Rani menangis pagi itu, entah apa sesungguhnya yang menjadi penyebab. Ia berkali-kali mencoba menghubungi nomor Amanda, namun wanita itu tak mengangkat.
"Amanda, lo dimana?. Gue butuh elo." ujarnya dengan tangis terisak.
Berkali-kali ia juga mencoba menelpon Nindya. Namun Nindya pun sama tidak mengangkat.
"Kalian dimana sih?" ujarnya seraya berurai air mata.
Suasana rumah sakit pagi itu cukup lengang, tak banyak aktivitas yang terjadi. Karena kebetulan sejak beberapa hari belakangan, tak begitu banyak juga pasien yang masuk kesana. Keadaan tersebut kian membuat suasana hati Rani semakin sedih.
Sementara di penthouse.
"Menurut, lo. Bagus yang ini atau yang ini?"
Amanda bertanya pada Nindya. Mereka berdua tengah melihat-lihat postingan gaun pengantin di sosial media. Mulai dari rancangan desainer lokal, maupun yang sudah mendunia.
Semuanya bagus, Amanda sendiri jadi bingung. Amanda tak mendengar panggilan Rani, karena handphonenya berada di kamar.
Sementara Nindya, sengaja mengaktifkan mode silent pada notifikasi di handphonenya. Karena hari ini ia ingin tenang dan fokus membahas soal pernikahan Amanda. Ia tak ingin diganggu oleh siapapun.
"Lo kan suka yang simpel. Menurut gue yang ini aja nih."
Nindya menunjuk ke sebuah model baju pengantin lengan panjang, namun backless di bagian punggung.
"Gue suka nih yang kayak gini." ujar Amanda kemudian.
"Pas kan?. Lo walaupun kurus tapi dada sama pinggul lo kan montok, Man. Jadi cocok nih pake yang bodycon gini."
"Iya deh, gue pilih yang Ini aja. Tapi cepet jadi nggak?. Gue soalnya mau cepet-cepet nikah."
"Kebelet lu yak?" goda Nindya.
"Bukan soal itu, Nin. Kalau gue udah punya anak kan selesai tuh urusannya. Si Arka bisa gue bayar dan hidup gue tenang. Tinggal ngurus anak doang, serahin sama baby sitter."
"Tenang aja, gue ada kenalan desainer dan penjahit gaun wedding yang cepet jadi. Nggak sampe seminggu. Asal lo berani bayar mahal, pasti di dahulukan."
"Hasilnya gimana?"
"Nggak kalah sama desainer kondang. Dia cuma pake bahan terbaik dan jahitan terbaik."
"Ya udah atur aja. Bayar mah urusan gampang."
"Iya ibu CEO." seloroh Nindya sambil tertawa.
"Nah buat kateringnya gimana?" tanya Amanda kemudian.
"Katering?. Emang lu mau ngundang orang?. Kata lu rahasia, ngapain mesti Katering segala?" tanya Nindya.
"Seenggaknya elu, laki lu, anak lu, Rani, anak Rani, orang-orang yang kerja di rumah gue. Kan mereka pasti dateng. Masa iya nggak makan, di lalerin doang gitu?"
Kali ini Nindya tertawa.
"Koq gue nggak kepikiran sampe situ ya?" ujarnya kemudian.
"Lu kan dari dulu emang lemot, Nin." Amanda berkata dengan nada sewot.
"Ya udah nih, gue juga punya kenalan katering yang terpercaya. Dijamin nggak bakalan kabur dan bertanggung jawab."
"Lo kenalannya banyak juga ya ternyata." ujar Amanda seraya memakan kue kacang yang ada didepan mereka.
"Ya iya dong, kan dulu juga gue merried disini. Jadi gue tau lah."
"Ya udah, lo atur deh Nin. List aja semua dan total biayanya. Sekalian salon spa."
"Buat lo sama Arka?"
"Buat lo sama gue lah, Arka biar Liana yang ngurus. Lagian juga gue belum mau ketemu dulu sampe hari H."
"Hmm, memingit diri sendiri lo ya?. Biar Arka terpesona gitu?" Nindya berspekulasi.
"Bukan itu, biar gue nggak bosen dan berubah pikiran. Lo kan tau bagaimanapun bagusnya wujud tuh cowok, mau mirip artis kek, pangeran kek, tetep aja gue males. Kalo udah namanya cowok tuh, pandangan gue udah negatif aja bawaannya."
"Iya, iya. Salon spa yang di jalan mutiara 5, mau?"
"Yang sering ngendorse artis-artis dan influencer itu ya?" tanya Amanda.
"Iya."
"Bagus nggak sih?" tanya Amanda lagi.
"Lumayan, gue pernah kesana beberapa bulan yang lalu. Pas gue balik waktu lebaran. Enak koq tempatnya, orang-orangnya ramah."
"Boleh deh kalau gitu, tapi gue mau private."
"Iye, bawel lu ye. Kayak gue nggak hafal aja tabiat lo. Masa iya lo gue biarin bercampur sama pelanggan lain, kayak pijat masal gitu."
Amanda tertawa.
"Lo atur aja dah pokoknya."
"Ya udah, serahin sama gue."
***
Di kediaman satunya lagi, Keenan Arka Adrian tengah mengajak Rio melangkah masuk ke dalam. Pasalnya ia ingin Rio menjadi pendamping pernikahannya nanti.
Tadinya ia juga ingin mengajak Doni, namun Doni ada jadwal syuting selama tiga minggu ke depan di luar kota. Hanya Rio saja yang bisa menemani Arka.
"Ini rumahnya, Ka?" tanya Rio tak percaya.
"Iya." jawab Arka.
"Gila, gede banget." Rio takjub menatap sekitar rumah itu.
"Ini baru rumahnya, kabarnya sih dia punya penthouse juga." bisik Arka.
"Hah, penthouse?. Serius lo?"
Arka menutup mulut Rio, karena volume suaranya yang besar. Mereka sempat melihat ke kanan dan ke kiri, takut kalau ada asisten rumah tangga yang mendengar.
"Serius, bro?"
Rio mengulangi pertanyaannya, kali ini dengan nada jauh lebih rendah.
"Serius gue, tuh cewek punya penthouse. Orang dia CEO perusahaan katanya."
"Anjrit, mimpi apa lo Ka?. Diminta nikah sama orang kaya. Kira-kira si Amanda punya temen nggak ya?. Kalau ada gue mau. Lumayan kan, biar gue juga kayak elu. Biar kita kaya bareng- bareng." ujar Rio.
Mereka berdua lalu terkekeh.
"Tuan Arka."
Seorang asisten rumah tangga menyapanya ketika mereka berpapasan.
"Tuan, kayak berasa di film India yang di dubberin gue." celetuk Rio membuat ia dan Arka makin tertawa.
"Kayak vibes novel online yang penulisnya terlalu halu." lanjutnya lagi.
"Bukan gue yang minta, tiba-tiba aja pas gue kemaren dateng dipanggilnya langsung begitu." ujar Arka.
"Padahal kan, lu tuan Takur yak?"
"Anjir, tuan tanah gue." ujar Arka.
"Aamiin. Gue doain selesai pernikahan ini, lo bisa beli tanah dan jadi tuan tanah beneran."
"Hahaha."
Mereka berdua melangkah menuju kamar Arka.
"Ini kamar lo, Ka?"
Lagi-lagi Rio dibuat takjub dengan penampakan kamar yang ditempati oleh Arka.
"Gila, parah ini mah. Gede banget anjir, kayak ruangan hotel president suit."
Rio mengamati setiap benda yang ada dikamar tersebut, lalu ia pun merebahkan diri ke atas tempat tidur.
"Gila, gini ya rasanya tempat tidur orang kaya. Enak banget, parah."
"Arka tertawa."
"Kan bapak lo nggak miskin, Bambang." seloroh Arka.
"Tapi nggak sekaya ini juga, Ka. Biasa aja bapak gue mah, standar. Standar banget malah. Si Amanda dana nya dari money laundry penjabat kali." Rio yang gantian berseloroh.
"Wah, nggak tau gue soal itu." jawab Arka seraya tertawa kecil.
"Eh, mau minum apa lo?. Ntar gue minta bawain." lanjutnya lagi.
"Gue minta yang enak-enak dong, Ka. Makanannya sekalian." ujar Rio.
"Lo mau nyobain makanan orang kaya-raya, kan?" goda Arka.
"Iye, tau aje lu."
"Hahaha." Kali ini Arka tertawa.
Tak lama kemudian, ia memanggil seorang asisten rumah tangga dan memintanya untuk membawakan makanan serta minuman untuk Rio.
"Beh, mirip makanan Siska Kohl, Ka." ujar Rio, ketika makanan yang diminta telah tiba.
"Apaan tuh, sayur kol?" tanya Arka tak mengerti.
"Bukan, ada seleb tiktok yang selalu posting makanan mewah mulu. Bininya Jess No Limit sekarang. Sama persis kayak gini, anjir."
Lagi dan lagi Arka tertawa.
"Gue nggak tau siapa yang lo bicarakan, tapi lo cobain aja." ujar Arka.
Rio pun mulai melahap makanan tersebut.
***
Sore harinya, Amanda dan Nindya pergi ke sebuah pusat perbelanjaan. Mereka mencari sepatu, tas, parfum, membeli barang yang tidak penting. Apapun itu yang membuat mereka bahagia.
"Eh, Nin. Mau pake wedding cake nggak sih?" Amanda berhenti didepan sebuah toko kue yang cukup terkenal dan mahal.
"Ya terserah elo. Lo nikah siri aja repot banget." ujar Nindya seraya tertawa.
"Kan kata lo buat kenang-kenangan."
"Iya sih. Ya udah Man, pake aja gimana?. Biar lucu gitu kalau di foto."
"Ya udah, yuk!"
Mereka berdua pun memasuki toko kue tersebut, dan memesan untuk waktu yang telah ditentukan.
Hari itu, Amanda dan Nindya benar-benar menghabiskan waktu yang gembira. Tanpa mereka ketahui jika dirumah sakit telah terjadi sebuah kepanikan.
Pasalnya Rani tiba-tiba melakukan tindakan bunuh diri, dengan menyayat pergelangan tangannya sendiri. Ia menggunakan pisau buah yang ada disisi tempat tidurnya.
Beruntung ada perawat yang melihat dan langsung menghentikan tindakan bodoh tersebut. Saat ini Rani tengah dalam pengawasan dokter dan perawat.
***
Sementara dirumah Arka.
"Ti, mas Arka-mu koq nggak pulang-pulang ya?. Udah beberapa hari ini loh."
Ibu Arka bertanya pada Rianti, saat mereka tengah memasak di dapur.
"Nggak tau bu. Biasanya mas Arka juga selalu chat Rianti, nanyain kabar ibu sama papa. Ini nggak sama sekali." jawab Rianti.
"Iya, biasanya juga dia telpon ibu. Atau tau-tau sudah dirumah sakit sama papa. Tapi papa bilang, sudah beberapa hari ini mas mu nggak datang menjenguk."
"Syuting kali bu." ujar Rianti.
"Nggak mungkin, orang mas Arka mu bilang udah kelar semua."
Rianti diam, ia juga tak tau harus menjawab apa.
"Ibu cuma takut aja, Ti. Takut kalau mas mu diculik sama rentenir yang ngutangin ibu. Takut dia di apa-apain. Dihabisi gitu, duh."
"Amit-amit, bu. Jangan gitu napa doanya."
"Ibu takut sekali, Ti."
Ibu Arka menghentikan aktivitas dan mencoba mengambil nafas.
"Bu, udah!. Jangan mikir macem-macem!. Nanti Rianti coba tanya sama temen-temen mas Arka di kampus."
"Tolong ya, Ti."
"Iya bu. Udah, ibu sekarang mikir positif aja. Mungkin mas Arka dapet tawaran syuting lagi dan belum sempat ngabarin kita. Kita mikir ke arah yang baik-baik aja bu."
Ibu Arka kembali menghela nafas. Kali ini ia memaksakan sebuah senyum, agar kekhawatirannya bisa berkurang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 294 Episodes
Comments
Lela Lela
akhirny nikah
2023-06-10
0
Kristi Yani
Arka kegirangan sampai lupa ngabarin ibunya 😏 dasar cowok
2023-02-20
0
SUCI SOFIANA 🥳🦋😡🥵
wihhhh.seleb besar tik tok msuk jga😭😭😭
2022-11-16
0