Ying Yue menangkap pergelangan tangan Xi Wei dan menatap langsung ke dalam manik mata mentari nan indah itu. Sang Pemuda hanya bisa berdiam diri saat ditatap seperti itu oleh Sang Putri.
"Siapa kau sebenarnya? Kenapa kau hebat sekali? Apakah kau masih seorang manusia?"
Xi Wei hanya tersenyum. Dia tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Ying Yue. Sang Pemuda bahkan tidak tahu siapa dirinya, tidak tahu jati diri aslinya. Bagaimana caranya menjawab pertanyaan sulit itu?
"Aku adalah Xi Wei. Aku adalah mantan murid Akademi Luqing. Aku tidak memiliki orang tua. Aku tidak pernah mendapatkan kasih sayang. Aku adalah salah satu manusia paling menyedihkan yang diciptakan oleh Para Dewa."
Ying Yue merasa bersalah mendengar jawaban Xi Wei.
"Maaf, aku tak seharusnya bertanya. Aku terdengar terlalu ingin tahu sampai-sampai akan menyakitimu, kan?"
Xi Wei menggelengkan kepalanya. Dia tidak merasa kalau Ying Yue sengaja membuatnya sedih. Lagipula, dia sudah mendengar pertanyaan itu lebih dari ratusan kali semasa hidupnya, dari kecil hingga dia dewasa. Sang Pemuda sudah biasa.
"Maaf jika aku menyakitimu."
Ying Yue memeluk erat Xi Wei. Pemuda berkulit sawo matang balas memeluk Sang Putri sama eratnya.
"Aku yang menyakitimu. Aku berjanji akan memberitahumu jika pelatihan sudah selesai. Itu tidak akan terlalu lama kan?"
Ying Yue menatap Xi Wei dan menggelengkan kepalanya. Dia senang, setidaknya dia akan mengetahui apa gerangan yang akan terjadi antara meninggalnya Ibunda Kandung-nya dengan Mendiang Tabib Mei. Juga alasan kenapa Xi Wei membela mati-matian Mendiang Tabib Mei sehingga membuatnya salah paham terhadap Sang Pemuda.
Ying Yue menyudahi kemanisan itu. Sang Putri sadar Qingqing sedang memperhatikan dirinya dan Xi Wei. Meski Pelayan Pribadi-nya yang satu itu tidak akan bermacam-macam, dia tetap saja merasa tidak nyaman.
"Kenapa tidak kembali berlatih? Aku tidak ingin kalah dari Jenderal Besar dan Kakak Ke-Tujuh. Apalagi dari Si Sialan Xiao Zixuan."
Ying Yue mulai berani mengumpati Kakak Pertama-nya terang-terangan. Xi Wei hanya bisa tersenyum mendengar Sang Putri mengumpat pada Putra Mahkota di belakangnya.
"Kau harus mengurangi kebiasaan buruk mengumpat di belakang orang saat orangnya tidak ada, Adik Kecil."
Ying Yue menggembungkan pipinya.
"Aku mengatakannya demi kebaikanmu. Alangkah baiknya jika kau mengatakan tak suka langsung di depan orangnya. Itu tidak akan membuatmu terlihat munafik."
"Sebenarnya ...."
Xi Wei mengurungkan niat untuk mengatakan sesuatu kepada Ying Yue. Sang Putri menjadi penasaran karenanya.
"Sebenarnya apa? Jangan mengatakan sesuatu yang akan membuat orang lain bingung dan penasaran!"
Xi Wei sudah terlanjur membuat Ying Yue penasaran. Dia tidak mungkin menarik kembali kata-katanya. Hal itu akan membuat Ying Yue marah lagi padanya.
Xi Wei melirik ke arah Qingqing yang terlihat asyik dengan sulaman kantong wewangian di tangannya. Entah dia harus mengatakan apa yang ingin dikatakannya atau tidak, Sang Pemuda hanya merasa kalau dia harus mengatakannya kepada Ying Yue.
Xi Wei berbisik kepada Ying Yue. Qingqing tidak memperhatikan mereka berdua.
"Xiao Zixuan juga berperan dalam pembunuhan Mendiang Selir Li."
Ying Yue memelototi Xi Wei seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya dari pemuda berkulit sawo matang.
"Bagaimana b-"
Karena suara Ying Yue yang terlalu besar, Xi Wei buru-buru membekap mulutnya. Sang Pemuda menatap tajam ke arahnya dan melirik ke arah Qingqing.
Meski Ying Yue dan Qingqing tumbuh besar bersama, tapi Ying Yue tidak tahu kalau Qingqing yang sedang bersama dengan mereka itu palsu. Xi Wei bisa menjaminnya.
"Satu hal lagi yang harus ku beritahu kepadamu, Qingqing yang sekarang sedang bersama dengan kita itu adalah Qingqing yang palsu. Xiao Zixuan, dia sudah mengganti Qingqing-mu dan menyembunyikan yang asli entah dimana."
Ying Yue tidak mengerti perkataan Xi Wei. Dia menganggap semuanya hanyalah omong kosong dan cerita yang dibuat-buat saja.
Ying Yue buru-buru melepaskan bekapan tangan Xi Wei. Meski marah dan tidak percaya, Sang Putri cukup bijaksana dan marah dengan cara berbisik melengking.
"Kau sudah gila!"
"Coba perhatikan dia. Apa yang salah darinya?"
Xi Wei mencoba menyadarkan Ying Yue dengan menyuruhnya memperhatikan setiap gerak-gerik Qingqing.
Awalnya, Ying Yue tidak menemukan kesalahan apa pun sehingga dia tetap bersih kukuh bahwa Xi Wei sedang mengarang sebuah cerita untuk menghancurkan hubungannya dengan Qingqing.
Xi Wei tidak menyerah ataupun men'terserah'kan Ying Yue yang tidak percaya dengannya. Dia tentu saja akan berusaha menyelamatkan orang yang ingin ditipu oleh orang lain.
"Tidak bisakah kau melihat perbedaan sejelas itu?!"
Meskipun Xi Wei hampir habis kesabarannya, dia tetap bertahan dan berusaha untuk menyadarkan Ying Yue. Ying Yue itu Calon Istri-nya, orang yang sudah dia janjikan sebuah pernikahan. Pemuda berkulit sawo matang tentu saja tidak akan membiarkan Sang Putri terjebak tipu daya orang lain.
Ying Yue memperhatikan Qingqing sekali lagi. Dia mendapatkan sesuatu yang sedikit mengejutkan. Meskipun hal kecil, itu adalah perbedaan Qingqing dengan orang lain.
'Benar! Qingqing memiliki trauma akan jarum! Dia tidak mungkin menyulam! Kenapa aku tidak memikirkan hal itu? Melihat jarum saja Qingqing sudah gemetar ketakutan.'
Ying Yue manahan napas dan menatap ke arah Xi Wei, seolah-olah bertanya, 'Apa yang harus kita lakukan?'. Xi Wei membalas dengan menggelengkan kepalanya, isyarat untuk Ying Yue agar tidak melakukan apa pun dan bersikap biasa saja.
"Bagaimana dengan Qingqing?"
Tentu saja Ying Yue tidak akan tinggal diam jika terjadi sesuatu pada Qingqing. Xi Wei mengerti akan hal itu.
Xi Wei memikirkan cara yang bisa menguntungkan bagi Ying Yue, juga bagi Qingqing. Dia yakin kalau Qingqing masih disembunyikan di suatu tempat. Namun dia juga yakin kalau tak lama lagi pihak Xiao Zixuan akan membunuhnya atau menjualnya ke Biro Gelap Perdagangan Budak.
Ying Yue terlihat sangat panik akan keselamatan Qingqing. Namun dia tetap sabar menunggu hingga Xi Wei angkat bicara.
Xi Wei menatap ke dalam mata Ying Yue yang penuh kekhawatiran. Dia mengembuskan napas perlahan-lahan.
'Apakah aku harus turun tangan langsung dalam mencari Qingqing? Apakah itu tidak apa-apa?'
Xi Wei merasa sangat kasihan dengan Ying Yue yang tidak rela kehilangan Qingqing. Dia juga dilema apakah harus menyelamatkan atau mengorbankan Sang Gadis Pelayan.
Xi Wei membuat sebuah keputusan yang amat beresiko. Dia tersenyum dan menepuk pucuk kepala Ying Yue.
"Aku akan membawa Qingqing kembali kepadamu. Tapi, kau harus ingat agar bersikap biasa saja saat bersama dengannya."
Xi Wei melirik ke arah Qingqing palsu. Ying Yue tentu saja mengerti.
"Aku akan melakukannya. Bawa Qingqing kembali kepadaku. Dia sudah bagai belahan jiwaku yang lain."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Anya Forger
novelnya keren dan
2021-05-07
2