Xi Wei lega karena Ying Yue masih ingin mendengarkannya. Meski Ying Yue masih bertampang seolah-olah marah dengan pemuda berkulit sawo matang, tapi Sang Putri tidak benar-benar marah dalam dirinya. Sang Pemuda lega akan hal itu.
"Baiklah, perhatikan setiap jebakan dalam Arena ini baik-baik. Ikuti caraku untuk menghindarinya."
Ying Yue sebenarnya sedikit gugup. Namun tekadnya menghapus segala keraguan yang ada di dalam dirinya.
Ying Yue mengangguk, menyetujui perintah Xi Wei.
Xi Wei mengembuskan napas dan merilekskan semua otot di tubuhnya. Sebenarnya, dia agak gugup. Itu adalah pertama kali baginya untuk melatih seseorang. Dia tidak pernah melakukan hal itu sebelumnya.
'Aku sudah lama tidak berlatih di tempat ini. Semoga saja aku tidak melakukan kesalahan dan membuat Adik Kecil ini berada dalam bahaya.'
Xi Wei berlari sekencang mungkin dan melompat ke udara saat jebakan pertama yang berupa benda mirip bola meriam yang tertembak muncul. Dengan kecepatan penuh, dia berputar bak tornado di udara dan menghindari beberapa pasang pisau yang terlempar dan akan membunuhnya―pemuda berkulit sawo matang pernah terluka beberapa kali ketika berlatih di Jebakan Arena Tantangan itu.
Xi Wei baru saja menginjak ke tanah, tapi dia harus melompat lagi ke udara lantaran tanah yang diinjaknya memiliki jebakan tali bak Festival Perburuan yang biasanya digunakan untuk menjebak dan menggantung hasil buruan.
Xi Wei menahan napas semua cara dia lakukan untuk menghindari jebakan di Arena Tantangan. Dia hanya bisa berdoa kalau-kalau Ying Yue bisa menghapal semuanya.
Ying Yue tersenyum.
'Benar. Arena ini mirip sekali dengan jurus yang dimiliki oleh Kakak Ke-Tujuh. Karena Jenderal Wang adalah Gurunya, mereka memiliki jurus yang hampir sama.'
Ying Yue melihat dengan seksama cara-cara Xi Wei menghindari berbagai jebakan di sana. Dia kagum karena Xi Wei bisa melewati semuanya dengan sangat mudah.
Xi Wei sampai di ujung sana, sejauh mata Ying Yue memandang. Pemuda berkulit sawo matang melirik ke arah Sang Putri dan mengisyaratkan bahwa sudah gilirannya untuk melatih kemampuannya.
"Tuan Putri, berhati-hati ya!"
Qingqing berteriak kepada Ying Yue dari jalur aman. Dia khawatir kalau Tuan Putri-nya akan kenapa-kenapa. Namun dia juga tidak meragukan kemampuan Ying Yue.
"Aku akan melakukannya!"
Ying Yue menghembuskan napas perlahan. Dia yakin dia bisa.
'Ayo Li Ying Yue, kau pasti bisa melakukannya! Kau harus tunjukkan kepada Ayahanda kalau kau pantas memilih jodohmu sendiri!'
Ying Yue menatap Xi Wei dari kejauhan. Sang Pemuda balas menatap tanpa berkedip. Dia sudah bagai hadiah paling istimewa untuk Sang Putri.
Ying Yue memulai sesi latihannya, tanpa keraguan dan tanpa rasa takut. Dia sudah yakin bahwa yang dia inginkan hanyalah orang yang sedang melatihnya, orang yang ada di seberang sana. Xi Wei.
Xi Wei menahan napas ketika Ying Yue bergerak terlambat sedangkan jebakan sudah di depan mata. Namun dia lega karena Sang Putri bisa melewatinya. Pemuda berkulit sawo matang melihat perkembangan pesat Sang Putri. Dia tentu saja sangat senang lantaran Ying Yue bisa melewati Arena Tantangan Pertama dengan lancar. Ya, walaupun menurutnya Sang Putri kurang cepat.
"Kau melakukannya dengan bagus."
Xi Wei menepuk pelan pucuk kepala Ying Yue dan memujinya ketika Sang Putri sampai di ujung Arena Tantangan Pertama, di sebelahnya.
Perlakuan Xi Wei membuat Ying Yue semakin berharap. Namun Sang Putri tersadar dan segera menepis tangan Xi Wei. Dia jadi terlihat masih marah dengan Xi Wei.
Qingqing tahu kalau Tuan Putri-nya sebenarnya senang dengan perlakuan Xi Wei. Hanya saja, Ying Yue tidak ingin berharap banyak. Sang Gadis Pelayan hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan Ying Yue yang belum bisa jujur akan perasaannya sendiri.
"Maaf jika aku lancang."
Ying Yue tidak ingin mendengar Xi Wei minta maaf kepadanya. Namun dia tetap diam.
Xi Wei mengalihkan pembicaraan seakan tahu maksud hati Ying Yue.
"Bagaimana jika dibalik? Kau harus pergi ke ujung sana lagi. Apakah kau sanggup?"
Tanpa berpikir panjang, Ying Yue mengangguk dengan yakin. Sang Putri yakin kalau dia bisa melakukannya. Pelatihan di Arena Tantangan Jebakan tidak begitu sulit―menurutnya. Namun dia juga tidak meremehkan tantangan di dalamnya. Semua resiko memiliki akibatnya sendiri, tergantung bagaimana cara orang menanganinya.
"Lakukanlah kalau begitu. Tantangan i-"
Belum selesai Xi Wei berbicara, Ying Yue sudah melesat maju ke depan. Entahlah, mungkin dia tak ingin mendengar banyak perkataan dari pemuda berkulit sawo matang lantaran Sang Pemuda mengira dirinya masih marah?
Fokus Ying Yue tidaklah sebaik ketika dia melewati kebalikan dari yang saat itu dia lakukan. Xi Wei terkadang ingin bergerak maju ketika melihat Sang Putri berada dalam keadaan sulit. Namun dia mengurungkan niatnya lantaran melihat Ying Yue bisa mengatasinya.
Xi Wei lega melihat Ying Yue berada di seberang dengan selamat. Dia merasa bersalah karena sepengetahuan Ying Yue, Mendiang Tabib Mei yang membunuh Ibunda Kandung-nya, Mendiang Selir Li. Pemuda berkulit sawo matang tahu cerita sebenarnya dan tidak berkenan mengatakannya. Dia menjadi dilema.
"Bagaimana kalau kita membuat perjanjian, Li Ying Yue?!"
Ying Yue langsung melihat ke arah Xi Wei. Dia ingin tahu apa yang dijanjikan oleh Sang Pemuda untuknya. Dia sangat berharap itu berguna untuknya.
'Apa yang ada di dalam pikirannya? Mengapa dia ingin membuat perjanjian? Apa pun itu Li Ying Yue, jika hanya menguntungkan dirinya, kau harus langsung menolaknya.'
Ying Yue tidak menjawab Xi Wei. Dia seperti menganggap apa yang dikatakan oleh Xi Wei adalah angin lalu. Pemuda berkulit sawo matang sedikit frustasi dibuatnya.
Tanpa ragu-ragu, Xi Wei mengatakan apa yang ingin dijanjikannya.
"Aku akan menceritakan apa yang ingin kau ketahui! Tentang Mendiang Tabib Mei, tentang Mendiang Selir Li! Qingqing juga mendengarkan, itulah janjiku!"
Mata Ying Yue berkaca-kaca ketika Xi Wei menyebutkan nama Mendiang Selir Li. Dia tentu saja akan segera menerima perjanjian itu. Namun anehnya dia tetap diam hingga pemuda berkulit sawo matang bisa melihat kalau Sang Putri meneteskan air mata.
Xi Wei melesat bagai hantu ke seberang sana. Bahkan Qingqing sendiri yang berada di jalur aman pun tidak bisa menjelaskan bagaimana cara Sang Pemuda melakukannya.
'Apa maksud Tuan itu? Bagaimana caranya dia tahu tentang Mendiang Selir Li? Siapa sebenarnya dia?'
Qingqing terheran-heran dengan identitas Xi Wei. Sama seperti semua orang―terkecuali empat orang yang tahu siapa identitas aslinya: Chaguan beserta tiga Kakak Senior-nya, termasuk Jenderal Wang.
Xi Wei segera menghapus air mata Ying Yue. Dia paling tidak tahan melihat orang menitikkan air mata, apalagi jika itu seorang wanita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Mansyur Ckp
semangat
2021-06-07
1
Anya Forger
semangat
2021-05-07
2