Xi Wei membawa Ying Yue pulang ke penginapan. Qingqing sampai kaget karena melihat Tuan Putri-nya tak sadarkan diri. Dia menyalahkan pemuda berkulit sawo matang atas hal itu―yang memang Xi Wei sengaja melakukannya agar Ying Yue tidak terlalu banyak pikiran.
"Maafkan aku yang tidak bisa menjaga Tuan Putri-mu dengan baik kalau begitu. Tapi, tak bisakah kau membantuku?"
Qingqing membantu Xi Wei tanpa mengurangi perasaan jengkelnya.
"Untuk apa Tuan masih ada di sini?"
"Xiao Zixuan akan memenggal kepala Tuan Putri Agung. Apakah kau tidak takut hal itu terjadi?"
Qingqing terdiam selama beberapa saat.
'Betul juga, Putra Mahkota kan sudah lama tidak suka dengan Tuan Putri. Ada baiknya jika di tempat ini ada seseorang yang berjaga.'
Qingqing memelototi Xi Wei. Dia menaruh kecurigaan terhadap pemuda itu dan seakan-akan mengatakan, 'Awas saja jika kau berani menyakiti Tuan Putri Agung, akan ku pastikan kepalamu hilang!'
Xi Wei tersenyum seolah tahu maksud Qingqing.
"Tenang saja, aku tidak akan menyakitinya. Bagaimana mungkin aku menyakiti orang yang sudah ku janjikan sebuah pernikahan?"
"Apa?!"
"Kecilkan suaramu. Xiao Zixuan sudah kembali."
Xi Wei duduk di jendela dan menatap ke luar. Dia bisa melihat Zixuan dan para bawahannya sudah kembali dengan wajah kesal.
Zixuan melihat Xi Wei yang duduk di jendela sambil menggoyangkan kakinya hanya bisa mendengus pasrah.
'Aku menunggu pembalasan dendammu, Xiao Zixuan.'
Zixuan tidak dapat melihat dengan jelas wajah Xi Wei yang tertutup jubah yang sama dengan yang tadi dipakai pemuda itu saat kejar-mengejar dengannya. Namun Sang Pangeran tidak tinggal diam. Dia ingin menguji seberapa hebat Xi Wei hingga bisa dengan leluasa membawa Ying Yue kemana pun yang dia mau.
Belum lagi bawahan Ziling yang dikira Zixuan adalah bawahan dari Xi Wei. Zixuan makin murka saat mengetahui ternyata dia sudah dikelabui.
Xi Wei memang tidak melihat ke arah Zixuan lagi. Namun dia tahu Sang Pangeran sedang mengarahkan anak panah dan ingin memanahnya melalui indera pendengarannya yang tajam.
'Mati kau!'
Zixuan melepaskan anak panah dari busur.
Anak panah melesat dengan cepat. Namun yang paling mengejutkan adalah Xi Wei menangkap anak panah itu dengan dua jari dan mematahkannya dengan mudah.
'Bagaimana mungkin? Anak panah itu sangat tebal. Bagaimana mungkin dia mematahkannya hanya dengan dua jari?!'
Xi Wei menghela napas panjang. Dia mengabaikan Zixuan yang masih kaget dengan kelakuannya.
'Ini pasti sudah waktunya Kakak Senior menghadap pada Kaisar. Semoga saja Kakak Senior mengatakan segalanya dengan benar.'
Xi Wei lebih khawatir dengan keadaan Wanqian yang dipanggil oleh Kaisar di tengah malam. Dia hanya bisa berharap kalau Kakak Senior-nya yang satu itu tidak mendapatkan banyak pertanyaan aneh dari Kaisar.
Xi Wei mengalihkan pandangannya ke arah Ying Yue.
'Kau harus banyak belajar. Meski Mendiang Selir Li adalah favorit Kaisar, dia tetaplah Selir Tingkat Dua. Posisimu akan lebih sulit ketika kembali ke Yongheng, Li Ying Yue ....'
Qingqing sendiri sudah tertidur sambil menggenggam tangan Ying Yue.
Xi Wei bisa memastikan kalau Ying Yue dan Qingqing tumbuh bersama dalam Istana. Qingqing diberi gelar 'Pelayan Pribadi Tuan Putri Agung Li' di usianya yang terbilang muda. Walau Qingqing berasal dari kasta rendah, Ying Yue selalu menganggapnya bagai saudara.
*Kira-kira, Kaisar dan Kakak Senior sudah selesai belum ya?'
***
Di saat yang bersamaan dengan Zixuan melepas anak panah ke arah Xi Wei, Wanqian baru saja tiba di Aula Utama Istana, Aula Zhenjie.
"Baginda, Jenderal Besar sudah tiba."
Kaisar melirik ke arah Kepala Kasim yang sudah bertahun-tahun melayaninya, Kasim Yue Liang'an.
"Suruh dia masuk."
Kasim Yue menarik napas dalam-dalam.
"Kaisar memberi izin kepada Jenderal Besar untuk memasuki Aula!"
Wanqian memberi hormat pada Kaisar.
"Hormat pada Kaisar!"
"Berdirilah."
Wanqian menahan napasnya. Kaisar melirik Sang Jenderal yang tidak mengatakan apa pun―Kaisar berharap kalau Wanqian bisa menebak apa yang ingin didengar oleh Kaisar.
'Habislah aku. Kenapa Adik Senior tidak memberitahuku detail yang diperlukan?'
Wanqian teringat kalau satu-satunya tugas dari Kaisar adalah menjaga Ying Yue.
"Tidak tahu apakah Baginda ingin mengetahui tentang Tuan Putri Agung?"
"Sampaikan laporan yang kau miliki."
Wanqian menghela napas lega. Jika saja dia tidak melayani Kaisar selama beberapa tahun, kepalanya besok pagi pasti sudah berada di alun-alun tempat eksekusi.
"Saya mengirimkan beberapa orang untuk mengawasi Putra Mahkota dan Tuan Putri Agung. Sejauh ini, Tuan Putri masih sangat baik-baik saja."
Wanqian menyampaikan laporannya. Dia hanya berharap satu hal: Mengangkat kaki dari Aula Zhenjie dan kembali ke kediamannya. Sepertinya dia tidak akan bisa dalam waktu singkat. Kaisar pasti akan bertanya hal lain kepadanya.
"Baguslah kalau begitu. Bagaimana dengan proses pertunangannya?"
Wanqian tersenyum gugup. Bahkan keringat dingin sudah mengalir sampai ke leher. Dia meneguk ludah.
"Tidak ada perkembangan, Baginda. Tuan Putri Agung sepertinya tidak menyukai Anak Mayor Bajie."
Kaisar menghela napas panjang. Dia juga tahu kalau Ying Yue tidak akan menyukai Anak Mayor Bajie. Apalagi Huang Luansha adalah seseorang yang suka bermain. Kaisar pun lega karena Ying Yue tidak menyetujuinya. Dia mengirim Sang Putri ke sana hanya sebagai formalitas belaka.
"Apakah ada seseorang yang bisa membuat Tuan Putri Agung tertarik?"
Wanqian tentu saja tidak bisa mengatakan kalau Xi Wei sudah merebut hati Ying Yue. Jadi, dia menolak untuk memberitahu Kaisar tentang Xi Wei yang sudah beberapa kali menyelamatkan Ying Yue dari Zixuan.
"Sampai saat ini belum ada. Tapi ...."
Kaisar menatap penuh curiga ke arah Wanqian karena bicaranya yang setengah-setengah.
"Tapi? Tapi apa?"
Jika saja Wanqian tidak sedang berada di Aula Zhenjie, dia akan memukul mulutnya sendiri karena suka sekali keceplosan.
"Tapi, menurut pandangan saya, Tuan Putri Agung akan mengajukan petisi kepada Baginda agar tidak mencarikannya pasangan."
Kaisar mendengar pernyataan itu dan berpikir sejenak. Dia mengangguk, setuju dengan pernyataan Wanqian. Dia juga tahu kalau kepala Ying Yue itu keras seperti batu, sama seperti Ibunda-nya, Mendiang Selir Li.
"Lalu?"
"Menurut tradisi, Tuan Putri Agung haruslah bisa menahan lima puluh jurus saat berhadapan dengan Jenderal Besar, Jenderal Kedua, dan tiga orang Pangeran terpilih oleh Baginda."
Kaisar sedikit khawatir akan tradisi itu. Namun dia juga tak bisa sembarang mencabutnya. Dia bisa dicap tidak kompeten.
'Adik Senior harusnya sudah melatih Tuan Putri Agung besok. Dengan kepandaian yang dimiliki oleh Tuan Putri dan ajaran dari Adik Senior, jangankan lima puluh jurus, bahkan seratus jurus saja akan bisa ditahan oleh Tuan Putri. Adik Senior adalah orang yang hebat. Yang tahu identitasnya hanyalah Guru Besar, Kakak Senior Jing, Mendiang Kakak Senior Chu, dan juga aku. Maafkan aku karena tidak bisa memberitahu perihal itu, Adik Senior!'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments