'Kenapa tenang sekali?'
Xi Wei mengandalkan indera pendengarannya yang tajam untuk mengamati keadaan di sekitarnya dan Ying Yue. Dia heran lantaran di sana tenang sekali.
Opera sudah selesai. Namun Xi Wei dan Ying Yue menemukan bahwa tidak ada prajurit yang mengejar mereka.
'Oh? Sepertinya aku sudah tahu siapa.'
Xi Wei terlihat tenang seakan-akan tahu siapa yang sudah mengalihkan perhatian Zixuan dan bawahannya.
Ying Yue sendiri masih was-was lantaran ada Luansha di opera. Meskipun dia dan Xi Wei sudah keluar dari penginapan terbuka yang menampilkan opera, entah kenapa dia tidak nyaman lantaran diperhatikan terus oleh Luansha―di antara mengenali Ying Yue atau tertarik dengan Sang Putri lantaran cantik.
"Huang Luansha tidak mengenalimu. Dia bahkan tidak tahu tentang pertunangan kalian."
Ying Yue menatap heran ke arah Xi Wei.
"Bagaimana kau bisa tahu? Kau kan orang luar?"
"Jadi, menurutmu, orang luar tidak boleh mengetahui sesuatu? Aku memang dari dunia persilatan, Adik Kecil. Tapi, aku hampir tahu semua hal. Termasuk isi di dalam Istana kalian."
"Bagaimana bisa?"
"Coba kau tanya sendiri kepada Jenderal Wang ketika kau sudah tiba di Yongheng."
Ying Yue makin heran dibuat Xi Wei. Pemuda berkulit sawo matang hanya tersenyum.
Entah dari mana asalnya, seekor burung hantu hutan yang tadinya melayang di angkasa menukik dan mendarat, bertengger di bahu Xi Wei.
Ying Yue bukannya pertama kali melihat burung hantu hutan. Namun entah kenapa dia tertarik dengan milik Xi Wei.
"Namanya Gaohei."
Xi Wei mengelus kepala burung hantu hutan itu. Dia terlihat misterius dengan jubah bertudung dan seekor burung hantu. Itu adalah khas seorang Shaman. Orang-orang bisa menyalahartikan bahwa pemuda berkulit sawo matang adalah seorang Shaman.
"Kau terlihat seperti seorang Shaman. Yang membawa pedang dan sebuah peti besar."
Ying Yue terdengar mengejek. Namun Xi Wei tidak begitu peduli dengan apa yang dikatakan oleh Sang Putri.
"Gaohei, berikan pesanku kepada orang itu."
Burung hantu hutan yang diberi nama Gaohei langsung terbang, menghilang dari pandangan setelah diberi perintah oleh Xi Wei.
"Orang itu?"
"Nantinya kau juga akan tahu siapa."
"Itu tidak penting."
Ying Yue menggelengkan kepalanya.
"Jadi, apa yang penting?"
"Aku ingin menikah denganmu!"
Xi Wei langsung berhenti berjalan dan menatap Ying Yue dengan kosong. Dia tidak mengerti kenapa Sang Putri begitu keras kepala dengan memilih pemuda yang bermain-main dengan kehidupan.
"Kau sudah dijodohkan."
"Aku bisa mengajukan petisi agar aku tidak dijodohkan dengan siapa pun."
"Aku tidak bisa menikah dulu dengan orang, Adik Kecil."
"Aku tahu."
"Kalau tahu kenapa kau bersikeras?"
"Aku tidak bersikeras! Aku tidak peduli berapa lama aku harus menunggu. Aku akan menunggu kau, Pendekar Xi Wei."
Xi Wei menghela napas.
"Anggap saja aku berjanji padamu."
Wajah Ying Yue merona berat.
"Kalau ingin mengajukan petisi, kau harus bisa menahan Jenderal Wang dan Ziling dalam lima puluh jurus."
Ying Yue langsung lunglai.
"Aku akan mengajarkan cara menghindar dari serangan mereka."
Mata Ying Yue berbinar-binar. Sekaligus menampakkan kecurigaan.
"Seberapa hebat dirimu?"
"Menurutmu?"
"Kau adalah orang yang akan menempati peringkat satu di daftar Ahli Silat Kuil Suci Taiyang, menurutku."
"Aku tidak tertarik dengan daftar Ahli Silat."
Ying Yue tidak mengerti dengan apa yang ada di dalam kepala Xi Wei. Tapi, dia bisa mengerti kalau ambisi Xi Wei bukanlah menjadi Ahli Silat nomor satu.
"Kenapa suasananya dari tadi tenang sekali? Apakah Kakak Pertama melepaskan aku begitu saja? Sepertinya bukan dia."
"Dia sudah diurus oleh orang lain. Kaisar tentu saja tidak akan rela kehilangan Tuan Putri Agungnya."
"Maksudmu ...?"
Entah kenapa Ying Yue semakin bingung dan semakin curiga dengan Xi Wei. Sang Putri merasa kalau pemuda berkulit sawo matang bukanlah orang biasa.
"Abaikan saja. Yang jelas kau aman malam ini. Untuk malam seterusnya juga. Jika kau ingin mengajukan petisi agar tidak dijodohkan kepada Kaisar, kau harus berlatih dengan giat untuk menahan lima puluh jurus Jenderal Wang."
"Itu terlalu sulit."
Ying Yue mengeluh tentang betapa sulitnya menahan lima puluh jurus yang akan digunakan oleh Jenderal Wang.
"Aku hanya bisa menahan sepuluh dari jurusnya."
"Sepuluh sudah termasuk bagus."
"Tetap saja ...."
"Aku sudah berjanji akan mengajarimu. Sekarang ikut aku. Kau itu kan tidak pernah tidur dan selalu tenggelam dalam pikiranmu setiap malam."
Ying Yue memelototi Xi Wei.
"Bahkan sampai itu pun kau tahu?"
Xi Wei mengangkat bahunya dan tersenyum.
"Kenapa tidak? Itu tertulis jelas di wajahmu."
***
Di Kediaman Istana Qiufeng yang terpencil milik Pangeran Xiao Ziling, Kakak Ketujuh dari Ying Yue, seorang pemuda berjalan dengan cepat seolah seperti buru-buru. Dia memasuki sebuah ruangan yang merupakan ruang baca Ziling.
"Saya menghadap Pangeran dan ingin melapor."
Ziling yang sedang membaca langsung melihat ke arah pemuda itu.
"Apa yang ingin kau laporkan, Feng Sha?"
Pemuda bernama Feng Sha segera berdiri dan menyampaikan laporan.
"Orang kita telah berhasil mengelabui Putra Mahkota. Sesuai dengan dugaan Pangeran, Putra Mahkota ingin membunuh Tuan Putri Agung."
"Baguslah kalau begitu."
"Tapi ...."
"Tapi apa?"
"Ada seseorang tidak dikenal yang menyadari keberadaan kami. Dia juga yang sudah membantu Tuan Putri Agung untuk keluar dan masuk dalam penginapan sebebasnya. Kami berusaha mencari tahu siapa dia. Tapi, bahkan Pemilik Penginapan di dekat Kediaman Mayor Bajie tidak ingin memberitahu. Kami tidak memiliki informasi apa-apa tentangnya. Dia bagai hantu."
Ziling berpikir selama sesaat.
'Bagai hantu? Jenderal Besar pernah menyebutkan bahwa ada seorang Adik Senior-nya yang bagai hantu. Apakah itu dia? Xi Wei? Pendekar Abadi? Untuk apa dia ikut campur urusan Kerajaan? Aku harus bertanya pada Jenderal Besar tentang hal ini. Barangkali Jenderal Besar tahu sesuatu.'
"Baiklah. Kau boleh pergi. Beritahu aku jika ada informasi lainnya."
Feng Sha memberi hormat dan segera pergi untuk melanjutkan tugasnya.
Ziling menghela napas panjang. Dia memang tidak mengenal Xi Wei. Namun berdasarkan keterangan dari Jenderal Wang, Xi Wei adalah orang yang tidak boleh dihadapi sama sekali. Pemuda berkulit sawo matang terlalu kuat.
'Aku harus pergi menemui Jenderal Besar.'
Ziling mengemas beberapa barang dan pergi melalui jalur rahasia di ruang bacanya.
Jalur rahasia itu menghubungkan Istana Qiufeng dengan Kediaman Jenderal Wang.
Ziling mengetuk pintu masuk ke dalam Kediaman Sang Jenderal.
Tak lama kemudian, pintu terbuka dan memperlihatkan wajah orang yang sedang Ziling cari.
"Saya memberi hormat kepada Pangeran."
"Jenderal Besar tidak perlu sungkan. Bagaimana pun status kita dulunya adalah Guru dan Murid."
Ziling buru-buru menepis penghormatan yang diberikan oleh Wanqian.
"Tidak tahu apa yang membawa Pangeran ke tempat saya. Tapi, pasti Pangeran ingin bertanya tentang suatu hal."
Wanqian menebak dengan tepat sasaran. Atau, mungkin itu bukan tebakan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Anya Forger
nice
2021-05-07
2