Ying Yue masih saja kesal karena Xi Wei terdengar seperti mengejeknya. Padahal yang dia katakan juga merupakan sebuah fakta. Namun sepertinya Sang Putri terlalu khawatir kalau-kalau dirinya sendiri tak bisa memenuhi janjinya.
"Karena aku sudah berjanji padamu, juga kau telah mengucapkan sesuatu yang tak seharusnya kau ucapkan pada seseorang sepertiku, aku akan mengajarkan kepadamu cara untuk menahan serangan Jenderal Wang hingga seratus jurus. Tidak, kalau perlu hingga dua ratus jurus."
Ying Yue terheran-heran.
"Bagaimana bisa?"
"Aku adalah Adik Senior-nya. Tapi, dia sendiri tidak pernah melawanku secara langsung. Lagipula, pernahkah kau melihat orang yang paling tidak masuk akal di dunia ini selain diriku?"
Ying Yue berpikir sejenak.
"Ada. Kaisar adalah orang yang paling tidak masuk akal di dunia ini."
Xi Wei tertawa mendengar pernyataan polos Ying Yue. Pemuda berkulit sawo matang menggelengkan kepala.
"Kau harus banyak belajar jiga tentang tata cara berpolitik, Adik Kecil. Sebagai seorang Tuan Putri Agung, kau harus bisa memahami jalan pikiran Kaisar."
"Apa maksudmu?"
Ying Yue merasa kalau Xi Wei mengetahui banyak hal yang bahkan dia sendiri tidak tahu. Namun Sang Putri hanya bisa berharap kalau pemuda itu membuka mulut dan mengatakannya dengan jujur kepadanya.
Xi Wei pun paham kalau Ying Yue tidak sengaja ingin mengorek informasi darinya. Dia paham akan rasa penasaran dan naluri alamiah Ying Yue.
"Sebenarnya, Kaisar tidak ingin Tuan Putri Agung-nya dijaga oleh Putra Mahkota karena tahu kalau Putra Mahkota tidak akan menyukainya."
Xi Wei menjelaskan apa yang sedang melanda Ying Yue. Mungkin dia akan menceritakan detail-detailnya juga. Dia merasa kalau Sang Putri bisa menjaga rahasia itu.
"Maka dari itu, dia memerintahkan Jenderal Wang untuk mengawasi Tuan Putri Agung. Jenderal Wang itu membentuk fraksi dengan Pangeran Ziling tanpa sepengetahuan orang-orang Istana. Meski begitu, dia tetap terlihat netral dan hanya berpihak pada Kaisar."
Ying Yue memicingkan mata setelah mendengar penjelasan Xi Wei.
'Orang ini ... apakah dia sedang mengarang sebuah cerita?'
"Kau bisa saja anggap aku sedang mengarang sebuah cerita. Tapi, jika kau sudah kembali ke Yongheng, kau boleh bertanya langsung kepada Jenderal Wang apakah ucapanku―yang terdengar seperti sebuah cerita ini benar atau tidak."
Xi Wei mengurungkan niatnya untuk memberitahu Ying Yue kalau dia dan Wanqian masih berhubungan baik. Dia ingin Ying Yue mencari tahu sendiri.
"Saatnya pergi. Kawananku yang satu ini juga tidak suka manusia berlama-lama di wilayah mereka."
Xi Wei bangkit dari duduknya, disusul oleh Ying Yue yang berusaha menyeimbangkan dengan langkah besar teratur pemuda itu.
"Tidak bisakah kau berjalan lebih lambat?"
"Kau yang lambat, Adik Kecil."
"Kau yang terlalu cepat, Pak Tua!"
Ying Yue menyerah. Dia diam saja lantaran benar-benar tak bisa mengejar Xi Wei.
"Untuk ujian kecepatan saja kau sudah menyerah begitu saja seperti ini? Sepertinya kau tidak cocok denganku."
"Hei!"
Ying Yue berlari mengejar Xi Wei dan berhasil mengejar pemuda yang suka mengerjai dirinya itu lantaran kesal dengannya.
"Kau memang harus diberi sedikit dorongan ahar bisa bergerak."
Xi Wei memperlambat langkahnya sehingga Ying Yue tidak akan tertinggal lagi.
"Aku akan mengajarimu selama kau tinggal di Chizi."
"Aku hanya tinggal sampai tiga hari ke depan."
"Tiga hari itu cukup untuk mengajari orang sepertimu, Adik Kecil."
Xi Wei mendengar sesuatu bergerak dengan cepat. Namun sepertinya Ying Yue tidak mendengarnya. Kepekaannya memang kurang walau dia mempelajari Ilmu Tenaga Dalam.
'Bawahan Jenderal Wang? Sepertinya bukan. Mereka tidak menciptakan gerakan liar seperti ini. Kalau begitu sepertinya hanya ada satu orang yang mungkin melakukannya.'
Meski Xi Wei tahu siapa yang melakukannya, dia tidak mengejar orang itu karena tahu bahwa orang itu bukanlah ancaman. Dia hanya penduduk 'liar' yang sudah lama tinggal di daerah tak berpenduduk itu.
"Sebuah makam?"
Ying Yue memberhentikan tatapannya di sebuah batu nisan berukuran cukup besar yang bisa diidentifikasi sebagai makam seseorang. Makam itu tampak baru.
Ying Yue yang penasaran mendekati makam. Dia duduk bersimpuh dan membaca nama yang tertulis.
'Mei Yinghua?'
Ying Yue memelototi makam dan Xi Wei secara bergantian.
"Kau pasti tahu siapa dia. Wanita paruh baya yang malang."
Ying Yue tampak sangat sedih dan kecewa. Namun dia tetap memberikan penghormatan di depan makam itu.
"Siapa yang bisa melupakan pembunuh Ibunda Kandung-nya sendiri? Dia bahkan berani kabur dari para Prajurit Istana di saat hari eksekusi-nya."
Xi Wei menghela napas panjang.
"Kau ingin mengeksekusi orang yang tidak bersalah sama sekali? Baiklah. Aku salah menilai tentangmu. Entah apa yang kau dengar di luar sana hingga kau percaya bahwa dia adalah pembunuh Almarhum Selir Li. Jika Selir Li masih hidup dia akan sangat malu memiliki seorang anak dengan pemikiran sepertimu."
Xi Wei tahu kalau perkataannya sangat pedas dan tidak bisa diterima oleh orang banyak. Namun dia harus mengatakannya agar bisa meluruskan pandangan Ying Yue terhadap Almarhum Tabib Mei Yinghua.
"Aku juga salah menilai dirimu, Tuan Pendekar."
Ying Yue terdengar sangat kecewa.
"Kau tidak tahu apa-apa. Maka dari itu, aku ingin meluruskan pandanganmu tentang semua hal. Kau masih sangat muda. Jika umurmu sudah beranjak menjadi dewasa, kau akan mengerti mengapa aku mengatakan bahwa kau itu bodoh."
Xi Wei tidak peduli dengan seberapa besar kekecewaan Ying Yue terhadapnya, bahkan jika Ying Yue memutuskan untuk menikahi Huang Luansha sekali pun.
Ying Yue memeluk Xi Wei dengan erat. Sangkin eratnya hingga membuat dirinya sendiri dan pemuda berkulit sawo matang sama-sama kesulitan bernapas. Namun Xi Wei tidak menolak sama sekali, bahkan ketika Sang Putri mencengkram erat bahunya.
"Apa yang kau tahu?"
Suara Ying Yue serak. Xi Wei tetap diam dan membiarkan Ying Yue melampiaskan kekesalannya dulu.
Rasa suka, rasa sayang, kebencian, dan segala hal bisa berubah dalam jangka waktu tak sampai semalaman.
"Aku bertanya, jawab aku!"
Xi Wei membalas pelukan Ying Yue.
"Kau akan tahu jika waktunya tepat, Tuan Putri Agung."
Hanya itu yang bisa Xi Wei katakan. Dia tidak ingin mengatakan yang sebenarnya kepada Ying Yue―setidaknya tidak untuk saat itu.
"Kenapa? Kenapa tidak sekarang saja? Kau sengaja?"
Xi Wei memukul salah satu titik akupuntur Ying Yue hingga Sang Putri pingsan.
"Karena ini bukan waktu yang tepat. Jika aku sudah menemukan jati diriku, aku akan memberitahumu. Saat itu adalah waktu yang tepat. Juga, Negeri Yinying di tengah ambang kehancuran. Yang bisa menyelamatkan negeri ini hanyalah satu orang. Xiao Ziling, kau harus mempersiapkan diri secepat mungkin."
Xi Wei membawa Ying Yue pulang ke penginapan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Anya Forger
keren
2021-05-07
2
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐
Kekejar kayaknya ini mah 4 ribu kata sampe lomba selesai.
Tetap semangat 💪
2021-04-26
2