Xi Wei beserta Chaguan dan Zhong pergi ke Rumah Makan Yu Nian yang direkomendasikan sendiri oleh pemuda berkulit sawo matang. Dia memang sudah sering pergi ke tempat itu dan sudah menjadi langganan di sana.
Chaguan tentu saja pernah pergi ke Rumah Makan Yu Nian. Menurutnya, Xi Wei memiliki selera yang sangat bagus.
"Kenapa kau memilih tempat ini sebagai tempat yang paling kau sukai?"
Chaguan bertanya kepada Xi Wei ketika mereka sudah sampai di depan Rumah Makan Yu Nian. Dia ingin tahu jawaban yang akan diberikan oleh Xi Wei.
"Kenapa Guru bertanya? Apakah ada perbedaan di antara Rumah Makan Yu Nian yang aku rekomendasikan dengan Rumah Makan lain?"
"Aku hanya ingin tahu jawabanmu."
Zhong melihat-lihat sekitar. Sepertinya, dia tahu alasan Xi Wei merekomendasikan tempat itu untuk Gurunya dan dia.
"Selera Kakak Senior benar-benar bagus."
Xi Wei terdiam selama beberapa saat.
"Tempat ini bersih dan rapi. Pelayanannya juga sangat bagus. Meskipun masakan di Rumah Makan lain tak kalah dari Rumah Makan Yu Nian, aku hanya mempertimbangkan aspek yang membuat pelanggan betah. Selain itu, mereka juga pandai menata tempat ini. Posisinya strategis, setiap sudut jendela menghadap ke pemandangan yang berbeda. Aroma terapi di sini cocok sekali untuk menghilangkan rasa penat."
Sebagai seseorang yang menilai tak hanya dari logika, tentu Xi Wei juga memperhatikan sampai detail terkecil. Dia menggunakan pengetahuan selaras dengan pemahaman hati.
Xi Wei adalah orang yang hatinya lembut, walau di luar dia terlihat sekeras baja.
Chaguan mengangguk.
'Memang berbeda sekali. Xi Wei adalah batu permata. Jika diasah, dia akan semakin bersinar.'
"Silahkan masuk, Guru."
Xi Wei mempersilahkan Chaguan.
"Silahkan."
Sebelum memilih meja, Xi Wei mengupas kembali ingatan masa lalunya. Chaguan sangat suka melihat gunung yang menjulang tinggi dari jendela ruang bacanya. Jadi, pemuda berkulit sawo matang menyampaikan kepada pelayan untuk memberikan tempat dimana sudut jendelanya menghadap ke pemandangan pegunungan yang membentang di sepanjang daerah Hen Bie, daerah Timur Laut dari Negeri Yinying.
Saat duduk, Chaguan langsung melihat ke arah Pegunungan. Dia tersenyum.
"Kau sangat mengerti apa yang disukai oleh orang lain, Xi Wei."
Zhong juga melihat ke arah Pegunungan.
'Ternyata Guru menyukai pemandangan gunung. Kakak Senior sangat teliti hingga mengetahui apa yang disukai Guru.'
"Bukan masalah besar. Aku hanya sering mengunjungi ruang baca Guru saja. Jadi, aku tahu kalau Guru menyukai pemandangan ini."
Pelayan datang membawa teh pesanan Xi Wei.
"Wangi ini?"
"Aku sering mencium aroma ini di tempat Guru. Júhuā chá―Teh Krisan. Guru menyukainya, bukan?"
Xi Wei menuangkan teh di dalam teko untuk Guru, lalu untuk Zhong dan dirinya sendiri.
"Entah apa yang bagus untuk mendeskripsikan dirimu, Xi Wei ...."
"Tidak ada."
Chaguan tertawa keras. Dia tahu kalau Xi Wei tidak suka dipuji. Dia hanya bisa menggelengkan kepala dan memaklumi anak muridnya yang satu itu.
"Bagaimana kehidupanmu di luar? Apakah kau memiliki kesulitan?"
"Tidak. Aku baik-baik saja, Guru."
"Kau tidak ada pikiran untuk menjelajahi dunia selain Chizi?"
Xi Wei terlihat berpikir. Dia menghela napas panjang.
"Kau masih belum bisa melepas semua hal yang ada di Chizi?"
Xi Wei merasa kalau perkataan Chaguan benar. Dia masih belum bisa melepas apa yang ada di Chizi, di tanah kelahirannya.
"Jika aku tahu siapa orang tuaku, aku akan melepas semuanya di sini."
Masih dengan jawaban yang sama. Saat Xi Wei akan keluar dari Akademi dan berkelana di luar pun dia pernah mengatakannya.
"Apakah Guru benar-benar tidak tahu siapa yang mengirim diriku ke depan Gerbang Akademi Luqing saat badai pasir menerjang Chizi?"
Zhong terlihat kaget ketika mengetahui kalau Xi Wei adalah anak yatim-piatu.
'Kehidupan berat sudah dijalani Kakak Senior.'
Chaguan terlihat tahu sesuatu, tapi sepertinya dia memutuskan untuk tidak memberitahu Xi Wei. Entah ada janji apa atau memang waktunya yang belum tepat.
"Saat itu, ada peringatan dari pusat bahwa badai pasir akan muncul. Aku beserta Guru lain harus menutup setiap jalur masuk agar badai pasir tidak merusak Akademi. Di dekat Gerbang Utama Akademi, aku dan Kakak Senior-mu, Jing Caihong, melihatmu tergeletak di lantai. Bayi dengan sepasang mata fajar nan indah. Karena tidak tahu itu anak dari siapa, kami harus membawanya masuk ke dalam Akademi untuk menyelamatkan nyawanya. Kalau dibilang, kami membawa masuk agar tidak merasa berdosa. Itu dulu. Sekarang dia sudah tumbuh menjadi pemuda dewasa. Janji kami untuk membiarkan dia berkelana di dunia luar harus ditepati."
"Janji?"
Xi Wei merasa curiga.
Chaguan merutuki kebodohannya dengan menceritakan janji kepada Xi Wei.
'Untung saja aku sudah memiliki persiapan untuk menjawabnya. Biarkan dia mencari tahu siapa orang tuanya yang sebenarnya.'
Chaguan menyuruh Zhong mencari sesuatu di antara barang bawaan. Zhong menyerahkan satu peti berukuran kecil kepada Gurunya.
Chaguan memberikan peti itu kepada Xi Wei.
"Apa ini?"
Xi Wei membolak-balik peti kecil itu.
"Bukalah!"
Sesuai dengan perintah Gurunya, Xi Wei membuka peti tersebut. Dia melihat secarik kertas buram yang entah zaman kapan ditulis dan sebuah plat giok.
"Aku dan Kakak Senior-mu menemukan benda itu bersama dengan dirimu yang ditinggalkan di depan Gerbang Utama Akademi."
Xi Wei melihat plat giok yang ada di dalam peti.
Plat giok itu berbentuk seperti totem dengan ukiran naga dan berbagai jenis siluman di bagian belakangnya. Bagian depannya berukiran burung phoenix dan dewa. Plat giok yang sangat istimewa.
"Plat giok? Biasanya plat ini digunakan oleh Keluarga Kerajaan atau Bangsawan."
Zhong meneguk ludah.
'Jadi, Kakak Senior adalah keturunan Keluarga Kerajaan atau keturunan seorang Bangsawan?'
"Apakah Guru tidak tahu dari mana plat giok ini berasal?"
Chaguan menggelengkan kepalanya dengan amat meyakinkan.
"Aku tidak tahu. Aku pernah mencoba mencari tahu. Tapi, tidak ada pengrajin bahkan dari pihak Kerajaan sekalipun yang tahu tentang plat giok ini."
"Tidak ada yang tahu?"
"Benar. Tidak ada yang tahu."
Xi Wei menatap plat giok itu dengan perasaan campur-aduk.
'Kalau Guru saja sulit menemukan informasi tentang plat ini, apakah aku bisa?'
"Satu hal yang bisa aku temukan dari para Pengrajin Giok. Giok ini sudah ada sekitar lima puluh tahun yang lalu. Pembuatnya sampai sekarang masih hidup. Tapi, sayang sekali dia tinggal dan bertapa di puncak gunung daerah Yong Ge."
'Yong Ge adalah bagian Barat dari Yinying ... untuk mencapai tempat itu aku harus berkuda selama satu sampai dua bulan.'
"Kenapa Guru baru memberitahu aku tentang ini?"
Xi Wei terlihat sedikit kecewa dengan Chaguan.
Chaguan hanya tersenyum dan menatap ke arah pemandangan gunung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
DIKUTUK CUMI JADI CUMI 🍁
mantap kak, mulau terlihat arah ceritanya ey
2021-08-02
0
Ismaeni
lanjuut thor, aku mulai suka baca ceritanya.. semoga tidak berhenti di tengah jalan...
2021-06-28
1
Nur Imam Muhamad
lanjut kaka
2021-06-02
4