“Tidakkah kau membiarkanku menjelaskan semua perkara kejadian yang membuat kita berselisih paham, Lucas?” pria itu mengembuskan nafasnya kasar. Tatapannya melekat pada pria muda di hadapannya.
“Apa yang harus aku dengarkan darimu? Sudah cukup selama bertahun-tahun kau meninggalkanku tanpa melihatku sedikit saja. Pantaskah sekarang aku memanggilmu dengan sebutan ayah? Pantaskah sebutan itu aku panggil untukmu?!” geramnya mengempalkan kedua tangan, sorot matanya menatap tajam ke arah Adam Argiantara.
“Setiap langkah yang kuambil untuk melalui segalanya, apakah kau tidak ingin tahu sebab perkara itu bisa terjadi, Putraku?” Adam tersenyum menatap pria muda di hadapannya, ia tahu akan kesalahannya telah meninggalkan Lucas.
Lucas membuang wajahnya tanpa menatap ke arah Adam berada, hatinya terasa berdenyut begitu perih. Sangat sakit apabila menerima kenyataan bahwa sang ayah pergi meninggalkannya sendiri selama bertahun-tahun tanpa menjenguk dan menanyakan kabarnya.
“Aku tidak butuh alasan apapun, itu semua hanyalah alibi! Tidak bisakah kau mengakui kesalahanmu karena telah menelantarkan aku, Adam?!” bentaknya nada tinggi, Lucas bangkit dari duduknya.
Emosi telah menguasai diri, entah persetan apa yang membuatnya begitu membenci Adam saat ini. Yang jelas, pancaran matanya sudah berapi kebencian menatap Adam Argiantara yang merupakan ayah kandungnya.
“Antoni, kita pergi sekarang!” pinta Lucas menekan setiap kalimat yang diucapnya, bola matanya melekat pada netra mata Adam di hadapannya.
“Baik, Tuan Muda.”
Lucas mengimbaskan tangannya, lalu segera meninggalkan ruang VIP yang mempertemukan dirinya dengan sang ayah, kepedihan di dalam dirinya amat menyiksa, hingga membuat goresan lama terbuka kembali menjadi sebuah luka baru yang dahulu sudah hampir menghilang. Namun kini, luka itu kembali mengeluarkan rasa sakit.
Adam menghilang selama bertahun-tahun tanpa memberinya sebuah kabar, dan ia pun mencari tahu tentang Adam lewat sang asistennya, Antoni. Jika tidak ada Antoni, mungkin ia tidak tahu bagaimana Adam di Australia beberapa tahun silam.
Meskipun ucapannya membenci Adam, namun di lubuk hati terdalam ia begitu menyayangi Adam. Ia hanya merasa bimbang dengan dirinya, antara cinta dan penderitaan.
“Aku tidak mengizinkanmu meninggalkan ruangan ini, meskipun itu hanya selangkah,” ujar Adam menekankan setiap kalimatnya.
Mendengar perkataan pria tua itu membuat Lucas menghentikan langkah kakinya, ia mengembalikkan tubuhnya menatap ke arah Adam. “Apakah aku harus menghormatimu? Jika iya, tolong beritahu aku, apa yang harus aku hormati dari pria sepertimu yang sudah menelantarkan anaknya sendiri?” cibir Lucas dengan geram.
“Kalian pergilah! Aku ingin berbicara empat mata dengan putraku!” usir Adam pada yang lain, termasuk Antoni yang berada di dalam ruangan.
“Antoni, tetaplah di sisiku. Aku tidak mengizinkanmu untuk pergi, kau mengerti?” Lucas memandangi wajah Antoni dengan wajah kesalnya.
“Baik, Tuan Muda.” Antoni membungkukkan badannya memberi rasa hormat pada pria itu.
“Keluarlah dahulu, Antoni. Aku ingin bicara empat mata dengan putraku!” Adam menekankan kalimatnya, ia hanya ingin berdua dengan Lucas di dalam ruangan.
“Maafkan saya Tuan Besar. Atas perintah tuan muda, saya tidak bisa meninggalkan ruangan tanpa adanya izin darinya.” tolak Antoni sopan.
Adam menarik nafasnya dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan-lahan, saat semua orang telah meninggalkan ruangan, terkecuali Lucas dan Antoni, mereka kembali duduk di hadapan Adam.
“Antoni, apapun yang kau dengar dari pembicaraan kami, tolong jangan disebar luaskan,” pintanya lirih menatap Antoni dengan netra mata dalam.
“Apakah kau pikir orangku akan selebos itu?!” bantah Lucas marah, ia menaikkan pandangannya ke arah Adam dengan tajam.
“Kau tahu apa penyebabku meninggalkan di sebuah panti, Lucas?” tanya Adam mulai membuka pembicaraan mereka dengan baik, ia tidak ingin ada emosi dibalik penjelasannya. Memang ia akui, ialah yang bersalah meninggalkan Lucas tanpa penjelasan apapun.
“Apakah aku harus mencari tahu penyebab itu? Cih, peninggalanmu terhadapku sudah membuatku percaya bahwa kau bukanlah seorang ayah yang baik untukku,” sinis Lucas mencibir, ia tersenyum miring.
“Tidak, Nak—”
“Apa? Kau memanggilku dengan panggilan 'anak'? apakah itu pantas untukku setelah kau menelantarkan aku selama bertahun-tahun?” tandas Lucas, ia mengempalkan kedua tangannya di atas meja, menahan kekesalannya.
“Sekarang, izinkan aku bicara denganmu, Lucas. Apakah di sebuah panti kau mendapatkan perlakuan baik dan memakan enak?” tanya Adam, raut wajahnya tampak sedikit bahagia.
Lucas termenung, ia kembali mengingat kejadian jelas yang dialami selama tinggal di sebuah panti dahulu, betul perkataan sang ayah, selama tinggal di panti, Lucas selalu mendapatkan perbuatan baik dan memakan apa saja yang ia inginkan. Tapi, dari mana pria tua itu tahu tentangnya selama di panti?
“Jika aku bukan ayah yang baik, maka aku tidak akan pernah tahu bagaimana putraku berkembang dengan baik di sana. Bahkan aku tahu kapan kau harus makan, kapan kau harus mandi, dan kapan kau ingin menghirup udara segar, Lucas.” Adam mengembuskan nafasnya.
“Dari mana kau tahu semua itu?” Lucas mengerutkan dahinya heran.
“Albert! Bawa semua file rekaman yang kuberikan padamu!” pekik Adam dengan cukup keras.
Lucas semakin tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Adam.
Seorang pria berbadan kekar memakai pakaian lengkap bewarna hitam berjalan masuk mendekat ke arah mereka dan memberikan sebuah benda ke Adam, lalu ia dengan segera kembali meninggalkan ruangan dan menutup pintu ruang VIP dengan cepat, tidak ingin mengganggu pembicaraan Tuan Besar dengan putra semata wayangnya.
“Ini semua adalah rekaman dirimu selama berada di panti, tiada hari yang terlewati setiap perkembanganmu di sana. Maafkan aku jika aku gagal menjadi ayah yang baik untukku, Nak.” jelasnya dengan mata berkaca-kaca.
Dibalik semua kesalahannya telah meninggalkan Lucas selama bertahun-tahun ada rahasia besar yang belum harus diungkapnya pada sang anak, ia tidak ingin anaknya membenci kakek dan neneknya untuk saat ini.
Lucas menerima benda itu, kemudian ia mencoba membuka satu persatu file rekaman dirinya saat masih berada di sebuah panti.
Deg!
Jantungnya seakan ingin keluar dari tempatnya. Ia menatap penuh pertanyaan ke arah Adam berada.
“Apa maksud dari semua ini?” tanyanya penuh rasa heran, ia menuntut jawaban dari setiap perlakuan Adam atas dirinya.
“Jika aku menjelaskan semuanya, apakah kau berjanji padaku untuk bisa menerimanya tanpa adanya rasa benci sedikitpun di dalam hatimu?” titahnya.
“Aku tidak berjanji untuk hal itu, tapi tolong jelaskan padaku apa maksud dari semua ini! Apakah kehadiranmu kali ini hanya untuk membuatku kembali terluka?!” jerit Lucas nada besar, ia sudah tak dapat mengontrol rasa emosinya pada sang ayah.
Selama bertahun-tahun ia menderita karena kesepian di sebuah panti, merenung setiap malam memikirkan kapan ia bisa berjumpa dengan sang ayah. Namun, setelah perubahan besar terjadi padanya. Ia hanya memikirkan tentang masa depan, tanpa peduli akan keberadaan sang ayah.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Nur Syamsi
ap kematian sang bunda ada sangkut pautnya dg keberadaannya Lucas di panti
2025-02-10
0
Susi Khayla
ga cocok thor klo lee ming ho yg jdi visualnya
2023-06-15
0
Arin
visualny keren Lee min ho fafort sy....😍
2022-06-11
0