"Tapi ...."
Xi Wei menutup diri Ying Yue memakai jubah yang diberikan oleh Caihong. Dia memasangkan tudung jubah di kepala Sang Putri.
"Dengan begini, kau tidak perlu khawatir."
'Aku tidak mengerti bagaimana cara kepala orang ini bekerja. Dia mengatakan kepadaku agar tidak menyukainya. Tapi, sikapnya sangatlah baik.'
"Kau hanya akan berdiri di sana sepanjang waktu sampai Kakakmu menemukan dan menyeret dirimu pulang?"
'Apa sih yang kupikirkan? Dia benar. Aku harus menikmati waktu ini sebaik mungkin. Xiao Zixuan akan segera menemukanku di tempat ini. Saat itu, aku harus memikirkan cara untuk kembali ke penginapan.'
"Ayo bersenang-senang!"
Ying Yue terlihat sangat ceria. Padahal dia masih memikirkan cara untuk pulang ke penginapan tanpa ketahuan oleh Zixuan. Xi Wei tahu itu.
"Tidak perlu khawatir tentang bagaimana cara kau bisa kembali ke penginapan. Aku akan melakukannya untukmu. Anggap saja sebagai balasan karena setuju untuk membawamu keluar."
"Kakak Pertama akan memenggal kepalamu."
Xi Wei tertawa mengejek.
"Xiao Zixuan tidak akan bisa memenggal kepalaku, Adik Kecil. Tapi, jika itu Xiao Ziling, mungkin ya."
"Tuan Pendekar tertarik dengan Kakak Ketujuh? Aku memang tidak begitu dekat dengan Kakak Ketujuh. Tapi, Kakak Ketujuh adalah orang baik."
"Aku tertarik karena dia murid Jenderal Wang. Selebihnya tidak ada."
Perhatian Ying Yue teralihkan oleh penjual Manisan Tanghulu.
"Tanghulu! Manisan Tanghulu!"
Yang kemudian Ying Yue menyadari kalau dia tidak membawa sepeser uang pun. Dia mengurungkan niatnya.
Xi Wei menghela napas.
'Ternyata, dia sangat ceroboh.'
Xi Wei membelikan Ying Yue setusuk Manisan Tanghulu.
"Tuan ingin manisan ini?"
"Berikan aku satu. Berapa harganya?"
"Lima keping, Tuan."
'Beruntung tadi aku mengganti beberapa tael emas menjadi uang kecil dengan Kakak Senior.'
Xi Wei menyerahkan Manisan Tanghulu yang diberikannya kepada Ying Yue.
Ying Yue terlihat segan, tidak ingin menerima yang diberikan oleh Xi Wei.
"Kau mau atau aku habiskan?"
Ying Yue buru-buru merebut Manisan Tanghulu dari tangan Xi Wei. Wajahnya merah padam, antara kesal juga rona berat.
"Jangan lupa bayar itu."
"Tentu saja! Aku tidak suka berhutang pada orang lain."
Ying Yue terlihat sangat bahagia dengan Manisan Tanghulu di tangannya. Dia sangat mirip anak kecil yang bisa dipengaruhi dengan memberikan sebuah manisan.
Perhatian Ying Yue dialihkan lagi dengan Penjual Kantong Pewangi.
Ying Yue melihat-lihat.
"Kantong wewangian ini ...? Seperti sulaman milik Ibunda."
"Tidak tahu apakah Nona menyukainya. Kantong wewangian ini berasal dari Selatan."
"Selatan? Dari Meifang?"
"Benar sekali."
'Ibunda juga merupakan Putri dari Selatan ... tapi, menghasilkan sulaman yang mirip begini ... apakah Ibunda memiliki seorang Guru atau Murid?'
Xi Wei mendekati Ying Yue.
"Kau menyukainya?"
"Aku hanya melihat-lihat. Sulaman ini mirip sekali dengan sulaman milik Ibunda."
'Seorang Tuan Putri dari Selir biasanya menggunakan marga Ibundanya. Li? Satu-satunya Selir di Yongheng yang memiliki marga Li hanyalah Mendiang Selir Li Aiyin.'
"Maaf jika aku lancang―karena aku selalu begitu, tapi apakah Ibundamu adalah Mendiang Selir Li Aiyin?"
Nata Ying Yue berkaca-kaca ketika mendengar nama Mendiang Selir Li disebutkan.
"Benar. Ibunda kandung-ku adalah Mendiang Selir Li."
Xi Wei merasa bersalah karena sudah bertanya.
"Maaf karena sudah bertanya."
"Tidak apa-apa. Kau juga ... sepertinya sudah kehilangan orang tua sedari kecil. Rambut di sebelah kanan dipanjangkan, dalam tradisi Chizi artinya sudah menjadi yatim-piatu sejak kecil. Aku masih beruntung, Ibunda baru meninggal setahun yang lalu."
Xi Wei tidak merasa lega sama sekali. Karena dia tumbuh sebagai anak yatim-piatu, empati yang dimiliki sangat besar. Dia berharap tidak ada orang yang bernasib sama dengan dirinya.
"Aku harap kau bahagia selalu. Jadi, kau ingin membelinya atau tidak?"
Xi Wei masih sama saja menyebalkannya.
"Ya, aku ingin."
"Itu lebih baik. Berapa harganya?"
Penjual tersenyum penuh arti.
"Satu tael perak, Tuan."
"Eh? Satu tael perak."
Xi Wei menatap heran.
"Mahal sekali?"
Ying Yue saja kaget.
"Karena ini berasal dari Selatan. Anda tidak tahu kalau di Selatan ada sebuah Sangkar Sulam terkenal? Kantong wewangian ini berasal dari tempat itu. Harga yang dijual di tempat lain tentu saja lebih mahal daripada yang saya jual. Mungkin sekitar dua atau tiga tael perak."
Xi Wei mengangguk mengerti. Dia membayarnya.
"Kenapa kau menghabiskan banyak uang untuk hal ini?"
"Kau juga akan membayar balik."
Xi Wei terlihat sangat santai, tidak seperti kebanyakan orang yang tidak rela menghabiskan banyak uang apalagi untuk orang tak dikenal.
"Kemana lagi kau akan berkunjung?"
Ying Yue bingung bagaimana menjawabnya. Dia tidak tahu cara bersenang-senang layaknya rakyat biasa. Dia terbiasa hidup di dalam Istana, meskipun kadang merasa sangat bosan dengan kehidupan yang mewah itu.
"Aku tidak tahu. Mohon petunjuknya."
"Aku akan membawamu menikmati sebuah opera kalau begitu."
Ying Yue mengangguk menyetujui. Dia ingin tahu bagaimana cara orang-orang biasa menikmati opera. Kalau di Istana opera hanya ditampilkan dalam beberapa waktu sekali dan hampir semua kisahnya tidak diperbarui.
Xi Wei memasuki sebuah penginapan terbuka. Beruntung sekali ada opera yang dijadwalkan di tempat itu. Banyak deretan orang menunggu.
"Duduk di sini saja."
Xi Wei menarik Ying Yue untuk duduk di kursi panjang yang berada paling depan bersama orang-orang.
Ying Yue merasa canggung. Itu adalah pertama kalinya dia keluar sebagai Li Ying Yue, bukan sebagai Tuan Putri Agung. Dia merasa gugup, di saat bersamaan dia sangat senang.
Ying Yue memutar kepalanya ke sana-sini melihat wajah antusias orang-orang yang tak sabar ingin Opera Tengah Malam segera dimulai. Begitu juga dengannya, dia sangat penasaran dengan opera yang akan dipertunjukkan.
"Jangan melihat ke sana-sini. Kau harus bersikap layaknya orang biasa. Mereka bisa saja mengenalimu."
Xi Wei memperingatkan. Dia melihat seseorang yang ... mungkin tidak ingin dilihat oleh Sang Putri.
Ying Yue tetap saja tidak mendengarkan Xi Wei. Sampai dia memberhentikan tatapannya kepada seorang pemuda yang berusaha setahun atau dua tahun lebih tua darinya. Dia mematung.
'Kenapa Huang Luansha ada di tempat ini?'
"Sudah kubilang, jangan asal melihat ke sana-sini."
Xi Wei mendesis tajam membuat Ying Yue langsung mengarahkan pandangannya lurus ke depan.
"Jangan khawatir. Dia tidak akan mengenalimu. Nikmati saja operanya."
Ying Yue mengangguk mengerti.
'Belum bertunangan dan menikah saja kelakuan buruknya sudah kulihat. Bagaimana jika aku benar-benar menikah dengannya? Bukankah kehidupanku akan sangat berantakan?'
Opera dimulai.
Xi Wei terlihat tenang dan menikmati alur opera. Namun dia tetap berada dalam keadaan waspada, barangkali Zixuan akan datang atau Huang Luansha akan mengenali Ying Yue dan membuat kekacauan.
Berbeda dengan Ying Yue. Dia sangat tidak fokus. Meski alur opera sesuai yang diinginkan, Sang Putri tidak bisa menikmati keseluruhan.
Xi Wei memahami kegelisahan Ying Yue dan mendorong Sang Putri untuk berada lebih dekat dengannya.
"Jangan cemas. Nikmati saja, ada aku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments