorang Cucu
98 Gegabah dan Menyesal
99 Pembalik Keadaan
100 Tekad sang Pemimpin
101 Aksi Pemuda Outlander
102 Api yang Terpadamkan
103 Janji Seorang Kawan
104 Kisah Penutup dari Negeri Api
105 Jenderal Tanpa Kaki
106 Hujan Darah
107 Secercah Cahaya Api
108 Tulang Belulang di Tanah
109 Kebangkitan Hati Nurani
110 Kehidupan Baru yang Kacau
111 Jenderal Rumah Tangga
112 Persaingan dalam Keluarga
113 Tragedi Ego Tinggi
114 Hasil Akhir
115 Kehidupan Tentram di Dunia yang Kacau
116 Bagaikan Kampung Halaman
117 Sebuah Pengakuan
118 Kutukan Pasca Kematian
119 Si Senyap dalam Bayang
120 Kecil Kecil Cabai Rawit
121 Si Topeng dan Si Pendek
122 Pindah Kandang
123 Pertarungan Kematian
124 Permata yang Retak
125 Permata yang Retak pt.2
126 Permata yang Retak pt.3
127 Kemenangan di Tengah Kesempitan
128 Waktu dalam Botol
129 Proyek Undead
130 Masalah Satu dan Satunya Lagi
131 Tekad Besi Berkarat
132 Negeri Batu yang Permai
133 Sepertinya Salah Pilih Bangku
134 Teman Sekamar
135 Memori sebuah Foto
136 Kawan Bodoh
137 Pandai Besi Rezkya
138 Seperti Anak Sendiri
139 Pengumuman: Sebuah Awal Baru
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Terkirimnya sang Pahlawan
2
Hari Pertama yang Kacau
3
Pertarungan Belas Kasih
4
Kemampuan Sihir
5
Penampilan Luar Biasa
6
Jubah Merah Gelap
7
Seorang Sahabat
8
Mimpi Buruk
9
Perjalanan Melewati Hutan
10
Hukum yang Salah
11
Kehilangan Semuanya
12
Musuh Tebesar Kerajaan
13
Buronan
14
Bertemu Teman Lama
15
Pengetahuan tentang Sihir
16
Kesadaran atas Rusaknya Hati Nurani
17
Pertarungan Lantai Es
18
Dokter Profesional
19
Mengembara
20
Bisnis Budak
21
Kunci dan Gembok
22
Topeng dan Adik
23
Shiro
24
Petualang Veronheim, Esema-sama
25
Informan Koran
26
Pasukan Bala Bantuan
27
Pendapat Tora dan Shiro
28
Raja Iblis Tomatsu
29
Memata-Matai dan diMata-Matai
30
Tipuan Murah
31
Kebenaran di Balik Topeng
32
Perang?
33
Permainan dalam Penangkapan
34
Kantuk
35
Tombak Hitam Obsidian
36
Harapan dalam Genggaman Takdir
37
Makna Manusia
38
Sehabis Badai
39
Kejutan
40
Di Hadapan yang Tinggi
41
Di Kastil
42
Tembok yang Hancur
43
Amarah Sang Raja Iblis Sejati
44
Meluruskan Keadaan
45
Ratu Erfroren, Tomatsu
46
Kesepakatan Beresiko
47
Dojo Belakang Kastil
48
Latihan Tengah Malam
49
Latihan Berat... Mungkin?
50
Tayushsneg, the Dungeon of Death
51
Succubus Kecil
52
Out of The Box
53
Tekad untuk Berkorban
54
Akhir Latihan
55
Malam di Veronheim
56
Masalah yang tak Kunjung Habis
57
Kembali Diburu
58
Waktunya Pergi
59
Bermalam Dalam Pelarian
60
Menghilang
61
Pemandu Iblis
62
Padamnya Persahabatan
63
Remi sang Intel
64
Keraguan yang Rapuh
65
Pergerakan Di Mulai
66
Semakin Menjauh
67
Pengkhianatan
68
Tamu tak di Undang
69
Kenyataan yang Mengecewakan
70
Terpojok dalam Ketakutan
71
Manusia Rendahan
72
Di Luar Perkiraan
73
Si Iblis yang Tidak Beruntung
74
Budak-budak yang Beruntung
75
Sejarah yang Terulang
76
Ronde ke Dua
77
Perbincangan tentang Benua Iblis
78
Selamat Tinggal Rekan-Rekan
79
Benua Iblis tidak Cocok Untuk Manusia
80
Kakak Beradik yang Unik
81
Selamat Datang di Kelompok Pemberontak
82
Bagus!
83
Setelah Rapat
84
Clara Versus Darren
85
Latihan dan Saling Menguji
86
Pradana Penuh Penyesalan
87
Perasaan Serupa
88
Tiga dan Tiga
89
Hari Pertama Di Fueno
90
Pertemuan Tak Terduga
91
Kepecahan
92
Di Antara Kita
93
Terungkapnya sang Bayangan
94
Singa yang Terjerat
95
Sebuah Tindakan Gegabah?
96
Kunjungan Tamu Asing
97
Kasih Sayang Seorang Cucu
98
Gegabah dan Menyesal
99
Pembalik Keadaan
100
Tekad sang Pemimpin
101
Aksi Pemuda Outlander
102
Api yang Terpadamkan
103
Janji Seorang Kawan
104
Kisah Penutup dari Negeri Api
105
Jenderal Tanpa Kaki
106
Hujan Darah
107
Secercah Cahaya Api
108
Tulang Belulang di Tanah
109
Kebangkitan Hati Nurani
110
Kehidupan Baru yang Kacau
111
Jenderal Rumah Tangga
112
Persaingan dalam Keluarga
113
Tragedi Ego Tinggi
114
Hasil Akhir
115
Kehidupan Tentram di Dunia yang Kacau
116
Bagaikan Kampung Halaman
117
Sebuah Pengakuan
118
Kutukan Pasca Kematian
119
Si Senyap dalam Bayang
120
Kecil Kecil Cabai Rawit
121
Si Topeng dan Si Pendek
122
Pindah Kandang
123
Pertarungan Kematian
124
Permata yang Retak
125
Permata yang Retak pt.2
126
Permata yang Retak pt.3
127
Kemenangan di Tengah Kesempitan
128
Waktu dalam Botol
129
Proyek Undead
130
Masalah Satu dan Satunya Lagi
131
Tekad Besi Berkarat
132
Negeri Batu yang Permai
133
Sepertinya Salah Pilih Bangku
134
Teman Sekamar
135
Memori sebuah Foto
136
Kawan Bodoh
137
Pandai Besi Rezkya
138
Seperti Anak Sendiri
139
Pengumuman: Sebuah Awal Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!