Keesokan harinya, Darren dan partynya sedang bersiap untuk menjalankan misi. Rolf dengan zirah mengkilap menunjukkan pedang besar yang baru ia beli kemarin.
"Bukankah itu pedang yang kemarin di toko?" Tebak Darren.
"Yup, aku membelinya," Jawab Rolf sambil mengayun-ayunkan pedang barunya. "Terlihat keren, bukan?"
"Sudah ku bilang, kau terlihat bodoh dengan pedang itu," Ucap Yuzuna sambil tertawa.
"Terserah apa katamu. Lagipula pedang ini sangat kuat," Balas Rolf. "Aku bisa menebas banyak monster dengan ini."
Darren ingat bahwa ia sudah memesan sebuah senjata baru, dan akan selesai siang ini. Hari ini adalah hari yang sudah ia tunggu-tunggu.
"Kalian berdua, tetaplah di sini. Aku mau mengambil senjata pesanan ku," Ucap Darren.
"Baiklah. Jangan lama-lama ya," Sahut Rolf dan Yuzuna.
Darren pun pergi sambil melambaikan tangannya. Ia berlari dengan cepat menuju toko milik Rudd. Begitu cepatnya, ia bahkan mengejutkan Rudd saat memasuki toko.
"Kau cepat juga ya," Ucap Rudd sambil mengeluarkan sebuah pedang. "Kemari lah."
Pedang itu tipis dan panjang. Bentuknya agak melengkung. Bagian mata pedangnya berwarna hitam, itu mungkin karena memang warna logamnya.
"Ternyata rumor di kota tentang toko ini tidak salah ya," Puji Darren.
"Ha! Tentu saja. Aku adalah pandai besi terbaik di kota ini," Balas Rudd bangga.
"Jadi, berapa biayanya?" Tanya Darren sambil mengeluarkan uang-uangnya.
"Sebenarnya..." Rudd tiba-tiba menjadi agak canggung, "Ada yang aneh dengan pedang ini."
"Aneh?" Ucap Darren heran.
"Ya. Kemarin, saat setelah aku melebur kepala logam kapak mu, aku menyimpannya didalam sebuah kotak kecil," Ucap Rudd sambil menunjukkan sebuah kotak panjang. "Dan pagi ini, kotak kecil itu menghilang dan aku menemukan kotak panjang ini ditempat yang sama. Isinya adalah pedang mu itu."
Darren pun mengangkat pedangnya dan memperhatikannya dengan tajam. Pedang itu terlihat masih mulus, sepertinya memang belum pernah digunakan sebelumnya.
"Tapi jujur, pedang itu terbuat dari logam yang sama dengan kapak goblin mu. Performanya setara, tidak... bahkan kurasa lebih kuat," Ucap Rudd. "Jadi secara teknis, aku tidak melakukan apa-apa. Kau bisa membawa pedang itu."
"Tidak, aku akan tetap membayar mu," Ucap Darren sambil tersenyum. Ia kemudian menyerahkan dua koin perak pada Rudd.
"Tapi, aku tidak melakukan apa-apa," Ucap Rudd awalnya menolak.
Tapi Darren terus menyodorkan uangnya itu. Akhirnya Rudd menerimanya. Setelah itu Darren kembali kepada teman-temannya.
.
.
.
"Wow, Darren. Itu pedang yang sangat keren!" Ucap Yuzuna terpukau.
"Hmm... aku bisa merasakan sihir yang tidak biasa pada pedang itu," Kata Rolf sembari memegangi dagunya.
"Tidak biasa?" Ucap Darren.
"Aku belum pernah merasakan sihir ini sebelumnya. Tapi kurasa itu hebat," Jawab Rolf.
Saat mereka sedang berbincang-bincang, Guildmaster datang bersama banyak tentara kerajaan. Mereka semua berkuda dan bersenjata.
"Oh, kau. Kau pemuda yang waktu itu kan?" Seorang yang pernah bertemu dengan Darren sebelumnya muncul kembali. Seorang yang menggunakan zirah hitam dan bersenjata pedang besar berbilah dua.
Darren pun menyapanya. "Ah, iya benar. Apa yang sedang kau lakukan disini?"
"Jangan terkejut. Aku adalah pemimpin pasukan ini," Jawab orang itu.
"Darren-san, apa kau mengenalnya?" Tanya Yuzuna sembari menghampiri Darren.
"Ya. Kami sempat kebetulan bertemu waktu itu," Jawab Darren pada Yuzuna.
"Kalau begitu, izinkan aku memperkenalkan diriku. Nama ku Michael, jendral dari kerajaan Erobernesia. Hari ini aku ditugaskan untuk memimpin perjalanan ini," Ucap orang itu.
Yuzuna dan Rolf segera membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan. Sementara Darren hanya berdiri di situ.
"Hey, bodoh, cepat bungkukkan badan mu!" Bisik Rolf pada Darren.
"Ah, tidak perlu begitu formal," Ucap Michael santai. "Anggap saja dalam perjalanan ini, kalian memiliki posisi yang sama dengan ku."
Darren kemudian melihat para pasukan berkuda membawa semacam kurungan besar. Ia bertanya-tanya apa kira-kira gunanya.
"Michael-dono. Kurungan itu, untuk apa?" Tanya Darren sambil menunjuk ke arah kurungan itu.
"Kami akan menangkap banyak monster, jadi kami butuh kurungan yang besar untuk menampung mereka," Jawab Michael.
"Woah, monster!" Teriak Yuzuna kegirangan. "Apa kami juga akan melawan monster-monster itu?"
"Ha... ha... ha..., tentu saja tidak," Jawab Michael. "Kami menyewa kalian hanya untuk mengawal kami melewati hutan. Tidak lebih."
Setelah mereka berbincang-bincang sebentar, perjalanan pun dimulai. Michael yang memimpin pasukan, menempatkan Darren dan party-nya di kuda barisan depan, dekat dengan Michael.
Setelah melewati gerbang kota, mereka pun mulai memasuki kawasan hutan. Dedaunan pohon yang lebat, mengahalangi cahaya Matahari yang masuk, hingga membuat hutan begitu gelap.
"Nyalakan obor!" Dengan begitu, masalah cahaya pun teratasi.
Tak banyak hal terjadi dalam perjalanan. Semua berjalan baik-baik saja. Monster juga tak banyak muncul. Mungkin karena mereka terlalu takut untuk menyerang pasukan besar.
"Darren-dono, ku dengar wawasan anda cukup luas tentang hutan ini," Ucap Michael sambil memegang obor.
"Ya. Aku sering berburu disini," Jawab Darren.
"Jadi, ternyata kau punya banyak pengalaman bertarung juga, ya," Ucap Michael dengan nada menyanjung.
"Ah, tidak juga. Bagi ku, ini adalah pertama kalinya aku menjalankan quest," Jawab Darren.
Pejalanan siang hari ternyata cukup menyenangkan. Dengan kuda sebagai kendaraan, Darren merasa dirinya seakan-akan berada pada zaman kerajaan Eropa.
Perjalanan masih cukup jauh. Hutan ini sangat lebat dan luas. Darren memperkirakan bahwa perjalanan ini akan memakan waktu sekitar satu hari.
Jadi mereka pasti akan harus berkemah saat malam tiba. Karena jika memutuskan untuk terus bergerak sewaktu malam, resikonya akan besar.
Bisa saja akan banyak tentara yang kelelahan dan menjadi mangsa empuk untuk monster. Apalagi, monster kuat sering berkeliaran dimalam hari.
"Jadi, apa monster-monster di sini kuat?" Tanya Michael lagi.
"Ya, mereka cukup kuat," Darren mencoba menyembunyikan faktanya. Padahal monster di sini cukup lemah saat siang.
"Hm... jadi begitu. Kau banyak tahu juga, ya," Ucap Michael.
Empat jam telah berlalu. Selama perjalanan itu, tidak ada banyak monster yang muncul. Beberapa hanyalah monster-monster tidak berakal yang kelaparan. Tapi dapat dengan mudah diatasi oleh Darren.
Saat hari menjelang sore, mereka memutuskan untuk berkemah. Mereka menemukan sebuah sungai yang mengalir memotong hutan. Airnya jernih dan sejuk, sehingga bisa digunakan untuk mengisi ulang persediaan minum.
Setelah memasang tenda, para tentara mulai beristirahat. Ada yang makan dan minum, beberapa juga ada yang tidur. Sementara Darren dan party-nya sedang duduk di tepian sungai yang agak jauh dari para tentara.
Mereka terlihat sedang menikmati pemandangan.
"Indahnya," Ucap Yuzuna dengan senyum lebar diwajahnya.
"Ya. Udaranya juga sangat sejuk," Sahut Rolf sambil melepas beberapa bagian zirahnya.
"Rolf, apa yang kau lakukan? Bukankah kita harus tetap bersiaga?" Ucap Darren memperingati.
"Sudah lah. Kurasa santai sedikit tidak masalah," Jawab Rolf santai. "Lagipula, apa kau tidak merasa gerah menggunakan semua perlengkapan itu? Jubah, dan seragam panjang mu itu."
"Ya sebenarnya cukup gerah sih, tapi aku bisa menahannya," Jawab Darren.
Tiba-tiba Yuzuna berdiri dan pergi ke bagian lain dari sungai. Disana terdapat sebuah batu yang sangat besar, hingga menghalangi pandangan mereka.
"Hey, Darren. Sebaiknya kau susul dia," Ucap Rolf. "Akan repot jika terjadi apa-apa padanya."
"Baiklah," Jawab Darren singkat.
Darren mulai melangkahkan kakinya. Ia tidak tahu apa tujuan Yuzuna pergi sendirian. Apa yang dipikirkannya? Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya.
Begitu Darren melihat ke balik batu itu. Yuzuna terlihat sedang bermain air. Ciprat... ciprat... ia mulai memainkan air dengan tangannya.
Bagi Darren, melihat hal itu membuatnya senang. Ia jadi tersadar akan sesuatu.
"Apa aku harus mengkhawatirkan mereka? Rasa takut kehilangan dalam diri ku selalu meronta-ronta. Seakan-akan berteriak: Jangan tinggalkan aku lagi!"
"Tapi, setelah aku melihat mereka, aku yakin kalau mereka akan baik-baik saja."
"Mereka adalah petualang. Mereka pasti bisa melindungi diri mereka sendiri. Aku tahu kalau mereka kuat. Lalu, apa sebenarnya yang membuat ku khawatir?"
Darren tersentak saat Yuzuna tiba-tiba memanggilnya.
"Darren-san, kemarilah," Panggilnya.
Sambil berjalan agak sempoyongan, Darren menghampiri Yuzuna yang sedang duduk di dekat air.
Tak terasa, hari sudah mulai gelap. Cahaya matahari pun sudah lenyap seutuhnya. Hanya ada cahaya bulan dan bintang yang menerangi keberadaan mereka berdua.
"Langitnya indah, ya," Ucap Yuzuna sambil menatap ke langit.
Darren hanya mengiyakan. Ia tak tahu harus menanggapi apa. Hatinya sedang gelisah, walau ia tak tahu penyebabnya.
"Darren-san, ada apa? Kau terlihat gelisah," Tanya Yuzuna seakan-akan bisa membaca pikiran.
"Ah, tidak. Aku hanya memikirkan sesuatu," Jawab Darren.
Yuzuna pun tersenyum manis, seakan-akan ingin membuat Darren merasa lebih baik.
"Kau tahu, aku juga sebenarnya sedang merasa gelisah akhir-akhir ini," Ucapnya dengan nada muram. "Tepatnya tadi malam, aku sempat bermimpi buruk."
"Mimpi buruk? Apa itu penyebab mu ke kamar ku?" Ucap Darren.
"Benar," Jawab Yuzuna. Ia memberikan jeda sejenak, sebelum kemudian melanjutkan, "Dalam mimpiku itu, aku kembali teringat masa laluku. Hidupku hanyalah aib. Bahkan Dewa membenciku. Aku sangat membenci kehidupanku. Hingga akhirnya aku memilih untuk memulai hidup menjadi petualang."
"Lalu aku bertemu denganmu," sambungnya, dengan sebuah senyumam. Namun perlahan senyuman itu memudar. "Tapi mimpi itu tak berakhir di situ."
Darren memperhatikan dengan tatapan yang serius. Tidak setiap hari ia bisa mendengar curhatan seorang wanita. Jadi ia mencoba untuk memperhatikan sebaik mungkin.
"Lalu, apa yang terjadi?"
Yuzuna meneruskan, dengan air mata yang perlahan menitis. "Aku melihatmu pergi. Berjalan menjauh menuju sebuah jalan setapak yang gelap. Hingga akhirnya kau menghilang dan aku tak bisa melihatmu lagi."
Darren menjadi bersimpati. Apa mimpi Yuzuna memang seburuk itu? Sampai membuatnya gelisah seperti ini.
Secara tiba-tiba, Yuzuna memeluk Darren dengan erat. Tak ada orang di dekat mereka, jadi ini agak terkesan... ya begitulah.
"Berjanjilah padaku, kau tidak akan meninggalkan ku!" Ucap Yuzuna sambil menangis dalam pelukan Darren.
Darren mengusap kepalanya. Ia bisa merasakan tubuh Yuzuna yang bergetar karena ketakutan. Darren jadi semakin khawatir.
"Ya, aku berjanji," Balas Darren sambil kemudian memeluk Yuzuna semakin erat.
Setelah momen mereka berdua itu, terdengar dari jauh Jendral Michael berteriak memerintahkan pasukannya untuk beristirahat.
"Besok subuh kita akan berangkat. Jadi, manfaatkan waktu tidur kalian sebaik-baiknya!" Perintahnya. "Jangan ada yang begadang!"
Seluruh pasukan menjawab dengan serentak. "Baik, dimengerti!"
Darren dan Yuzuna pun kembali ke kemah. Tetapi, sesampainya disana, Darren dan party-nya malah di suruh berjaga.
Lagipula, memang berbahaya jika semua orang tertidur. Setidaknya, harus ada satu atau dua orang yang berjaga.
"Aku akan berjaga. Yuzuna-san, Rolf, kalian berdua beristirahatlah," Ucap Darren menawarkan diri.
"Tapi, kau bisa kelelahan," Ucap Yuzuna khawatir.
Darren hanya tertawa kecil. Mengingat dirinya bisa melakukan meditasi, maka urusan kantuk bukanlah masalah besar baginya.
"Tenang saja. Aku punya bakat untuk melawan lelah," Ucap Darren sambil tersenyum bangga.
Yuzuna dan Rolf akhirnya menyetujuinya. Walau mereka merasa tidak enak hati karena menyerah tugas ini kepada Darren.
"Jika kau lelah, aku bisa menggantikan mu," Kata Rolf sambil memegang pundak Darren. "Jangan memaksakan diri, oke."
"Baiklah," Jawab Darren.
Setelah semuanya tertidur pulas. Darren duduk di depan api unggun.
Saat sendirian seperti ini, ia mulai merenung.
"Bagaimana keadaan orang tua ku, ya? Aku khawatir pada mereka. Aku pergi tanpa sempat mengucapkan selamat tinggal."
"Apa mereka sedang bersedih? Aku jadi ikut sedih membayangkannya."
"Andaikan aku sempat membuat mereka berdua bangga. Kepergian ku tidak akan sia-sia."
"Bagaimana kira-kira ekspresi mereka saat tahu kalau aku hidup di dunia lain? Aku ingin melihatnya."
"Sebenarnya aku masih punya banyak penyesalan. Tapi ini sudah terlambat."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Haikal Akbar
😎😎😎😎😎
2022-04-22
0
Malaikat yang tidak terkenal
sumpah dah MC nya naif banget
2021-08-23
0
«L4LORD»
Jadi maksudnya mengawal para tentara itu memberitahukan jalan.
2021-06-16
4