Di sebuah ruang besar di sebuah gedung Club malam 9 di sebuah kota, kini pria berkepala lima tengah duduk di balkon menatap pemandangan indah kota yang sudah lama ia tinggali, kini ia kembali dengan sejuta harap dan meminta maaf atas kesalahan yang telah ia lakukan beberapa tahun silam.
Hanya sang asisten pribadi lah yang tahu alasan apa yang membuatnya memilih melangkah untuk meninggalkan Lucas di sebuah panti.
“Tuan, apakah sebaiknya kita jelaskan pada Tuan Muda untuk alasan yang sebenarnya?” usul Albert, ia merasa kasihan terhadap atasannya yang tersiksa karena keserakaan dari orang tuanya.
“Tidak sekarang, Albert. Apabila aku belum mengatakan kebenaran pada putraku, tapi aku sudah dipanggil duluan. Tolong beritahu dia bahwa aku benar-benar menyayanginya, meski aku melakukan kesalahan besar telah menelantarkannya,” lirih Adam tanpa menatap Albert yang ada di sampingnya.
“Tapi, Tuan. Rasanya saya begitu tersiksa melihat Anda dan Tuan Muda seperti ini,” kata Albert.
“Kau sudah bersama denganku berpuluhan tahun, Albert. Kita sudah sama-sama berkepala lima, kau sudah tahu suka-citanya aku sejak menikah dengan ibundanya,” ucap Adam lirih, sesekali pria itu menatap Albert di sampingnya.
“Kenapa Anda tidak ingin menjelaskan pada Tuan Muda atas alasan yang sebenarnya, Tuan?” tanya Albert. Ia merasa tersiksa saat melihat kesedihan mendalam di dalam diri atasannya.
“Aku tidak ingin putraku membenci kakek dan neneknya, Albert. Kau tahu orang tuaku seperti apa, ‘kan? Jangankah untuk mengasuh putraku, mereka saja tidak ingin mengakui Alice sebagai menantu Keluarga Argiantara,” terangnya.
“Saya tahu itu, Tuan. Tapi, mau sampai kapan Anda menyiksa diri seperti ini?” Albert merasa kasihan pada atasannya, selama bertahun-tahun ia berdiri di samping Adam ia kerap kali menyaksikan Adam tersiksa oleh orang tuanya.
“Jika waktunya aku dipanggil, tolong beritahu putraku bahwa aku tidak pernah sekalipun menelantarkannya, aku menyayanginya dengan caraku, dan memperhatikannya lewat setiap rekaman. Bahkan, aku tidak pernah lupa kapan waktunya dia tidur, makan, dan pergi mencari udara segar.” kekeh Adam mengingat kembali bagaimana perkembangan putra yang ia titipkan di sebuah panti dengan baik.
Albert menatapinya dengan tatapan tidak bisa diartikan, dibalik canda-tawaan Adam begitu banyak luka tersirat, Albert tahu, cinta untuk Lucas memang tidak diungkapkannya melalui kata-kata, namun dalam hati terdalam, pria itu begitu mencintai putra semata wayangnya.
***
Dalam perjalanan pulang, tak henti-hentinya Lucas mengutuki dirinya, hatinya begitu perih seperti tersayat oleh belati tajam. Luka di hati memang tidak berdarah. Namun, terasa begitu amat perih menyiksa diri.
Entah cobaan apa lagi kali ini untuknya.
Air mata mentes perlahan ke permukaan kulit wajah tampan nan mulus itu, ia menatap ke arah luar jendela tanpa menatap Antoni yang ada di sisinya, ia tidak boleh terlihat lemah di hadapan siapapun. Mau itu asistennya, ataupun Kimmy.
Antoni melirik sekilas pria itu, kesedihan di dalam diri tuan muda sama sekali tidak bisa direkayasa. Ia bisa melihat dengan jelas betapa hancurnya hati pria itu untuk saat ini.
Mungkin tuan muda perlu melakukan refreshing agar hatinya kembali tenang.
“Apakah Anda membenci tuan besar, Tuan Muda?” tanya Antoni memecahkan keheningan di antara mereka.
“Meskipun bibirku berucap aku membencinya, apakah kau percaya bahwa aku benar-benar membencinya, Antoni?” tanya Lucas balik, ia mengusap air mata yang turun mengalir di sudut pipi.
“Hidup akan terus ada rintangan, Tuan Muda. Itulah mengapa manusia harus banyak belajar dari kesalahannya,” tutur Antoni bijak.
“Cobaan apalagi yang harus aku lewati, Antoni? Dengan seenaknya ia mengatakan bahwa aku lah penyebab kematian ibuku, lalu ia pergi meninggalkanku di sebuah panti tanpa berkata apapun, apakah aku bisa berdamai dengan kenyataan pahit untuk saat ini? Dia kembali ke negara ini tanpa adanya rasa bersalah sedikitpun di hatinya,” terang Lucas mengungkap isi hatinya pada Antoni.
“Anda percaya bahwa akan ada pelangi setelah hujan, ‘kan? Maka dari itu, akan ada bahagia setelah air mata. Percaya pada saya, Tuan Muda. Luka yang telah mengering, jangan dikupas. Apabila dikupas, maka luka itu selamanya tidak akan sembuh,” lanjut Antoni memberikan nasihat terbaik.
“Cobaan datang begitu membuat jiwaku down, Antoni.” Lucas menatap kosong ke arah luar jendela.
Antoni membuang nafasnya perlahan-lahan, ia fokus dengan jalanan. “Jangan berpikir seolah terlalu tersakiti oleh keadaan, Tuan Muda. Di bawah tanah masih ada tanah, di atas langit masih ada langit. Kita hanya perlu keluar dari red zone dan fokus pada satu titik di depan.” Antoni memberi nasihat.
Lucas terdiam, entah kalimat apa yang harus diucapkannya kembali pada pria yang ada di sisinya. Antoni begitu bijak dengan setiap permasalahan, apakah pria itu memiliki masa lalu yang sama sepertinya?
Selama ini, Lucas tidak pernah tahu luka apa yang disimpan oleh asistennya. Antoni tidak pernah mengeluarkan satupun kalimat tentang masa lalunya, baik itu segi percintaan, keluarga, ataupun lainnya.
Sesampainya di rumah utama, Antoni segera memasukkan mobil pribadi tuan muda di dalam garasi yang sudah disediakan.
Lucas turun lebih dulu, kepalanya sudah terasa begitu pusing.
“Bi, tolong bawakan aku segelas bir ke kamarku, sekarang!” titahnya pada pelayan yang ia temui saat hendak menuju kamar utama.
Pria itu meninggalkan pelayan dengan cepat masuk ke dalam lift untuk menuju ke kamar pribadinya.
Ia sudah sangat pusing dengan permasalahan yang menimpa dirinya saat ini, ia ingin menenangkan diri dengan segelas bir. Mungkin dengan itu, ia baru bisa lupa dengan masalahnya saat ini.
Kim yang baru saja keluar dari dalam kamar segera menghampiri pelayan yang tadinya berbicara dengan tuan muda.
“Apa yang tuan muda inginkan di malam hari yang sudah larut ini, Bi?” tanya Kim penasaran.
“Tuan muda sedang menginginkan segelas bir, Nona Kim. Bisakkah Anda membantu saya untuk membawakannya?” pinta pelayan pada tuan muda.
“Tidak, Bi. Jangan berikan segelas bir untuk tuan muda. Kim akan menggantikannya dengan makanan sehat untuknya malam ini,” ujar Kim tersenyum ramah.
“Baik, Nona. Anda begitu perhatian kepada tuan muda, sepertinya Anda sangat cocok untuk menjadi Nona Muda di rumah ini,” puji pelayan itu pada Kim.
“Ah, Bibi bisa aja. Kim hanya jadi pengasuh di sini. Kim tinggal ke dapur dulu, ya, Bi.”
Wanita itu berjalan ke dapur hendak mengambil makan malam untuk pria itu, pastinya tuan muda akan lebih terjaga kesehatannya apabila memakan-makanan yang disajikannya untuk pria itu, daripada segelas bir.
Kimmy membawa sepiring nasi dengan segelas air putih di atas nampan, ia menelusuri anak tangga menuju kamar pribadi tuan muda.
Pintu terbuka tanpa tertutup membuat Kim langsung masuk ke dalam kamar.
Kedua matanya membulat penuh saat mendapati tuan muda yang tengah berada di tepi ranjang dengan mata tertutup.
Ada apa dengan tuan muda? Pikir Kimmy, ia sudah mulai cemas.
...----------------...
Visual ;
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Deandra Arsi
untuk kimmy yg usianya 22 th visualnya ketuaan deh kalo ju ji hyun
2022-06-05
1
Riska Puji
kan jadi pengen nonton drakor lagi the legend of the blue sea... 😌😌
2022-06-04
0
Puspita Dewi
visual nya membosankan thor
lebih keren visual cowok bule brewok 😆😆😆
2022-05-21
0