Berondong Bayaran, CEO Cantik

Berondong Bayaran, CEO Cantik

Dua kehidupan

Pagi itu, disebuah penthouse mewah yang letaknya di lantai paling atas sebuah gedung. Seorang wanita cantik berusia hampir 30 tahun, bangun dari tidurnya yang lelap.

Ia melangkah menuju dapur, menyiapkan segelas kopi hangat, lalu membawanya berjalan. Ia menuju ke sebuah spot di dekat kaca besar, yang menyajikan pemandangan ke arah gedung-gedung tinggi menjulang.

Amanda Marcelia Louis, begitulah nama wanita itu. Ia duduk di sebuah sofa dan meletakkan kopi paginya ke atas meja.

Tangan kanan wanita itu lalu meraih sebuah tablet yang berada tak jauh dari sana. Ia pun lalu membuka media berita dan membaca kabar apa saja yang terjadi pagi itu.

Setelah beberapa paragraf ia mulai meminum kopinya, kemudian lanjut mencari artikel-artikel lain yang menurutnya menarik untuk dibaca.

Ketika hampir 30 menit berlalu, Amanda kemudian berjalan menuju kamar mandi. Melepaskan pakaian tidur yang menutupi tubuhnya, hingga terjatuh ke lantai.

Ia masuk ke dalam shower room dan menyalakan keran. Air hangat menerpa tubuhnya yang mulus dan sexy. Tak lupa ia juga membasahi rambutnya yang panjang dan lebat.

Ia menyemprotkan shower gel pada shower puff, lalu menyapukan busa yang dihasilkan ke seluruh tubuh. Kini kulitnya yang berwarna putih bersih terlihat penuh dengan sabun.

Usai membersihkan diri, ia mengeringkan rambutnya dengan hairdryer. Memakai body butter beraroma musk, ditambah parfum dengan wewangian yang sama.

Ia lalu beralih ke lemari dan memakai pakaian kerjanya. Sebuah dress bodycon yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sexy. Kemudian dilapisi dengan blazer berwarna hitam, serta high heels berwarna senada.

Lalu ia beralih ke meja rias dan memakai serum, sunscreen, serta cushion. Sesaat setelahnya ia tampak mengoleskan eyeliner pada kedua kelopak matanya. Serta tak lupa sentuhan warna lipstik yang merah menyala.

Sebuah aturan yang terbalik bagi sebagian perempuan. Dimana mereka biasanya memakai makeup terlebih dahulu, sebelum mengenakan pakaian. Tetapi Amanda tidak peduli sama sekali.

Jika ingat ia akan memakai makeup terlebih dahulu. Namun jika tidak, ya seperti inilah adanya. Menurutnya hidup itu harus sekali-sekali mendobrak aturan, meskipun itu memiliki resiko.

Usai meraih tas kerjanya yang seharga ratusan juta, wanita itu lalu melangkah. Di bawah penthouse sebuah mobil sudah dipersiapkan untuknya. Seorang supir membukakan pintu mobil tersebut dan Amanda pun masuk kedalam.

Perjalanan pagi itu cukup lancar. Saat tiba di kantor, ia sudah ditunggu oleh banyak karyawan. Mereka semua berdiri sekedar untuk menyapa atasan mereka tersebut.

Amanda yang cantik berjalan dengan penuh wibawa, serta senyum tipisnya yang disebar kemana-mana. Membuat banyak karyawan laki-laki yang masih single berkhayal untuk menjadi pasangan wanita itu.

***

Sementara di sudut lain ibu kota, seorang pemuda tampan berusia hampir 22 tahun bernama Keenan Arka Adrian. Tampak tengah duduk di samping ayah tirinya, yang kini terbaring dirumah sakit.

Laki-laki itu terlihat lemah, karena penyakit ginjal yang diderita sejak lama telah menggerogoti tubuhnya.

"Pa, papa gimana sekarang?" tanya pemuda itu.

Ia tau jika kondisi sang ayah tiri memburuk dari hari ke hari. Namun ia selalu berharap akan adanya keajaiban di setiap harinya itu.

"Papa baik-baik aja, Arka. Kamu nggak usah terlalu memikirkan papa, pikirkan saja kuliah kamu."

"Tapi, pa. Arka mau papa sembuh."

"Sudah sulit nak, ginjal papa sudah parah. Paling ya, cuci darah begini lah yang bisa dilakukan. Mau ganti ginjal pun, kita akan butuh biaya besar. Lagipula mesti ada pendonor yang cocok. Ada uang tapi pendonornya nggak ada, ya percuma juga."

"Papa jangan putus asa begitu, Arka mau koq mendonorkan ginjal Arka buat papa."

Perkataan tersebut membuat sang ayah tiri cukup tersentak.

"Kamu jangan konyol Arka, hidup kamu masih panjang. Kamu masih membutuhkannya, biarin papa begini. Toh juga kalau papa meninggal, kamu dan ibumu nggak akan punya beban lagi."

"Arka nggak suka papa ngomong begitu."

Raut wajah Arka berubah marah, sekaligus sedih.

"Arka akan tetap berusaha supaya papa sembuh. Kalau papa nggak mau ginjal Arka, Arka akan usahakan cari uang dan juga pendonor lain."

"Arka..."

"Pa, udah!. Nggak usah ngomong lagi!. Papa udah menyelamatkan ibu yang dulunya hamil diluar nikah dan tinggalkan oleh pacarnya. Papa udah menghidupi kami berdua selama ini, dan sekarang giliran Arka membalas budi ke papa. Arka nggak mau denger papa membantah Arka lagi, Arka sayang sama papa."

Air mata merebak di pelupuk mata sang ayah tiri. Tak disangkanya anak yang dulu ia selamatkan statusnya lantaran si ibu hamil diluar nikah, kini telah tumbuh menjadi anak yang begitu baik.

23 tahun yang lalu, ia menemukan ibu Arka ingin bunuh diri. Lantaran wanita itu hamil dengan seorang pria asing atau bule, dan bule tersebut pulang ke negaranya tanpa kabar. Ia lalu bersedia memberi tempat tinggal kepada wanita itu dan mengurus keperluannya.

Namun karena banyaknya cibiran tetangga kala itu, ia pun lalu menikahi ibu Arka untuk menghindari fitnah. Ia bermaksud menceraikan ibu Arka, saat Arka sudah lahir.

Karena ia tahu ibu Arka dan dirinya tidak saling mencintai. Namun lambat laun cinta itu pun tumbuh, dan mereka akhirnya berumah tangga hingga kini.

"Ibumu baik-baik aja kan?" tanya ayah tiri Arka sekali lagi.

"Baik-baik aja, pa. Ada Rianti yang nemenin ibu. Nanti malam ibu kesini, soalnya masih harus jualan kalau jam segini." jawab Arka.

"Apa rentenir itu masih datang?"

Ayah tirinya melontarkan pertanyaan yang membuat Arka mendadak terdiam. Sebelum pergi kesini tadi, ia dan ibunya sudah berhadapan dengan rentenir yang dimaksud.

Mereka sudah memaksa untuk menyita rumah yang kini ditempati keluarga Arka. Namun ibunya masih meminta keringanan.

Karena rumah itu satu-satunya milik mereka yang masih tersisa hingga kini. Pasca usaha ayahnya bangkrut dan jatuh sakit, hidup keluarga Arka jadi berubah total. Mereka banyak hutang dimana-mana termasuk pada rentenir.

Sebenarnya Arka sendiri berprofesi sebagai aktor, model, dan bintang iklan. Namun beberapa waktu belakangan ini job di dunia entertaintment memang sedang sepi.

Selain karena Arka adalah pendatang baru yang saingannya lumayan banyak, ia pun masih fokus pada kuliahnya yang sudah hampir memasuki tahun terakhir. Ia tak bisa membantu banyak untuk menutupi keuangan orang tuanya.

***

"Bu Amanda, ada perempuan bernama Rani di lobi. Katanya teman ibu dan sudah membuat janji untuk ketemu."

Pia Sekretaris Amanda memberitahukan perihal adanya seseorang, yang menunggunya di lobi. l

"Oh, suruh dia masuk kesini!" perintah Amanda.

"Baik, bu."

Pia beranjak.

"Eee, Pia."

"Iya bu."

"Minta tolong ya, bilang ke office boy. Beliin susu ibu hamil lima kaleng besar."

"Oh, oke. Merk apa bu?" tanya Pia.

"Apa aja yang menurut kamu bagus, saya nggak ngerti soalnya. Itu nanti buat Rani." jawab Amanda.

"Baik bu."

Pia pun menutup pintu ruangan Amanda, wanita cantik itu lanjut fokus pada pekerjaannya. Tak lama kemudian Pia kembali masuk dengan membawa Rani.

"Man."

Sapa Rani pada Amanda.

"Ran."

Amanda beranjak, seketika Rani pun menghambur memeluknya. Lalu wanita itu menangis sesenggukan di pelukan Amanda.

Tak lama berselang, setelah Rani mulai tenang, mereka kemudian duduk di sofa ruang kerja Amanda.

"Gue kan udah pernah bilang sama lo, dari dulu. Jangan menikah buru-buru cuma karena takut omongan tetangga, cuma karena orang tua lo maksa-maksa. Sekarang kayak gini kan kejadiannya, lo ditinggalin. Mana lo nggak punya kerjaan, karena dulu nurutin omongan dia supaya berhenti kerja."

Air mata Rani kembali mengalir. Ia pun mengusapnya dengan tissue yang diberikan oleh Amanda.

"Gue nyesel nggak dengerin omongan lo dulu, Man. Karena gue nggak nyangka David akan selingkuh, dan ninggalin gue sama anak-anaknya demi cewek lain."

Rani kembali menghapus air matanya. Sementara Amanda masih menatap wanita yang saat ini tengah hamil tujuh bulan itu.

Rani dan suaminya bertemu di SMA, Rani sangat dimabuk cinta sejak pandangan pertama. Bahkan walaupun David kasar serta sudah sering memukul sejak jaman masih pacaran, Rani tetap bertahan.

Ia berharap kelak saat menikah dan punya anak, kekasihnya itu akan menjadi lebih baik. Tapi sampai sudah mau punya anak tiga pun, tak ada tanda-tanda pria itu akan berubah. Malah sekarang Rani di selingkuhi.

"Terakhir lo dipukulin lagi?" tanya Amanda.

Rani mengangguk, wajah perempuan itu kini tertunduk.

"Bahkan dia hampir nendang perut gue didepan anak gue, Rasya sama Rania." jawab Rani.

Amanda menghela nafas, antara kesal namun juga kasihan. Ia kesal pada kebodohan Rani, tapi juga iba melihat kondisi sahabatnya itu.

"Ran, Ran. Udah berbusa mulut gue ngomongin lo. Jangan pernah berharap cowok kasar bakalan berubah, hanya karena menikah dan punya anak. Sampe kapanpun mereka akan tetap seperti itu, kecuali udah jompo." ujar wanita tersebut.

Sementara Rani kini diam dan menunduk.

"Sekarang terbukti kan omongan gue." tukasnya lagi.

Hening, tak ada jawaban. Hanya air mata Rani saja yang terus mengalir.

"Mana suami lo suka kasar depan anak. Lo secara nggak langsung udah ngajarin Rasya, untuk berlaku kasar juga sama wanitanya di kemudian hari. Anak itu belajar dari apa yang dia lihat dari orang tuanya, Ran. Dan lo juga ngajarin Rania, untuk jadi wanita yang mau aja diperlakukan kasar oleh laki-laki."

"Gue sekarang udah bener-bener sadar, Man. Gue udah mengajukan gugatan cerai. Tapi lo tau sendiri kalau lagi hamil begini, belum bakal dikabulkan pengadilan biasanya. Kadang juga gue masih inget sama dia, gue masih ada perasaan sayang sama dia Man."

"Yang lo inget itu, adalah dimana ketika lo di belai-belai karena dia butuh tidur sama lo. Semua laki-laki juga kalau butuh hubungan biologis, ya baik sama pasangannya. Sifat aslinya adalah diluar kepentingan itu." ujar Amanda.

Rani menyeka lagi air matanya.

"Coba kalau dulu lo nggak buru-buru memutuskan menikah dan lo berkarier. Lo nggak akan sekalut sekarang, mana nyokap lo udah sakit-sakitan lagi."

"Makanya gue minta kerjaan sama lo. Dulu gue sempet kerja sebentar, gue punya pengalaman. Gue pilih jadi ibu rumah tangga itu karena David yang nyuruh." ucap Rani.

"Gue pikir buat berbakti sama suami. Tapi ternyata dia selalu menuduh gue ngabisin duit dia. Padahal gue udah sehemat mungkin menekan pengeluaran tiap bulan." lanjutnya kemudian.

"Belum lagi emak dan saudara perempuannya ngerecokin rumah tangga lo melulu kan?" tanya Amanda.

"Ngatain lo menantu nggak guna, nggak kerja. Padahal anaknya sendiri yang nyuruh lo jadi ibu rumah tangga. Ipar lo juga dikit-dikit nyindir di sosmed. Tau semua gue." imbuh wanita itu.

Rani mengangguk, karena semua itu memang benar adanya. Sebab ia selalu curhat pada Amanda mengenai keadaan rumah tangganya selama ini.

Tak lama kemudian office boy datang dan membawakan minuman, serta susu ibu hamil yang tadi diminta oleh Amanda.

"Bu, ini yang ibu minta tadi." ujar office boy tersebut.

"Makasih ya, Win." jawab Amanda.

"Sama-sama bu, permisi!"

"Nih lo minum dulu!"

Amanda menyerahkan segelas jus buah pada Rani, sesaat setelah office boy itu berlalu.

"Ini juga ada susu hamil buat lo bawa pulang." tukas wanita itu lagi.

Rani makin menangis.

"Dia pergi gitu aja, Man. Nggak ada kasih nafkah buat Rasya dan juga Rania, atau buat anaknya yang belum lahir ini. Bahkan susu hamil aja gue nggak kebeli." ujarnya terisak.

"Udah, lo nggak usah nangis lagi!. Gue yang akan membiayai hidup lo selama lo hamil sampe melahirkan. Ntar kalau udah ngelahirin, anak lo udah umur 10 bulan atau setahun, lo bisa kerja disini." ucap Amanda.

"Ntar gue bayarin baby sitter buat lo selama satu tahun ke depannya, terhitung hari pertama lo kerja. Tahun berikutnya lo bayar sendiri pakai gaji lo. Asal lo kerja bener, gue bisa kasih lo gaji tinggi." lanjutnya kemudian.

Rani kembali hendak menangis, namun kemudian Amanda memeluknya.

"Udah Ran, ada gue. Kasian anak lo kalau ibunya stress. Selama gue masih ada, lo dan anak lo nggak akan gue biarin kelaparan atau kekurangan."

"Makasih, Man. Lo temen yang selalu ada buat gue."

Amanda mengusap punggung Rani agar wanita itu menjadi lebih tenang.

***

Di sebuah Universitas.

"Lo kenapa dah, bro?" tanya Doni pada Arka yang tengah diam seolah memikirkan sesuatu. Disisi Doni ada Rio yang juga kini tengah memperhatikan Arka.

"Mikirin bapak gue." jawab Arka dengan suara pelan.

"Bapak lo masuk rumah sakit lagi?" tanya Rio.

Arka mengangguk.

"Kondisinya makin parah malah. Kalau gue punya duit banyak aja, udah gue cari siapa yang mau donor ginjal buat dia. Mana hutang nyokap gue juga numpuk, kerjaan sepi."

"Sabar, bro. Lo udah coba ikut casting lagi?" tanya Rio

"Udah, tapi belum dapet. Tau sendiri siapa yang paling sering dapet castingan."

Arka melirik pada seseorang yang baru saja melintas.

"Iya sih. Dari manajemen kita, si Robert mulu yang dapet job." ujar Rio.

"Ada main kali dia sama manajer kita." celetuk Doni.

"Tau dari mana lo?" tanya Arka heran.

"Ya kali aja, siapa tau. Soalnya dia mulu yang di prioritaskan sama pak Jeremy dan pak Philip. Kali aja ada udang dibalik tepung kanji." jawab Doni.

"Lengket dong." canda Rio.

"Yoi, lengket. Jaman sekarang mah apa juga dilakukan buat cepet tenar. Lawan jenis, sesama jenis juga diembat, biasalah." Doni sewot panjang lebar.

"Apa juga dilakukan ya, bro." tukas Rio.

"Eh, bro. Lo butuh duit banyak kan sekarang?” tanya Doni pada Arka.

"Iya." jawab Arka sambil menyalakan sebatang rokok.

"Kenapa lo nggak nyari petinggi production house aja, buat lo gebet. Biar lo dikasih job sekaligus duit." ujar Doni lagi.

"Kan petinggi PH rata-rata laki, bro." ujar Arka.

"Ya nggak apa-apa, jaman sekarang mah udah biasa kali."

"Heh gue bukan elo ya, yang depan-belakang bisa semua."

Kali ini Arka sedikit tertawa, akibat ucapannya sendiri.

"Ya udah, lo cari tante aja." celetuk Rio.

"Gue setuju." Doni sepakat dengan Rio.

"Maksudnya, gue pacaran sama tante-tante gitu?" tanya Arka tak mengerti.

"Iya, tapi yang tajir." ujar Doni kemudian.

Arka makin tertawa.

"Lo kan ganteng, bro. Badan atletis, tinggi, nge-gym pula, kulit lo rada coklat, muka lo semi Latin. Laku lo pasti." Rio bersemangat.

"Bisa-bisanya lo berdua sebagai temen ngasih solusi yang membagongkan model begitu." ujar Arka.

"Duitnya kenceng, bro." tukas Doni.

"Lo tau Luke, temen gue yang anak fakultas teknik?" lanjutnya lagi.

"Iya tau, yang pake tesla item kan?" tanya Arka.

"Nah iya, lo pikir itu tesla dapet dari mana?" Doni balik bertanya.

"Dari mana emang?" Arka mengerutkan dahi.

"Tantenya lah." jawab Doni.

"Dia di piara?" tanya Arka tak percaya.

"Lo pikir dia anak orang kaya?" Doni melempar balik pertanyaan.

"Maybe." jawab Arka.

"Kagak ege, sebelum itu orang tuanya kang gorengan. Menang gen doang bagus, makanya ganteng. Abis itu dia ketemu itu si tante-tante kaya. Dibeliin lah apartemen, mobil gonta-ganti, duit ngalir terus. Sekarang orang tuanya buka usaha jual beli mobil bekas." ucap Doni.

"Gue nggak mau ah, ntar tantenya malah ngatur-ngatur hidup gue lagi. Gue masih bisa berusaha dengan cara lain." ujar Arka.

"Lu mah sayang, bego." Rio menimpali.

"Ganteng begitu. Gue kalau jadi lo, gue cari tante paling kaya dan gue pacarin." lanjutnya lagi.

"Yoi, udah enak, dibayar lagi. Cuma belai-belai dia doang sama antar-jemput. Paling ekstrim ehem-ehem di ranjang. Itu juga enak." Doni menambahi.

Arka tertawa saja dengan tingkah kedua temannya itu.

***

Sementara di kantor, Amanda kini masih berbincang dengan Rani. Tak lama kemudian Nindya teman mereka yang sudah lama menetap di Australia pun datang.

Meski sejujurnya telah janjian sejak semalam, namun baik Amanda maupun Rani tetap bersemangat. Karena sudah bertahun-tahun tak saling bertemu dengan Nindya.

"Nindy."

Amanda dan Rani bersorak kegirangan ketika Nindya masuk. Mereka bertiga pun saling berpelukan. Suasana bertambah haru ketika Nindya ternyata membawa serta kedua anaknya, Michelle dan Harlen. Buah pernikahannya dengan lelaki asal Australia.

Mereka bertiga saling melepas rindu. Nindya juga sudah diberitahu perihal yang dialami oleh Rani, dan ia pun sangat bersimpati.

Setelah beberapa saat Rani akhirnya pamit terlebih dahulu, karena ia meninggalkan dua anaknya pada sang ibu yang sedang sakit-sakitan. Sementara itu kini Amanda dan Nindya melanjutkan obrolan sambil makan siang, di restoran yang berada di bawah kantornya.

"Lo nggak bercita-cita menikah, Man?" tanya Nindya pada Amanda.

Dengan santainya Amanda menggeleng sambil melahap makanannya.

"Buat apaan?. Lo nggak liat Rani tadi gimana?" ujarnya.

"Ya kan nggak semua cowok begitu, oneng?"

"Gimana gue bisa tau ada cowok baik apa nggak. Yang namanya manusia itu kan kalau mau deketin orang ya, pasti baiknya aja yang ditunjukin. Mana ada cowok mau deketin kita terus dia ngomongin keburukannya, pasti dia bagus-bagusin dirinya lah. Pas terlanjur nikah, baru tau boroknya gimana."

"Ya lo perbaiki diri dan berdoa supaya dipertemukan dengan yang baik juga."

"Gue nggak mau men-challenge diri gue untuk sesuatu yang belum pasti, Nin. Apalagi masalah ikatan resmi secara hukum dan agama. Mau pisahnya nanti ribet, kalau zonk. Mesti ke pengadilan lah, sidang ini itu lah."

Nindya tertawa, sahabatnya itu masih tidak berubah sejak terakhir bertemu. Amanda belum juga mau merepotkan diri dengan urusan pernikahan, yang ia anggap tidak penting bagi hidupnya.

"Lo nggak kepengen ada penerus perusahaan lo?" tanya Nindya.

Kali ini Amanda terdiam, ia bahkan tak pernah terpikir sampai kesana.

"Lo kan anak tunggal, Man. Siapa lagi coba yang bakal ngurusin bisnis lo yang udah segede ini?"

Hati Amanda kini sedikit terusik.

"Gue mau sih punya anak. Yang gue nggak mau itu adalah pernikahan dan segala urusan keribetannya. Termasuk mertua dan ipar ribet kayak hidupnya Rani." ujarnya.

"Lo coba aja dulu cari. Kalau lo niatnya cari yang baik, niat itu bisa jadi doa loh. Siapa tau lo dapat yang baik, yang orang tuanya nggak ribet, kayak laki dan mertua gue."

"Iya deh, ntar gue pikirin lagi. Gue tuh males ada orang lain di ranjang gue, nggak bisa tidur bebas."

Nindya makin terkekeh, lalu mereka pun melanjutkan makan. Kebetulan anak-anak Nindya adalah anak-anak yang tenang dan tidak membuat pusing Amanda. Biasanya ketika melihat anak kecil yang nakal, ia selalu ingin kabur ketempat yang bisa membuatnya tenang.

***

Terpopuler

Comments

Jamaka Ginting

Jamaka Ginting

blm nyoba ya gini

2024-09-30

0

Naura Adam

Naura Adam

keren

2024-05-28

1

Bishri

Bishri

mantap

2024-03-30

2

lihat semua
Episodes
1 Dua kehidupan
2 Siapa pewarisnya
3 Mendekati Arka
4 Masih Mendekati Arka
5 Berbalik Arah
6 Awal mula
7 Dimana Amanda
8 Wedding Day
9 Janji Amanda
10 Terjadi Lagi
11 Mulai Bertanya
12 Liburan
13 Amanda yang Menyebalkan
14 Kehamilan Awal
15 Mulai Sibuk.
16 Semakin Sibuk
17 Amanda VS Maureen
18 Posesif Agresif
19 Maaf
20 Berjalan Dengan Baik
21 Ngidam Aneh
22 Premiere
23 Premiere 2
24 Kota Tua
25 Nino dan Kenangan Hujan
26 Sebuah Percakapan
27 Salah Paham
28 Salah Paham Lagi
29 Cause You didn't Know
30 Karena Aku Telah Denganmu
31 Arka Untuk Amanda
32 Perasaan Arka
33 I Can't Make You Love Me
34 Tak Mudah
35 Cinta itu Cinta
36 Antara Kita dan Kota Tua
37 Tiba-Tiba
38 Arka VS Doni
39 I'm Sorry
40 Belum Waktunya
41 Terlihat
42 Salah Tempat
43 Rencana Maureen
44 Arka Love Amanda
45 Hari Baru
46 Semakin Cinta
47 Cemburu
48 Curiga
49 Ketika Arka Bertemu Nino
50 Hampir
51 Jejak
52 Rasa yang Tertinggal
53 Pengintaian Pertama
54 Diantara
55 Pengintaian Kedua
56 Lagi-lagi Nino
57 Rahasia Arka
58 Baby Day
59 Kambing Hitam
60 Hey Arka I Love You
61 I Love You Completely
62 Bimbang
63 Hari Untuk Amanda
64 Demi Amanda
65 Sebuah Kenyataan
66 Sakit
67 Mencari Arka
68 Akhirnya
69 Pulang
70 Sepakat
71 Hari Pertama
72 Flashback
73 Hari Kedua
74 Masih di Hari Kedua
75 Hari Ketiga
76 Menjelang Baby Shower
77 Please Love Me
78 Kejutan Dari Arka
79 Persiapan Baby Shower
80 Baby Shower
81 Masih Baby Shower
82 Menjelang 7 Bulanan
83 Acara tujuh Bulanan
84 Teguran
85 Keresahan Arka
86 Akhir Damai Nino Amanda
87 Cidera
88 Firasat
89 Istri Galak
90 Dikurung Amanda
91 BTS Meal
92 Balas Menghukum Amanda
93 Janji Adalah Hutang
94 Panggilan Sayang
95 Mulai Serius
96 Kecurigaan Arka
97 Pewaris Baru
98 A Moment
99 Where Are You
100 Sahabat?
101 Tangkap
102 Dimana Amanda
103 Semakin Rumit
104 Daftar Pernikahan
105 Salah Paham Yang Terselesaikan
106 Akhirnya
107 Selamat
108 Intan
109 Puncak
110 Mulai Mereda
111 Hadapi Saja
112 Hidup Baru
113 Siuman
114 Arka I'm Sorry
115 Intan Please
116 Mengapa Amanda
117 Relax
118 Memulai Aksi Balas
119 Nama Arka
120 Mengumpulkan Mereka
121 Mulai Bertingkah
122 Surprise
123 Cuti Atau Lanjut
124 Mau Lahiran Dimana?
125 Masalah
126 Mulai Sibuk Kembali
127 Menjelang
128 Hello World
129 Perkenalan
130 Riweh
131 Welcome Home
132 Begadang 1
133 Ingin Berdua
134 Ryan
135 Amanda Aneh?
136 Kepikiran
137 Cintara
138 Perekrutan
139 Marah
140 Celebration
141 Arka Si Suami Bayaran
142 Malam Senyap Yang Bermakna
143 Detak
144 Who Are You
145 Jalan-Jalan
146 Kerumah Ibu
147 Memberanikan Diri
148 Kepikiran
149 I am Your Father
150 Amman dan Dendam
151 Imunisasi
152 Bertemu Lagi
153 Berkunjung
154 Terkejut
155 Tuntutan Amman
156 Kemarahan Ryan
157 Menjemput Si Kembar
158 Lagi-lagi Rani
159 Nah Kan
160 Pelaku Sebenarnya
161 Bertemu Anak.
162 New Princess
163 Flashback
164 Pesan Ibu
165 Nasehat Untuk Rianti
166 Jahilnya Amanda
167 Flashback 2
168 Jalan-Jalan
169 Mulai Rindu
170 Surprise
171 Happy Birthday Mama
172 Ketemu Mama
173 Kesepakatan
174 Pertemuan Tak Terduga
175 Bagaimana Ini
176 Mobil Baru
177 Pacaran Bagian 1
178 Pacaran Bagian 2
179 Malam Minggu
180 Masih Malam Minggu
181 Nyamuk
182 Panas
183 Ngambek
184 Antara Ryan dan Amman
185 Sebuah Keluarga
186 Siapa Wanita Itu
187 Why
188 Arka In Trouble
189 Suntuk
190 Rencana
191 So Close
192 Menjelang Liburan
193 Pertemuan Tak Terduga
194 Mari Berlibur Sejenak
195 Pengganggu
196 Gosip
197 Kaget
198 Pertama Tenang dulu
199 Maha Benar Netijen Segala Bacotnya
200 Tertawakan Saja
201 Dikejar Admin
202 Sebuah Keputusan
203 A New Day
204 Malam Panjang
205 Bucin Expert
206 Love
207 Hari Azka dan Afka
208 Petaka Awal Untuk Si Jahat
209 Hilang
210 Akhirnya
211 Percakapan
212 Jealous
213 Copet
214 Kemarahan Amman
215 Mencari Perhatian
216 Beku Bisu
217 Masih Beku
218 Sebuah Kisah Masa Lalu
219 Masih Dengan Masa Lalu
220 Sebuah Kenyataan Pahit
221 Diam
222 Keterangan
223 Isi Hati
224 Luluh
225 Karma
226 Dalang
227 Terpikir Akan
228 Kecewa
229 Titik Balik
230 Ingin Tenang
231 18 Juta
232 Terlihat
233 Mendekat
234 Entah Mengapa
235 Damai
236 Berpikir
237 Now And Forever
238 Nino
239 Marah
240 Perlahan Usai
241 Sidang Skripsi
242 Hadiah
243 Karaoke
244 Pamela
245 Datang
246 Emosi
247 Minggu Tenang
248 Takdir
249 Menjelang Hari
250 Amara
251 Perasaan
252 Cuti
253 Rapuh
254 Masih Disini
255 Nino Dan Ansel
256 Dimana Nadine
257 Fitting
258 Untuk Amara
259 Undangan Dan Bunga
260 Kesempatan Kedua
261 Berondong Bayaran dan CEO Cantik
262 Sebuah Keraguan
263 Fiona
264 Dibayar Tunai
265 Izin Bertemu
266 Clear
267 Keluarga Baru
268 Pengakuan Dan Permohonan
269 Wisuda
270 Resepsi (Last Episode)
271 Tenang (Bonus Chapter)
272 Krasak Krusuk Gubrak (Bonus Chapter)
273 Lega (Bonus Chapter)
274 Peta Kerokan (Bonus Chapter)
275 Bersama Si Kembar (Bonus Chapter)
276 Kelakuan Rio (Bonus Chapter)
277 Rio Menjadi-jadi (Bonus Chapter)
278 Berondong Bayaran Tayang (Bonus Chapter)
279 Hidup Indah (Bonus Chapter)
280 Hoaya (Bonus Chapter)
281 Sarapan (Bonus Chapter)
282 Pengakuan Jujur (Bonus Chapter)
283 Seblak Mama Firman (Bonus Chapter)
284 Ansel Si Kambing (Bonus Chapter)
285 Permintaan Rio (Bonus Chapter)
286 Demi Konten (Bonus Chapter)
287 Tawaran Rio Lagi (Bonus Chapter)
288 Resto (Bonus Chapter)
289 Untuk Nino (Bonus Chapter)
290 Curhatan Nino (Bonus Chapter)
291 Teori Ansel (Bonus Chapter)
292 Ansel Ganti Kepala (Bonus Chapter)
293 Ansel dan Judi (Bonus Chapter)
294 Mengasuh Itu Tak Mudah (Bonus Chapter)
Episodes

Updated 294 Episodes

1
Dua kehidupan
2
Siapa pewarisnya
3
Mendekati Arka
4
Masih Mendekati Arka
5
Berbalik Arah
6
Awal mula
7
Dimana Amanda
8
Wedding Day
9
Janji Amanda
10
Terjadi Lagi
11
Mulai Bertanya
12
Liburan
13
Amanda yang Menyebalkan
14
Kehamilan Awal
15
Mulai Sibuk.
16
Semakin Sibuk
17
Amanda VS Maureen
18
Posesif Agresif
19
Maaf
20
Berjalan Dengan Baik
21
Ngidam Aneh
22
Premiere
23
Premiere 2
24
Kota Tua
25
Nino dan Kenangan Hujan
26
Sebuah Percakapan
27
Salah Paham
28
Salah Paham Lagi
29
Cause You didn't Know
30
Karena Aku Telah Denganmu
31
Arka Untuk Amanda
32
Perasaan Arka
33
I Can't Make You Love Me
34
Tak Mudah
35
Cinta itu Cinta
36
Antara Kita dan Kota Tua
37
Tiba-Tiba
38
Arka VS Doni
39
I'm Sorry
40
Belum Waktunya
41
Terlihat
42
Salah Tempat
43
Rencana Maureen
44
Arka Love Amanda
45
Hari Baru
46
Semakin Cinta
47
Cemburu
48
Curiga
49
Ketika Arka Bertemu Nino
50
Hampir
51
Jejak
52
Rasa yang Tertinggal
53
Pengintaian Pertama
54
Diantara
55
Pengintaian Kedua
56
Lagi-lagi Nino
57
Rahasia Arka
58
Baby Day
59
Kambing Hitam
60
Hey Arka I Love You
61
I Love You Completely
62
Bimbang
63
Hari Untuk Amanda
64
Demi Amanda
65
Sebuah Kenyataan
66
Sakit
67
Mencari Arka
68
Akhirnya
69
Pulang
70
Sepakat
71
Hari Pertama
72
Flashback
73
Hari Kedua
74
Masih di Hari Kedua
75
Hari Ketiga
76
Menjelang Baby Shower
77
Please Love Me
78
Kejutan Dari Arka
79
Persiapan Baby Shower
80
Baby Shower
81
Masih Baby Shower
82
Menjelang 7 Bulanan
83
Acara tujuh Bulanan
84
Teguran
85
Keresahan Arka
86
Akhir Damai Nino Amanda
87
Cidera
88
Firasat
89
Istri Galak
90
Dikurung Amanda
91
BTS Meal
92
Balas Menghukum Amanda
93
Janji Adalah Hutang
94
Panggilan Sayang
95
Mulai Serius
96
Kecurigaan Arka
97
Pewaris Baru
98
A Moment
99
Where Are You
100
Sahabat?
101
Tangkap
102
Dimana Amanda
103
Semakin Rumit
104
Daftar Pernikahan
105
Salah Paham Yang Terselesaikan
106
Akhirnya
107
Selamat
108
Intan
109
Puncak
110
Mulai Mereda
111
Hadapi Saja
112
Hidup Baru
113
Siuman
114
Arka I'm Sorry
115
Intan Please
116
Mengapa Amanda
117
Relax
118
Memulai Aksi Balas
119
Nama Arka
120
Mengumpulkan Mereka
121
Mulai Bertingkah
122
Surprise
123
Cuti Atau Lanjut
124
Mau Lahiran Dimana?
125
Masalah
126
Mulai Sibuk Kembali
127
Menjelang
128
Hello World
129
Perkenalan
130
Riweh
131
Welcome Home
132
Begadang 1
133
Ingin Berdua
134
Ryan
135
Amanda Aneh?
136
Kepikiran
137
Cintara
138
Perekrutan
139
Marah
140
Celebration
141
Arka Si Suami Bayaran
142
Malam Senyap Yang Bermakna
143
Detak
144
Who Are You
145
Jalan-Jalan
146
Kerumah Ibu
147
Memberanikan Diri
148
Kepikiran
149
I am Your Father
150
Amman dan Dendam
151
Imunisasi
152
Bertemu Lagi
153
Berkunjung
154
Terkejut
155
Tuntutan Amman
156
Kemarahan Ryan
157
Menjemput Si Kembar
158
Lagi-lagi Rani
159
Nah Kan
160
Pelaku Sebenarnya
161
Bertemu Anak.
162
New Princess
163
Flashback
164
Pesan Ibu
165
Nasehat Untuk Rianti
166
Jahilnya Amanda
167
Flashback 2
168
Jalan-Jalan
169
Mulai Rindu
170
Surprise
171
Happy Birthday Mama
172
Ketemu Mama
173
Kesepakatan
174
Pertemuan Tak Terduga
175
Bagaimana Ini
176
Mobil Baru
177
Pacaran Bagian 1
178
Pacaran Bagian 2
179
Malam Minggu
180
Masih Malam Minggu
181
Nyamuk
182
Panas
183
Ngambek
184
Antara Ryan dan Amman
185
Sebuah Keluarga
186
Siapa Wanita Itu
187
Why
188
Arka In Trouble
189
Suntuk
190
Rencana
191
So Close
192
Menjelang Liburan
193
Pertemuan Tak Terduga
194
Mari Berlibur Sejenak
195
Pengganggu
196
Gosip
197
Kaget
198
Pertama Tenang dulu
199
Maha Benar Netijen Segala Bacotnya
200
Tertawakan Saja
201
Dikejar Admin
202
Sebuah Keputusan
203
A New Day
204
Malam Panjang
205
Bucin Expert
206
Love
207
Hari Azka dan Afka
208
Petaka Awal Untuk Si Jahat
209
Hilang
210
Akhirnya
211
Percakapan
212
Jealous
213
Copet
214
Kemarahan Amman
215
Mencari Perhatian
216
Beku Bisu
217
Masih Beku
218
Sebuah Kisah Masa Lalu
219
Masih Dengan Masa Lalu
220
Sebuah Kenyataan Pahit
221
Diam
222
Keterangan
223
Isi Hati
224
Luluh
225
Karma
226
Dalang
227
Terpikir Akan
228
Kecewa
229
Titik Balik
230
Ingin Tenang
231
18 Juta
232
Terlihat
233
Mendekat
234
Entah Mengapa
235
Damai
236
Berpikir
237
Now And Forever
238
Nino
239
Marah
240
Perlahan Usai
241
Sidang Skripsi
242
Hadiah
243
Karaoke
244
Pamela
245
Datang
246
Emosi
247
Minggu Tenang
248
Takdir
249
Menjelang Hari
250
Amara
251
Perasaan
252
Cuti
253
Rapuh
254
Masih Disini
255
Nino Dan Ansel
256
Dimana Nadine
257
Fitting
258
Untuk Amara
259
Undangan Dan Bunga
260
Kesempatan Kedua
261
Berondong Bayaran dan CEO Cantik
262
Sebuah Keraguan
263
Fiona
264
Dibayar Tunai
265
Izin Bertemu
266
Clear
267
Keluarga Baru
268
Pengakuan Dan Permohonan
269
Wisuda
270
Resepsi (Last Episode)
271
Tenang (Bonus Chapter)
272
Krasak Krusuk Gubrak (Bonus Chapter)
273
Lega (Bonus Chapter)
274
Peta Kerokan (Bonus Chapter)
275
Bersama Si Kembar (Bonus Chapter)
276
Kelakuan Rio (Bonus Chapter)
277
Rio Menjadi-jadi (Bonus Chapter)
278
Berondong Bayaran Tayang (Bonus Chapter)
279
Hidup Indah (Bonus Chapter)
280
Hoaya (Bonus Chapter)
281
Sarapan (Bonus Chapter)
282
Pengakuan Jujur (Bonus Chapter)
283
Seblak Mama Firman (Bonus Chapter)
284
Ansel Si Kambing (Bonus Chapter)
285
Permintaan Rio (Bonus Chapter)
286
Demi Konten (Bonus Chapter)
287
Tawaran Rio Lagi (Bonus Chapter)
288
Resto (Bonus Chapter)
289
Untuk Nino (Bonus Chapter)
290
Curhatan Nino (Bonus Chapter)
291
Teori Ansel (Bonus Chapter)
292
Ansel Ganti Kepala (Bonus Chapter)
293
Ansel dan Judi (Bonus Chapter)
294
Mengasuh Itu Tak Mudah (Bonus Chapter)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!