Sudah tiga bulan berlalu, pasca dilangsungkannya pernikahan siri antara Keenan Arka Adrian dan juga Amanda Marcelia Louis. Namun sampai saat ini, Amanda belum juga menunjukkan tanda-tanda kehamilan.
"Arrgghh."
Amanda membanting testpack ke dinding kamar mandi. Setelah puluhan kali ia mencoba sejak tiga bulan terakhir. Namun hasilnya tetap sama, negatif.
"Kamu kenapa sih?" tanya Arka yang kaget dengan kekesalan Amanda pagi itu.
"Kamu tuh niat nggak sih ngehamilin aku?. Atau jangan-jangan kamu sengaja biar aku nggak hamil-hamil."
"Maksudnya gimana?" tanya Arka heran.
Ia masih setengah mengantuk karena tidur terlalu larut. Akibat banyaknya tugas kampus yang harus ia selesaikan.
"Ya kali aja kamu minum apa gitu, biar kamu nggak bisa bikin aku hamil. Biar aku bosen sendiri dan akhirnya memutuskan pernikahan ini berakhir. Kamu dapat uang, dan nggak punya anak. Bebas deh hidup kamu."
"Amanda."
"Kamu cuma mau uang aku kan?" ujar Amanda dengan nada yang membangkitkan emosi.
Kali ini Arka menatap istrinya itu dengan tajam.
"Yang dari awal ngejar-ngejar aku siapa?" tanya Arka seraya mendekat. Penuh kemarahan ia berbicara pada Amanda.
"Kamu kan?. Kamu yang ngejar, kamu yang menyuruh Liana dan menjanjikan uang buat aku. Kamu yang selalu ngasih ke aku, walaupun aku kadang menolak. Sekarang malah kamu permasalahkan dan bilang kalau aku cuma mau uang kamu doang."
"Tapi bener kan, kamu mau uang?"
"Iya, aku nggak munafik. Kamu bener soal tujuan aku menerima pernikahan ini, aku emang mau uang. Tapi aku nggak selicik yang kamu tuduhkan tadi. Aku baik-baik aja, aku sehat dan aku nggak ada minum ini itu." Arka berkata dengan penuh berapi-api.
"Harusnya kamu yang tanya sama diri kamu, kenapa nggak hamil-hamil. Udah bener belum gaya hidup kamu selama ini?. Masih minum alkohol nggak kamu tiap hari?. Gimana mau hamil, kalau gaya hidup kamu aja masih berantakan. Berapa kali kamu dalam tiga bulan terakhir ini ke bar sama orang kantor kamu?. Pulang sampe mabok berat. Jangan bisanya cuma nyalahin orang."
Arka lalu mengambil dan memakai kaosnya. Kemudian mengambil tas dan pergi meninggalkan Amanda. Bahkan ia pergi tak memakai mobil istrinya itu.
Amanda kini terdiam lesu di kamarnya, sambil menyesali apa yang telah ia tuduhkan pada Arka.
***
"Lo gimana sih, Amanda?" tanya Nindya di telpon.
"Koq bisa-bisanya lo berfikiran gitu ke si Arka. Kalau emang dia nggak mau tanggung jawab sama janjinya, bisa aja kan dari awal dia kabur. Pas kelar lo bayarin hutang orang tuanya."
"Gue tadinya mikir kalau Arka sengaja nggak kabur, biar dia dapet uang lebih banyak dari gue. Tapi setelah gue pikir lagi, kayaknya tuduhan gue itu berlebihan deh."
"Ya emang lo sedikit berlebihan." ujar Nindya lagi.
"Gue nyesel, Nin. Gue udah mikir sejahat itu terhadap Arka. Tadi gue liat dia marah banget, matanya sampe merah gitu."
"Lagian tuduhan lo ada-ada aja. Masa dia membuat dirinya sendiri infertilitas, kan aneh." ujar Nindya.
"Kalau gue masih di sana nih, udah gue samperin lo berdua. Gue suruh kalian baikan didepan mata gue. Sayang gue udah pulang, anak-anak gue udah pada mau masuk sekolah." lanjutnya lagi.
"Nggak apa-apa, Nin. Gue cuma butuh lo dengerin doang. Gue cuma percaya sama lo buat dengerin curhatan gue."
"Sekarang Arka nya dimana?" tanya Nindya.
"Mana gue tau."
"Udah lo telpon?"
"Udah, tapi nggak diangkat. Gue chat juga, cuma di read doang."
"Ya udah lo tunggu dia pulang atau lo cari dia, lo minta maaf sama dia. Nggak mungkin dia nggak maafin lo. Abis ini, saran gue ya. Kalau misalkan lo udah baikan, lo berdua coba liburan deh kemana. Ke Bali kek, Lombok kek. Abisin waktu bener-bener berdua. Jauhin alkohol, no smoking, makan sehat, olahraga. Cobain deh, kali aja pulang dari sana lo tekdung."
Amanda menghela nafas.
"Ya udah deh, gue cari Arka dulu." ujarnya kemudian.
"Ya udah, ntar kabarin gue yak."
"Iya, makasih ya Nin."
"Sama-sama, jangan berantem lagi!."
"Iya, nggak." jawab Amanda.
***
Sementara di kampus, Maureen tiba-tiba saja memeluk Arka yang tengah berjalan menuju ke arah toilet. Arka baru saja sampai dan hendak mencuci muka. Karena tadi ia tidak sempat mandi, akibat terlalu kesal pada sikap Amanda.
"Ka." Maureen terisak.
Arka sedikit terkejut dengan sikap gadis itu.
"Kamu kenapa?" tanya Arka heran.
"Robert mutusin aku, Ka. Aku nyesel banget udah ninggalin kamu. Maafin aku, Ka."
Arka yang memang masih memiliki perasaan terhadap Maureen tersebut pun, membalas pelukan wanita itu. Betapa rindunya ia selama ini.
Bagaimana tidak, mereka menjalin hubungan sejak masih sama-sama duduk di bangku SMP. Banyak kenangan yang telah mereka lalui bersama, tak mudah begitu saja bagi Arka untuk melupakan Maureen.
Meski beberapa bulan belakangan ini, Arka terlihat sangat cuek pada gadis itu. Namun jauh di lubuk hatinya, ia masih menyimpan rasa yang cukup besar.
Arka memeluk Maureen dengan erat, sampai kemudian matanya tertuju pada suatu arah. Ketempat dimana kini Amanda tengah berdiri melihatnya, dengan wajah yang penuh keterkejutan.
"Amanda?" Bibir Arka berucap begitu saja.
"Amanda?" tanya Maureen heran.
Ia menatap wajah Arka meminta jawaban, namun Arka tak menggubris lagi mantan kekasihnya itu. Segera saja ia berlarian menyusul Amanda yang kini sudah berbalik arah.
"Amanda."
"Amanda, tunggu!"
"Amanda."
Amanda tak menghiraukan Arka. Ia makin mempercepat langkahnya.
"Amanda."
Arka berhasil mencengkram tangan wanita itu dan membalikkan tubuhnya. Namun Arka melihat pemandangan lain disana.
"Amanda kamu nangis?"
Amanda tertunduk, air matanya mengalir deras.
"Amanda, aku..."
"Kamu jangan balikan dulu sama mantan kamu. Aku gimana nanti?. Gimana aku mau punya anak kalau kamu nggak ada."
Arka memeluk Amanda, wanita itu jadi kian terisak.
"Aku nggak balikan sama dia. Aku nggak akan kemana-mana sebelum kamu hamil dan melahirkan. Aku akan penuhi semua janji aku ke kamu."
"Tapi tadi?"
"Nggak ada apa-apa, percaya sama aku. Aku cuma terbawa perasaan sesaat."
Amanda makin menangis, Arka kian mempererat pelukannya. Tak lama Maureen pun tiba, ia terkejut melihat Arka yang tampak memeluk seorang wanita cantik.
Baru saja Maureen hendak menghampiri, ketika sebuah mobil datang ke arah mereka. Arka membawa Amanda masuk ke dalam mobil tersebut, lalu mereka meninggalkan pelataran kampus begitu saja. Arka bahkan tak tahu jika Maureen tadi telah berada didekatnya.
"Rio."
Maureen menarik Rio, ketika pemuda itu baru saja tiba di kampus.
"Apaan sih?" tanya Rio kaget sekaligus heran.
"Siapa perempuan yang sekarang lagi deket sama Arka?" Maureen bertanya dengan wajah yang serius.
"Siapa?" tanya Rio heran. Karena ia juga kurang mengerti soal apa yang tengah di bicarakan oleh Maureen.
"Nggak usah nutupin, tadi itu cewek dateng kesini. Dia sama Arka pelukan, sambil tuh cewek nangis-nangis. Dia siapanya Arka?"
"Amanda?" tanya Rio.
"Iya, Amanda. Gue sempet denger Arka nyebut nama tuh cewek. Dia siapanya Arka?" tanya Maureen lagi.
"Hmm, gue mau ke kelas." ujar Rio.
"Tunggu dulu, lo harus kasih tau gue." paksa Maureen.
"Lah, apa urusannya sama lo?. Arka itu temen gue. Gue berhak untuk tidak membicarakan apapun tentang dia ke elo."
"Tapi gue berhak tau."
"Lo siapanya Arka emangnya sekarang?. Hah?. Mantan doang kan?. Kalau lo kepo, sewa aja admin lambe curah."
Rio lalu meninggalkan Maureen begitu saja. Sementara Maureen kini terjatuh dalam kubangan kekesalan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 294 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
MSH SIMPAN PRASAAN SAH2 SAJA, TPI KLO TUK KMBALIAN SUNGGUH BAHLUL, SKALI BRKHIANAT, SWKTU WAKTU AKN BRKHIANAT LGI, DN APA YAKIN KLO TU MAUREN GK BRZINAH MA ROBERT, DGN LO AZA BRZINAH.. DN LO GK JIJIK TRIMA KMBALI WANITA YG SDH DIOBOK2 PRIA LAIN, MSKI AWALNYA MAUREN BEKAS LO.. KMUDIAN DI ZAMAH ROBERT.. KLO LO TRIMA LAGI, LO SUNGGUH BAHLUL
2024-08-21
0
Sulaiman Efendy
MIMNUM2 ALKOHOL, GMN MAU SEHAT.. GMN MOK HAMIL..
2024-08-21
0
Sulaiman Efendy
PRIA BAHLUL MASIH MAU TRIMA WANITA YG UDH DIPAKE ORG LAIN
2024-08-21
1