Wanqian berharap kalau Kaisar segera menyuruhnya pergi. Dia tidak betah jika harus berlama-lama di Aula Zhenjie. Tak hanya itu, Kasim Yue juga sedari tadi menatapnya dengan tatapan aneh hingga membuatnya semakin tidak nyaman.
"Menurutmu, apakah Li Ying Yue bisa menahan lima puluh jurus darimu?"
"Jawab Baginda, saya dan Tuan Putri Agung tidak pernah berhadapan langsung. Tapi, dilihat dari kecerdasan dan ketangkasan yang dimiliki oleh Tuan Putri, entah kenapa saya yakin kalau dia bisa melakukannya."
"Baguslah. Kalau begitu kau boleh pergi."
Akhirnya, satu kalimat yang ditunggu oleh Wanqian keluar dari mulut Kaisar. Tentu saja Sang Jenderal sangat bersemangat.
"Terima kasih, Baginda. Saya undur diri dulu."
Wanqian memberi hormat pada Kaisar dan segera angkat kaki dari Aula Zhenjie.
"Tidakkah kau merasa kalau Wang Wanqian aneh hari ini?"
Kasim Yue melirik ke arah Kaisar. Sebenarnya dia juga merasakannya, tapi menurutnya itu bukanlah masalah besar. Menurutnya, Wanqian pasti gugup karena jika Ying Yue mengajukan petisi kepada Kaisar, dia akan bingung harus mengalah atau tidak.
"Jawab Baginda, sepenglihatan saya Jenderal Besar tidaklah aneh. Beliau pasti kesulitan jika harus berhadapan dengan Tuan Putri Agung."
Kaisar berpikir sejenak, lalu mengangguk.
'Perkataan Yue Liang'an ada benarnya. Anak itu benar-benar ....'
"Semoga saja Li Ying Yue bisa menghadapi Tradisi Kerajaan."
"Tuan Putri pasti bisa."
"Menurutmu, apakah Li Ying Yue akan membuat Zixuan kesal di luar sana?"
***
Ying Yue membuka mata perlahan. Tidurnya sangat nyenyak hingga pagi menjelang. Namun tetap saja dia masih tak bisa melupakan Mendiang Tabib Mei dan kenapa Xi Wei membelanya. Padahal bukti sudah jelas menunjukkan bahwa Mendiang Tabib Mei yang membunuh Mendiang Selir Li.
Ying Yue dapat melihat Xi Wei bertengger di jendela. Entah masih terjaga atau tertidur.
'Orang aneh ... dia bahkan bisa tidur di bingkai jendela dengan posisi nyaman seperti itu.'
Ying Yue mengalihkan perhatiannya kepada Qingqing yang masih tertidur dan setia menggenggam tangan Tuan Putri-nya. Sang Putri membelai lembut kepada Qingqing, tapi hal itu membuat Sang Gadis Pelayan terbangun.
"Oh, Tuan Putri sudah bangun?"
"Shhttt ...."
Ying Yue meletakkan telunjuk di depan bibir dan menunjuk ke arah Xi Wei.
"Tidak perlu menyuruhnya untuk ribut. Aku sudah bangun dari tadi."
Ying Yue memutar bola mata dengan malas.
"Kau sudah bangun atau kau memang tidak tidur?"
Xi Wei tersenyum lantaran tebakan Ying Yue benar. Dia belum tidur sama sekali. Namun dia tidak mengatakannya dan mengalihkan pembicaraan.
"Sebelum Xiao Zixuan bangun, kau harus bersiap-siap. Aku akan membawamu ke suatu tempat."
Qingqing langsung memelototi Xi Wei dan menahan Ying Yue.
"Kemana lagi Tuan akan membawa Tuan Putri kami?"
Ying Yue menurunkan tangan Qingqing dan mengisyaratkan kepada Sang Gadis Pelayan untuk tidak bersikap ofensif kepada pemuda berkulit sawo matang.
"Tok! Tok! Tok!"
Pintu ruangan Ying Yue diketuk. Qingqing memanyunkan bibir ke arah Xi Wei dan langsung membuka pintu untuk melihat siapa gerangan yang mengetuk.
Ternyata yang mengetuk pintu adalah Caihong. Dia bisa melihat Adik Senior-nya duduk dengan tenang di jendela dengan gaya yang masih sama: Memakai jubah bertudung yang diberikan oleh Chaguan.
"Oh, ternyata Tuan Jing. Ada apa?"
Ying Yue sedikit kaget saat melihat Caihong.
"Tuan Putri, apakah Anda lupa kalau Anda sudah memesan satu kereta kuda untuk berjalan-jalan hari ini?"
Ying Yue dan Qingqing langsung menatap tajam ke arah Xi Wei yang memasang tampang tak bersalah dan hanya tersenyum di balik sebagian wajah yang tertutup tudung jubah.
"Iya, aku sampai lupa kalau aku memesan sebuah kereta untuk berjalan-jalan hari ini. Terima kasih, Tuan Jing."
Pintu ditutup oleh Qingqing.
"Tenang saja, kalau kau tidak ingin kita hanya berdua, ajak saja Pelayan Pribadi-mu yang bernama Qingqing itu."
Setelah mengatakannya, Xi Wei langsung melompat turun ke bawah dan menghilang di dalam kereta kuda.
Ying Yue sangat lega karena ternyata Xi Wei juga tidak nyaman hanya berdua dengannya. Namun dia juga senang karena Xi Wei bukanlah orang yang gampang berubah. Apalagi setelah kejadian di tengah malam itu. Pemuda berkulit sawo matang sama sekali tidak menjauhinya.
'Untung saja aku memiliki banyak pakaian khas Festival Berburu.'
"Qingqing, persiapkan pakaian yang pernah ku gunakan dalam Festival Berburu."
"Hah?"
"Persiapkan saja."
"Baik, Tuan Putri Agung."
Xi Wei menghela napas di atas kereta kuda.
'Apakah mereka harus berdandan dulu? Li Ying Yue tahu aku tidak akan membawa mereka jalan-jalan.'
"Tuan, ada pesan dari Jenderal Besar untuk Anda."
Sang Kusir berbisik dan menyerahkan sepotong kertas kecil untuk Xi Wei. Ternyata dia adalah orang yang dikirim oleh Wanqian dan berpura-pura berprofesi menjadi seorang Kusir Kereta agar bisa dengan leluasa pergi ke sana-sini.
Xi Wei membaca pesan dalam sepotong kertas kecil itu. Dia menyimpan di dalam peti besar yang berisi tael-tael emas yang diberikan oleh Chaguan bersebelahan dengan peti kecil. Pemuda berkulit sawo matang memberikan satu tael perak sebagai tips untuk bawahan Wanqian.
Pada saat bersamaan, Ying Yue keluar dari penginapan dengan penampilan yang sama sekali berbeda. Tidak mencolok sama sekali. Dia seperti seorang Pendekar Wanita dari Dunia Persilatan. Qingqing juga demikian―kalau Sang Gadis Pelayan, pemuda berkulit sawo matang tahu dia tidak menginginkannya, tapi Sang Putri memaksanya.
"Penampilan kalian sangat cocok."
Ying Yue tidak menggubris pujian Xi Wei.
Xi Wei turun dari papan kereta, mempersilahkan Ying Yue dan Qingqing untuk masuk ke dalam kereta.
Ying Yue dan Qingqing langsung masuk tanpa memperdulikan Xi Wei. Kalau Qingqing, sedari awal dia memang tidak suka dengan sikap Xi Wei yang tidak sopan. Namun berbeda dengan Ying Yue, dia mungkin masih marah karena pemuda berkulit sawo matang tidak memberitahu kebenaran soal Mendiang Tabib Mei dan Mendiang Selir Li.
Xi Wei mengerti kalau Ying Yue kecewa. Namun dia tidak bisa mengatakannya karena menurutnya waktunya belum tepat.
Xi Wei mencoba berbicara dengan Ying Yue.
"Apakah kau sudah memutuskan?"
Tentu saja Ying Yue paham dengan yang dimaksud 'memutuskan' oleh Xi Wei. Sang Putri tidak akan merubah pikirannya dalam waktu dekat atau tidak akan pernah merubah pikirannya selamanya. Namun dia tetap diam saja.
'Dia sudah ikut. Untuk apa lagi aku bertanya? Bukankah itu hanya akan membuatnya semakin marah?'
Kereta kuda berjalan dengan santai di jalanan kota Chizi yang berwarna kuning gersang.
Xi Wei memejamkan matanya dan meresap setiap kata-kata yang dilontarkan oleh orang-orang di sekitarnya. Ying Yue dengan antusias menikmati setiap pemandangan dari balik tirai kereta yang transparan. Sedangkan Qingqing, Sang Gadis Pelayan sedang belajar menyulam sebuah kantong wewangian untuk menghabiskan waktu.
Semua memiliki kegiatan dan dunianya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Pendiem
mantap.. kasih tip tuh, yah sewajarnya aja..
2024-11-14
0