"Amanda, Hmmh."
Arka berusaha mengatur nafasnya disela-sela aktivitas panas dan keringat yang mengucur deras. Ia masih menikmati dan bergerak maju mundur, sambil terus mengelus perut istrinya yang membuncit.
Sementara Amanda meremas sprei tempat tidur hingga semuanya berantakan. Suara rintihannya terdengar dipenjuru kamar.
"Arka."
"Iya sayang."
"Arkaaa."
"Hmmh, Aaaaaaah."
Keduanya terhempas, Amanda menarik Arka ke dalam pelukan. Namun Arka menahan tubuhnya dengan tangan, agar tak begitu menindih. Ia sadar ada bayi yang sedang tumbuh di dalam perut istrinya itu.
"Sayang, ada bayi loh. Kamu kalau peluk aku hati-hati. Posisinya diliatin, nanti bayinya tertekan." ujar Arka.
Amanda tak menjawab, nafasnya masih memburu.
"Ka, banyak banget tadi." Ia berkata seraya masih berusaha mengatur nafasnya.
"Apanya?" tanya Arka sambil tersenyum.
"Yang keluar." jawab Amanda.
Arka jadi sedikit tertawa.
"Namanya juga udah lama nggak." ujarnya.
"Kamu nggak begituan kan sama Maureen?"
"Tuh kan, Maureen lagi." Arka menjawab masih sambil memeluk Amanda.
"Tapi kamu masih cinta kan sama dia?"
"Masih." jawab Arka pelan.
"Tapi aku juga tau kalau aku ngelakuin itu sama orang lain, akan ada resikonya ke kamu dan anak kita nantinya. Aku nggak se-egois yang kamu pikir. Aku juga takut kalau kamu dan anak kita ketularan penyakit, seandainya aku masih berhubungan sama orang lain."
Amanda tak menjawab, namun makin erat memeluk Arka.
"Denger nggak kata dokter kandungan kemaren?. Emosi kamu di kontrol, jangan terlalu diikutin. Jangan selalu mikir yang nggak-nggak, nggak baik buat kesehatan."
"Iya." jawab Amanda kemudian.
"Awas loh, kalau masih prasangka lagi. Aku diemin kamu sampe sebulan." ujar Arka.
Kali ini Amanda yang tertawa.
"Bocil ngancem." tukas wanita itu.
"Enak aja bocil, tuh bocil di perut kamu." ujar Arka.
"Akibat perbuatan kamu."
"Orang kamu yang minta."
Keduanya sama-sama tertawa.
"Oh ya, Ka. Mulai ada getarannya tau."
"Oh ya?"
"Iya, lucu tapi aneh gitu."
Arka tersenyum dan makin erat memeluk Amanda.
***
Di malam yang sama, Chanti dan Widya teman Maureen, masih terjaga di kosan mereka. Keduanya tampak makan mie dalam kemasan cup sambil nonton drama Korea.
"Lo liat nggak tadi di kampus mukanya Maureen sampe merah gitu, gara-gara dibentak Arka." tanya Widya pada Chanti yang ada di sebelahnya.
"Iya pengen ngakak gue, cuma nggak enak." ujar Chanti.
"Cantik banget ya, pacar barunya si Arka." ujar Widya lagi.
"Berduit pula." timpal Chanti.
"Dari mana lo tau kalau dia berduit?"
tanya Widya.
"Lo liat aja noh, mobil yang sekarang sering dipake Arka. Dari mana coba Arka bisa dapet mobil kayak gitu dalam waktu singkat. Dia kan belum lama jadi aktor, pastilah punya si cewek itu."
"Iya juga sih." ujar Widya.
"Terang aja si Maureen di depak." lanjutnya lagi.
"Maureen, playgirl cap tikus got. Siapa juga di ladenin sama dia. Arka aja bego, bertahun-tahun bucin sama tuh cewek." ujar Chanti.
"Mungkin Arka ngerasa karena hubungannya udah dari lama kali, makanya sayang."
"Sayang sih sayang, liat dulu siapa yang berhak disayang. Ye kan?"
"Iya sih. By the way, lo jadi sebel banget sama Maureen."
"Ya sebel lah gue, Robert gue diambil."
"Udah, kejar lagi aja si Robert. Jangan mau kalah sama Maureen."
***
Esok harinya, Amanda bersiap pergi. Arka sudah menunggunya di mobil.
"Ka, hari ini aku nggak ngantor tapi ngajar." ujar Amanda ketika dirinya telah masuk ke dalam mobil.
"Oh ya udah, berarti langsung ke kampus nih?" tanya Arka.
"Iya." jawab Amanda.
Arka menghidupkan mesin mobil. Ditengah perjalanan Amanda menutup mulutnya dan terlihat seperti sedikit tidak nyaman.
"Kamu kenapa?. Mau muntah?" tanya Arka.
"Sedikit sih, tapi nggak parah banget kayak waktu di awal-awal."
"Kuat nggak tapi?" tanya Arka lagi.
"Kuat koq, tenang aja."
Tiba-tiba ada panggilan masuk ke handphone Arka, dan ternyata dari Maureen.
"Ngapain sih perempuan gatel ini masih nelpon kamu?"
Wajah Amanda mulai diliputi kecemburuan. Belum sempat Arka memberi pembelaan, Amanda sudah mengangkat telpon tersebut.
"Heh, gatel. Ngapain lo masih nelpon Arka."
Suara Amanda terdengar sangat marah. Maureen pun langsung menutup sambungan telponnya secara serta merta.
"Hhhhh." Maureen menggerutu diseberang sana.
"Kenapa sih si Arka pagi-pagi udah sama tuh cewek." ujarnya kemudian.
Sementara di mobil.
"Braaak."
Amanda melempar handphone milik Arka ke dashboard dengan sekuat tenaga, hingga layarnya retak.
"Amanda."
"Kenapa di lempar?" Arka berteriak di wajah Amanda.
"Kamu kenapa masih aja nyimpen kontak perempuan gatel itu?"
"Iya tapi apa harus ngelempar hp aku sampe rusak gitu. Itu aku beli pake uang hasil kerja aku sendiri loh."
"Aku nggak suka kamu masih berhubungan sama dia."
"Ya kenapa harus ngerusakin hp aku?"
"Aku bisa belikan kamu sepuluh yang kayak gitu."
"Jangan mentang-mentang kamu kaya, terus kamu bisa seenaknya sama orang. Kita ini cuma nikah kontrak Amanda, kamu nggak berhak melarang aku ini itu." Arka makin berteriak.
"Lagipula sekedar kontak, bukan aku tidur sama dia. Aku mencintai Maureen dan itu masih. Bukan Maureen yang merebut aku dari kamu, tapi kamu yang mengambil aku dari Maureen. Paham kamu?"
"Braaak."
Arka keluar dan membanting pintu mobil. Sementara kini Amanda terdiam di dalam, tubuhnya gemetar dan air matanya mengalir deras. Ia begitu ketakutan, karena belum pernah melihat Arka semarah itu.
Arka terus melangkah dan seakan enggan mempedulikan Amanda lagi. Ia sudah cukup mengalah dan bersabar menghadapi tingkah wanita itu selama ini.
Ia masih terlalu muda untuk memaksa diri menjadi dewasa dalam tiap keadaan. Ia hanya lah manusia biasa yang juga bisa marah dan kecewa.
"Braaak."
Sebuah benturan keras mengagetkan Arka, ketika ia hendak menaiki sebuah taksi. Arka menoleh dan waktu pun seakan berhenti. Ketika matanya mendapati bahwa mobil yang tadi ia kendarai, telah ditabrak oleh sebuah truk besar.
Mobil tersebut tergeser hingga menabrak pembatas jalan serta terlempar ke jalur berlawanan. Dan Amanda masih berada di dalam mobil tersebut. Arka pun berlarian dengan nafas yang seakan hendak berhenti.
"Amandaaa." teriaknya memecah keheningan pagi.
"Amandaaa."
Arka berusaha membuka pintu mobil tersebut, ia begitu panik melihat Amanda sudah tak sadarkan diri didalam sana. Para pengendara lain yang tengah melintas di area tersebut, sontak memarkir mobil masing-masing dan mencoba memberi pertolongan.
"Amandaaa."
"Amandaaa."
Akhirnya ada pengendara yang membawa sebuah alat, dan pintu mobil tersebut berhasil dibuka paksa. Darah Arka seakan terkuras, ketika mendapati Amanda yang terkulai di dalam pelukannya. Ia terus memanggil nama wanita itu meski tak ada reaksi.
Seorang pengendara mencari bantuan. Tak lama kemudian sebuah ambulance dan polisi lalu lintas pun datang, Amanda di bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Disepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Arka terus memanggil Amanda sambil berurai air mata.
"Amanda, bangun Amanda. Bangun!"
Betapa ia sangat menyesal sudah begitu marah pada wanita itu. Kini yang ia khawatirkan ada dua nyawa, Amanda dan juga bayi yang tengah di kandungnya.
"Tolong, tolong selamatkan dia. Dia sedang hamil."
Arka berujar pada paramedis yang bertugas di instalasi gawat darurat, ketika akhirnya mereka tiba.
"Harap tunggu ya, pak. Mohon bersabar!"
"Tolong selamatkan mereka, saya mohon!"
Seorang perawat mencoba menenangkan Arka, namun pemuda yang kini berusia 22 tahun itu tetap saja cemas dan sedih. Ia bahkan belum berhenti menangis hingga detik ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 294 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
RASAKAN LO BRONDONG BAHLUL, GK SPRTI BRONDONG2 CRITA LAIN. MRK YG BUCIN K WANITA DEWASANYA..
2024-08-21
2
Sulaiman Efendy
BETUL KATA TMANNYA MAUREEN, SIARKA PRIA BAHLUL..
2024-08-21
1
Lela Lela
Mauren kan istri jalang
2023-06-10
1