Pagi itu Arka tiba diruang makan. Dimana Amanda sudah duduk disana sambil menikmati sarapan, berupa pancake yang disiram sirup maple.
"Hai." ujar Amanda pelan.
Suaranya sedikit serak, karena terlalu banyak meracau semalam.
"Hai." jawab Arka seadanya. Namun kemudian ia terdiam, melihat sudut bibir Amanda yang tampak sedikit biru kemerahan.
"Maaf, semalam aku sedikit kasar." ujar Arka penuh rasa bersalah. Amanda tersenyum tipis namun masih melihat ke arah piringnya.
"It's ok." ujar wanita itu kemudian.
Tak lama Arka pun pergi, lalu kembali dengan membawa saputangan yang sudah dicelupkan ke air hangat terlebih dahulu. Ia lalu menempelkannya di bibir Amanda yang membiru merah tersebut.
Ia ingat semalam, ketika hendak mencapai klimaks. Ia menggigit kuat-kuat bagian itu, sebelum akhirnya berteriak panjang. Kini ia merasa bersalah sendiri.
Meski di awal tiba, ia sudah memiliki niat jahat untuk menguasai harta Amanda. Namun Arka memang agaknya tak bisa untuk tidak menggunakan perasaannya. Diluar kepentingan ia tak sejahat itu pada orang lain, terutama pada wanita.
Amanda terdiam mendapat perlakuan yang lembut dari Arka, ia kini menatap pemuda itu dengan hati yang meleleh. Belum pernah ada seorang pun yang perhatian padanya selama ini. Arka terus menempelkan sapu tangan tersebut di bibir amanda. Lalu kemudian,
"Kamu makan dulu!" ujar Amanda memerintahkan.
Arka pun akhirnya menghentikan aktivitas yang ia lakukan, dan kembali duduk dihadapan istri kontraknya itu. Ia lalu mengambil garpu serta pisau dan siap untuk makan.
"Masih sakit?" tanya Arka lagi.
"Bagian mana?" Amanda balik bertanya.
Arka lalu menghela nafas, ia tau apa yang dimaksud oleh Amanda.
"Semuanya?" jawab Arka.
"Bagian mana aja yang masih sakit?. lanjutnya lagi.
"Nggak ada koq." ujar Amanda, lalu meminum orange juice yang ada dihadapannya.
"Maafin aku, Amanda. Aku nggak tau kalau kamu..." Arka terdiam sejenak.
"Masih perawan." lanjutnya kemudian.
Amanda sedikit menunduk.
"Apa kamu pernah melakukannya dengan orang lain?"
Amanda menatap Arka dan pemuda itupun mengangguk.
"Iya, dengan pacarku Maureen." jawab Arka.
"Kamu punya pacar?" tanya Amanda sedikit tersentak.
Ia benar-benar tidak tahu soal itu. Baik supirnya maupun Liana, tak ada yang menginformasikan hal tersebut.
"Iya." jawab Arka.
"Oh."
Amanda mencoba menelan makanannya. Ada perasaan tak enak yang tiba-tiba merayapi hati perempuan itu.
"Tapi, dia udah sama orang lain sekarang." lanjut Arka.
"Oh."
Amanda memberi kode pada Arka untuk makan. Arka pun segera mencoba apa yang ada dihadapannya, kemudian ia terdiam sejenak.
"Kenapa?" tanya Amanda heran.
"Enak." ujar Arka lalu tersenyum. Kali ini Amanda ikut tersenyum.
"Ini kamu yang bikin?" tanya Arka, sebab para asisten rumah tangga telah berlibur sejak semalam.
Amanda mengangguk.
Arka tak menyangka jika perempuan sesibuk dan sesukses Amanda bisa membuat makanan seenak itu. Biasanya perempuan jika sudah terlalu sibuk, maka ada saja hal yang tak mungkin ia lakukan. Seperti memasak atau mengurus rumah tangga.
"Ka."
"Iya."
"Kamu bukan tawanan disini. Aku nggak akan mengikat kamu seharian." ujar Amanda.
"Maksud kamu?" tanya Arka tak mengerti.
"Kalau kamu ada kegiatan diluar, nggak apa-apa misalkan kamu mau pergi. Lagipula aku udah urus soal kuliah kamu. Kamu udah bisa masuk lagi mulai hari ini."
"Oh ya?" Wajah Arka perlahan berseri.
"Kamu serius?" tanpa sadar Arka menyentuh dan menggenggam tangan wanita itu.
"Makasih ya." ujarnya kemudian.
Ia terlihat sungguh bahagia. Namun ia pun tersadar, ketika melihat tangannya yang begitu erat menggenggam tangan Amanda.
"A, sorry." ujarnya lalu melepaskan genggaman itu.
"Nggak apa-apa koq. Semalem juga bukan tangan aku doang yang kamu pegang, malah semuanya." ujar Amanda.
Arka tersenyum, namun berusaha membuang pandangannya karena sedikit malu. Amanda pun demikian, ia sedikit tersenyum dan membuang pandangannya ke arah lain.
"Oh ya, mengenai hutang orang tua kamu. Semua udah aku selesaikan sesuai janji."
Arka kembali menatap Amanda.
"Biaya pengobatan ayah kamu juga sudah ada. Sambil kita cari orang yang mau mendonorkan organ ginjalnya."
Mata Arka berkaca-kaca, jujur ia sangat terharu dengan apa yang ia dengar. Karena segala sesuatu yang ia perbuat, tujuan utamanya adalah untuk kedua orang tuanya. Agar mereka bebas dari jerat penderitaan.
Arka menyelesaikan makannya lalu kembali ke kamar. Ia mengambil tas, laptop, serta beberapa buku. Perlahan ia kembali menghampiri Amanda, lalu mencium kening istrinya itu secara serta-merta.
Amanda terkejut mendapat perlakuan tersebut, namun ia hanya memejamkan mata dan menerimanya. Ada perasaan hangat yang kini menjalar di hati wanita itu.
"Thanks, aku pergi dulu."
Arka berlalu, namun kemudian...
"Arka."
Amanda menghentikan langkah pemuda itu.
"Ya." ujar Arka seraya menoleh.
"Amanda mendekat lalu menyerahkan sesuatu ke tangan Arka.
"Pakai mobil aku." ujar Amanda seraya menatap Arka.
"Terus kamu?"
"Aku masih punya mobil lain."
Arka diam menatap Amanda. Namun detik berikutnya,
"Oke." ujarnya kemudian.
Entah ada mimpi apa Arka semalam, hingga pagi ini ia diberikan keberuntungan yang beruntun. Dibayari hutang, disediakan biaya pengobatan, dan sekarang ia diberikan sebuah mobil. Arka tersenyum menyadari betapa menyenangkannya hidup ini.
Ketika mobil Amanda yang dikendarai Arka tiba di kampus, seluruh pasang mata tertuju pada mobil tersebut. Dan ketika Arka keluar, makin banyak lagi pasang mata yang menyorot kearahnya.
"Eh, itu serius si Arka?"
Para gadis yang mengenalnya mulai sedikit mendekat dan memperhatikan. Tak terkecuali Maureen, yang kini kepalanya terpaksa di belokkan oleh teman-temannya ke arah Arka. Maureen pun terkejut.
"Arka."
Doni dan Rio mendekat ke arah Arka.
"Arka, ini serius?"
Rio dan Doni memperhatikan mobil sport tersebut dan terus mengaguminya. Sementara kini Arka tersenyum. Kebetulan Doni baru saja minta izin pulang untuk mengurus beberapa keperluan.
"Lo pulang, Don?" tanya Arka.
"Iya bentar doang, mau ngurus sedikit hal." jawab Doni.
"Gila lo, baru sehari." ujar Rio seraya menepuk bahu Arka sambil tertawa.
"Dia yang maksa, gimana coba?" jawab pemuda itu.
"Anjrit, gue juga mau kalau dipaksa suruh pake beginian." seloroh Doni.
"Gimana?" Rio dan Doni bertanya seraya mengangkat alis dan tersenyum nakal.
"Gimana apanya?" tanya Arka bingung.
"Malem pertama lo lah." ujar Rio.
"Heh, ngapain nanya-nanya. Ntar pengen loh." Arka mulai berjalan, Doni dan Rio mengikuti dari belakang.
"Ka, ceritain dong. Dikit aja." pinta Doni.
"Enak pokoknya." seloroh Arka sambil tertawa.
"Enak aja, apa enak banget?"
"Banget."
"Dia nya sampe teriak nggak?" Rio menimpali pertanyaan Doni.
"Kenceng." ujar Arka lagi.
"Dari sisi mana aja, belakang, depan, apa nyamping." Rio kembali bertanya.
"Buuuk."
Arka mengeplak kepala sahabatnya itu dengan buku. Tak lama kemudian,
"Arka."
Tiba-tiba Maureen sudah ada didepan Arka dan kedua temannya. Arka pun menghentikan langkah.
"Ka, kita tunggu di kantin ya." ujar Doni kemudian, Arka pun mengangguk. Doni dan Rio lalu pergi meninggalkan tempat itu.
"Kenapa?" tanya Arka dengan suara dingin. Maureen sendiri tau dimana letak salahnya, namun ia akan coba memperbaiki mulai hari ini. Semua demi harta yang kini Arka miliki.
"Ntar siang, jalan bareng yuk." ajak Maureen sambil tersenyum.
"Bukannya kamu udah sana Robert?" ujar Arka masih dengan suara yang dingin.
"Mm, itu. Itu bisa aku jelaskan koq. Lagipula aku..."
"Aku mau nyusul Rio sama Doni, permisi."
Arka berlalu meninggalkan Maureen dalam kebekuan yang tiba-tiba menyeruak.
***
"Halo, bu."
"Arkaaa, kemana aja kamu nak?"
suara ibu Arka terdengar begitu cemas di seberang sana.
"Iya, ini Arka bu. Maaf Arka sibuk."
"Kamu sibuk syuting?" tanya ibunya lagi. Ia ingin memastikan kemana perginya Arka selama beberapa hari belakangan ini.
"Hmm, iya bu." dusta Arka.
"Syukurlah, nak. Ibu pikir kamu kenapa-kenapa. Ibu khawatir kamu di apa-apain sama rentenir yang terikat sama kita."
"Bu, semua hutang ibu sudah lunas."
"Hah?. Serius kamu nak?"
Air mata ibunya mendadak mengalir. Rianti yang ada di sana pun terhenyak dan menghampiri ibu Arka.
"Kenapa, bu?" tanya Rianti khawatir.
"Mas mu, nak. Dia sudah lunasin semua hutang ibu." Ibu Arka begitu gembira dan penuh haru.
"Apa Rianti bilang, bu. Mas Arka itu baik-baik aja dan lagi sibuk kerja."
Arka tersenyum dan ikut meneteskan air mata. Bagi pemuda itu, kebahagiaan sang ibu adalah di atas segalanya. Meskipun ia harus melakukan hal yang terbilang cukup beresiko.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 294 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KLO BALIKAN LGI MA MAUREN, LO PRIA TERBAHLUL..
2024-08-21
0
Sulaiman Efendy
KIRAIN MSH PERJAKA.. TRNYATA UDH NING NONG..
2024-08-21
1
Naura Adam
berbohong demi kebaikan..hebat arka
2024-05-28
2