"Serius, Man?"
Nindya hampir saja berteriak di telpon. Saking gembiranya ia mendapat kabar dari Amanda.
"Iya Nin, gue hamil."
"Dari liburan kemaren kan?. Apa gue bilang, liburan berdua itu emang efektif biar cepet hamil."
"Iya, gue ngikutin saran lo. Makanya begini."
"Duh seneng banget gue, akhirnya lo punya penerus. Nggak usah pusing lagi mikirin gimana semua usaha lo nanti. Pas udah tua, tinggal nyantai aja."
"Iya tapi gue tersiksa banget Nin, muntah terus."
"Gue juga dulu gitu koq, yang penting lo paksain makan kalau udah waktunya makan. Jangan malah diturutin, ntar nggak makan-makan. Anak lo kelaparan lagi di dalam."
"Iya sih, Arka juga bilang gitu. Dia kadang sabar banget ngadepin gue."
Nindya tersenyum diseberang sana.
"Cie yang sekarang mulai memuji Arka." ujarnya.
Kali ini Amanda yang tersenyum.
"Bukan gitu, Nin. Tapi jujur emang itu anak totalitas banget dalam job desk nya."
"Anjir, job desk."
"Iya, dia memperlakukan gue dengan baik banget. Dia turutin apa yang gue mau, dia selalu ingetin gue makan, minum susu, vitamin, dan lain-lain."
"Arka punya rasa kali sama lo, kenapa nggak nikah resmi aja sih?. Kali aja jodoh lo emang dia."
Seketika Amanda teringat, dihari ia memergoki Arka berpelukan dengan Maureen. Sesaat sebelum perjalanan mereka ke Bali waktu itu.
"Nggak mungkin lah, Nin. Gue rasa sih dia cuma berusaha profesional aja. Secara dia kan pernah main film dan sinetron. Bisa aja emang dia sengaja bersikap baik ke gue, biar membangun suasana. Karena jatuhnya kan dia kerja buat gue."
"Iya juga sih, tapi lo sendiri gimana?. Yang bisa melihat dan merasakan ketulusan Arka itu kan, cuma elo. Elo yang ketemu dan berhadapan langsung sama dia setiap hari. Masa iya lo nggak bisa bedain, mana tulus mana modus."
"Tulus lagi nyanyi, Nin." ujar Amanda.
"Itu mah beda atuh tulusnya. Itu nama orang, penyanyi."
Amanda terkekeh.
"Lo sendiri gimana?. Punya perasaan nggak sama Arka?" tanya Nindya lagi.
"Koq lo nanya gitu?. Ya jelas nggak lah, gue biasa aja." jawab Amanda.
"Beneran?. Ntar nyesel loh udah ngomong gini."
"Nin, gue tuh bener-bener nggak mau punya suami resmi. Gue males sama tanggung jawab terhadap rumah tangga."
"Berarti nggak menutup kemungkinan, lo bisa punya perasaan dong terhadap Arka."
Kali ini Amanda terdiam.
"Males bertanggung jawab terhadap rumah tangga sama punya perasaan cinta terhadap seseorang itu, dua hal berbeda Man."
Amanda makin diam.
"Tanya deh sama hati lo. Lo suka nggak sama Arka?"
"Secara personality sih, jujur gue suka sama dia. Dia baik, penyabar, humoris, lembut, kadang agak ganas juga."
"Kalau di ranjang?" tanya Nindya.
"Ya, gitu deh."
"Hahaha." Nindya tertawa.
"Terus, terus?" tanya Nindya lagi.
"Dia juga sayang orang tuanya. Ya gitu lah, suka aja secara personality. Dulu kan sebelum nikah, gue pikir ya, dia kayak anak muda menyebalkan pada umumnya. Tapi ternyata nggak, dia baik. Cuma kalau untuk urusan apakah gue cinta atau nggak, kayaknya nggak deh Nin."
"Nggak, apa cuma lo ingkari doang perasaan lo?" tanya Nindya.
"Apa sih lo, maksa banget."
Amanda dan Nindya akhirnya sama-sama tertawa.
***
"Lo kemana aja sih?"
Doni menepuk bahu Arka, ketika mereka bertemu di kantor manajemen Peace Production.
"Ada gue, biasa lagi ngurusin Amanda. Dia lagi nggak bisa banget ditinggal lama." jawab Arka.
"Lo sih pake perasaan. Dia kan bukan istri resmi lo, bro. Kalau lo pake perasaan, nanti lo kejebak sendiri. Inget Ka, saat tugas lo selesai lo akan balik lagi jadi orang lain buat dia." ucap Doni.
"Dia akan mendepak lo dari hidupnya, setelah semua keinginan dia terpenuhi. Baek-baek jangan sampe perasaan lo lemah, sebab itu akan jadi boomerang buat lo dikemudian hari." lanjut pemuda itu.
Arka terdiam mendengar hal tersebut. Kalau dipikir lagi, apa yang disampaikan Doni memang ada benarnya. Jika ia terus menenggelamkan diri ke dalam hal ini, tidak menutup kemungkinan ia akan memiliki sebuah rasa untuk Amanda.
Lalu nanti ketika Amanda sudah tidak membutuhkannya lagi, ia akan dibuang begitu saja dari kehidupan wanita itu. Dan apa yang akan terjadi?. Tentu saja luka yang disertai rasa sakit.
***
Hari berikutnya Amanda berangkat ke kantor. Ia diantar oleh Arka tepat didepan lobi.
"Yakin, kamu udah kuat hari ini?" tanya Arka ragu.
"Yakin koq, aku pasti bisa." jawab Amanda semangat. Arka tersenyum, lalu menyentuh perut Amanda dan mengelusnya.
"Jangan nakal ya dek, jangan bikin mama muntah." ujarnya.
Amanda terharu melihat perbuatan pemuda itu. Cukup lama ia terpaku, sambil mengingat pertanyaan Nindya kemarin.
"Lo cinta nggak sama Arka?"
Begitulah kata-kata itu kini terngiang dibenaknya.
"Amanda?"
"Ah, iya."
Arka membuat Amanda tersadar dari lamunannya. Amanda pun bersiap keluar dari mobil.
"Kamu hati-hati dijalan, Arka."
"Iya, nanti mau dijemput jam berapa?" tanya Arka.
"Nanti biar supir aja yang jemput aku. Kamu jangan lupa ke rumah sakit, temui dokter Wisnu. Katanya dia mau bicara soal pendonor ginjal buat ayah kamu."
"Oke."
"Jam dua ya, kesananya."
"Oke, jangan lupa makan." ucap Arka.
"Iya."
"Tuh, tuh, tuh, tuh. Itu yang namanya Arka, gosipnya dia menikah sama bu Amanda."
Tiga orang karyawan yang bekerja satu lantai dengan Amanda, tampak berdiri di halaman depan gedung kantor sambil memperhatikan Arka. Dua diantaranya adalah Satya dan Deni, karyawan yang selalu halu mendapatkan cinta Amanda.
"Ah, serius lu Tan. Jangan gosip lu." ujar Satya sewot.
"Tau, Intan lambe curah nih." timpal Deni.
"Gue nggak sedang bergosip belaka. Tapi gosip ini mengandung fakta teraktual, tajam, dan terpercaya, setajam ketikan netizen." ujar Intan mengikuti gaya bicara seorang pembawa acara infotaintment, yang sering ia tonton di televisi.
"Emang lu tau dari mana?" tanya Deni lagi. Kali ini Arka melintas didepan mereka.
"Ganteng ya, kayak pernah liat." ujat Satya. Deni lalu menggeplak kepala Satya.
"Ganteng ndasmu, dia itu saingan kita kalau emang bener."
"Gue denger itu semua dari mbak Rani. Si karyawan baru yang direkomendasikan bu Amanda itu." ujar Intan lagi.
"Emangnya mbak Rani ngomong sama lo?" tanya Satya.
"Nggak ngomong langsung sih, dia kayak bicara gitu sama seseorang di telpon. Ngomongin soal kehamilan bu Amanda sama si suaminya ini."
"Hah, bu Amanda hamil?"
Deni dan Satya menepuk jidat. Mereka berdua tampak terkejut sekaligus kecewa.
"Waduh, ambyar ini mah." ujar mereka berdua di waktu yang bersamaan."
"Lu pasti ngada-ngada nih, Tan." ujar Deni.
"Iya, ngada-ngada." Satya menimpali.
Deni dan Satya masih tak terima.
"Gue nguping pembicaraannya mbak Rani. Dan disitu jelas-jelas mbak Rani bilang ke temennya, soal pernikahan bu Amanda dan Arka."
"Oalah, namanya Arka toh." ujar Deni. Kali ini dia terlihat naik pitam.
"Anak mana sih dia?"
"Katanya sih, si Arka itu masih kuliah." jawab Intan.
"Hah?. Den, cintaku direbut berondong ini namanya."
"Kita nggak boleh membiarkan ini semua, Sat. Kita harus buat perhitungan sama si Arka-Arka itu."
"Bener, gue bikin ambyar dia nanti."
"Udah masuk yuk, ntar kita diomelin." ujar Intan kemudian.
Mereka bertiga pun akhirnya berjalan menuju pintu lobi kantor, untuk masuk kedalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 294 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KARYAWAN GK NYADAR DIRI, EMANG LO BISA MNANG DUEL MA ARKA.
2024-08-21
1
ristiana maharani
cintaku di rebut berondong, ngakak aku🤣🤣
2024-05-13
2
Lela Lela
cintany smg abadi
2023-06-10
0