"Ini mobil siapa mas?" Tanya Marisa memperhatikan mobil CR-V berwarna putih itu.
"Udah masuk dulu, keburu panas nih." Kata Elvan yang masih memegang pintu mobil.
Marisa pun akhirnya terpaksa masuk kedalam mobil. Setelah itu Elvan menutup pintu mobil dan berjalan menuju pintu kemudi. Lalu masuk ke dalamnya.
"Mas mobil siapa ini? Mas ngerental ya?" Tanya Marisa dengan curiga, lalu memakai sabuk pengamannya.
"Enak aja, ini mobil Mas lah. Mas emang jarang pakek aja." Kata Elvan lalu menyalakan mobil dan melajukannya menuju jalan raya.
"Mas punya mobil? Kok aku nggak pernah lihat. Emang mas parkir dimana? Di rumah kakek kayaknya nggak ada garasinya deh." Marisa terus saja berbicara sambil memperhatikan interior interior mobil Elvan.
"Dih masih calon istri, bawelnya mulai kelihatan." Elvan melirik ke arah Marisa. "Mas ini juga pengusaha dek, ya walaupun pengusaha bengkel motor, tapi lumayan lah hasilnya. Masak Galih yang pegawai Mas aja bisa punya mobil, Mas yang jabatannya diatas dia cuma punya motor." Kata Elvan terkekeh.
"Iya juga sih, tapi beneran aku nggak tahu kalau mas punya mobil dan sebagus ini." Kata Marisa masih tak percaya. "Mas parkir dimana emangnya? Apa Mas baru beli ini ya, beli second gitu?" Tanya Marisa.
Elvan semakin tertawa, ia tak menyangka jika Marisa menganggapnya seorang laki laki biasa. Apa jadi nya kalau Marisa tahu calon suaminya adalah anak pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Tapi ia tak ingin memberitahu Marisa kenyataan itu. Ia masih menunggu saat yang tepat untuk mengungkap jati dirinya yang sebenarnya.
"Mas parkir di tempat parkirnya lah, nanti setelah kita menikah, mas akan ajak kamu kesana." Kata Elvan dengan tersenyum ke arah Marisa lalu fokus lagi ke jalanan di depannya.
"Apalagi yang nggak aku tahu tentang Mas?" Tanya Marisa dengan serius. Ia ingin tahu lebih dalam tentang laki laki yang ia harap akan menjadi teman hidup selamanya itu.
Elvan pun menepikan mobilnya. Memang tak banyak yang Marisa tahu tentangnya. Apa ini saat yang tepat untuk memberitahunya?.
"Kalau Mas miskin, apa kamu akan menerima Mas?" Elvan menatap tajam Marisa. Matanya yang indah bersinar itu menunjukkan suatu keseriusan.
"Mas, aku nggak lihat orang dari harta Mas, karena menurutku kekayaan itu seperti roda, akan naik dan turun. Jadi jika mas berada dititik terbawah sekalipun, aku akan tetap mendampingi mas, kemanapun arah roda itu. Kita akan mendaki bersama dan menuju puncak juga bersama Mas." Kata Marisa yang tak kalah serius.
"Kalau Mas sangat kaya apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Elvan masih dengan tatapan tajamnya.
"Selagi itu halal, aku akan tetap bersyukur mas, tapi jika itu haram. Lebih baik kita akhiri sampai disini." Kata Marisa yang kini tertunduk. Ia terus memainkan ujung jarinya. Ada perasaan kecewa yang merasuk dalam sanubarinya, namun bukankah suudzon itu tidak baik. Ia pun berusaha menghilangkan pikiran buruk dari kepalanya.
"Nanti setelah menikah kamu akan tahu jawabannya, tapi mas pastikan semua yang Mas punya itu halal, karna Mas bekerja keras untuk mendapatkannya." Kata Elvan yang kini melajukan kembali mobilnya.
Perjalanan menuju makam memang terasa jauh, ditambah kemacetan yang mulai terjadi di beberapa titik kota.
"Mas, sebenarnya umur Mas berapa sih?" Tanya Marisa yang kini memperhatikan wajah laki laki yang fokus dengan kemudinya itu.
"Kenapa? Mas kelihatan tua memangnya?" Tanya Elvan yang sesekali melirik kearah Marisa dan kemudian fokus kembali dengan kemudinya, karena padatnya kendaraan membuatnya harus tetap fokus.
"Enggak, kelihatannya mas masih muda kok, menurutku mungkin sekitar dua puluh lima tahun, tapi Mas sudah punya usaha sendiri. Pasti mas bekerja dengan sangat keras." Kata Marisa yang kini bersandar di kursi mobil sambil memiringkan tubuhnya ke arah Elvan.
Elvan terkekeh, "Mas nggak semuda yang kamu tebak sih, emmmm dua tahun lebih tua dari yang kamu sebut tadi" Jawabnya masih terus fokus.
"Ya masih muda lah Mas." Kata Marisa terus memeperhatikan Elvan yang tengah menyetir. "Mas Elvan ganteng." Kata Marisa tanpa sadar. Entah dia melamun atau kenapa, tapi ia terus saja menatap Elvan.
"Apa? Beneran? Jadi kamu sekarang lagi godain Mas?" Tanya Elvan yang kini fokus menatap Marisa karena mobil telah berhenti di lampu merah.
"Enggak. Siapa yang godain mas?" Kata Marisa mengelak. Ia langsung bangun dan kembali duduk dengan rapi lalu membuang wajahnya menghadap keluar kaca pintu kirinya.
"Mas tadi denger kok kamu bilang mas ganteng." Kata Elvan. "Lihat sini dong, kenapa lihat kesana?" Tanya Elvan dengan senyum senyum.
"Ih, namanya juga laki laki Mas, emang Mas mau aku bilang cantik." Kata Marisa.
"Ya enggak mau lah, tapi coba bilang sekali lagi dong." Pinta Elvan
Tin...tin...tin.....
Suara klakson dari mobil mobil yang ada dibelakang mobil mereka saling bersahutan. Elvan melihat lampu lalu lintas telah berubah warna. Ia pun segera menginjak pedal gas nya.
"Nggak sabaran banget sih mereka." Kata Elvan menggerutu.
Sementara Marisa terkekeh, ia pura pura tak mendengar gerutuan Elvan.
Sebelum sampai di tempat pemakaman, Marisa meminta Elvan untuk mampir di sebuah florist. Mereka pun membeli buket bunga untuk bunda Elvan. Dan melanjutkan kembali perjalanan mereka karena matahari semakin terik.
Setelah menempuh perjalanan dengan drama kemacetan yang menyita waktu. Akhirnya mereka pun tiba setelah lebih dari satu jam perjalanan.
Elvan pun mengajak Marisa menuju makam ibunya.
"Assalamu'alaikum Bun, hari ini Elvan datang bawa calon menantu Bunda. Namanya Marisa, cantik kan Bun?" Katanya pada gundukan tanah kering. Seolah tengah berbincang dengan ibunya.
"Assalamualaikum Bunda. Aku Marisa, semoga Bunda disana bersama Allah ditempat terindah." Kata Marisa sambil meletakkan buket bunga yang mereka bawa tadi.
"Aamiin." Elvan yang menjawab, dan mereka pun sama sama tersenyum.
Elvan dan Marisa pun membaca Alfatehah dan juga surat Yaasin. Mengirimnya sebagai hadiah terindah untuk sang bunda. Lalu mereka segera pulang saat matahari kian menyengat.
"Mas, Mas Elvan kan udah kenalin aku sama Bunda, kapan Mas Elvan akan kenalin aku sama Ayah mas?" Tanya Marisa yang sudah duduk di mobil.
"Emmm. Itu.." Elvan menggaruk-garuk pelan belakang kepalanya yang tak terasa gatal.
Marisa menatap Elvan, ia menunggu jawaban Elvan dengan penuh tanya.
"Itu.. Emm... Nanti ya setelah ijab kabul." Kata Elvan sedikit ragu.
"Kenapa memangnya Mas?" Tanya Marisa sedikit kecewa.
"Mas nggak tau apa dia ada waktu. Dia orang yang sangat sibuk." Jawab Elvan datar.
"Mas, sekali saja mas, aku mohon.. ya.." Marisa mengedip-ngedipkan matanya dengan kedua telapak tangannya yang menempel. Memohon.
Elvan pun menyerah. Ia kalah dengan ekspresi wajah Risa saat memohon. Untuk pertama kalinya Marisa memohon padanya ditambah ekspresinya yang terlihat lucu menurut Elvan. Elvan pun tersenyum, ia mengacak-acak rambut Marisa.
"Iya, nanti Mas usahain ya, tapi nggak janji." Kata Elvan lalu melajukan mobilnya meninggalkan area pemakaman.
Elvan kini duduk di dalam mobilnya, setelah mengantar Marisa sampai ke depan pintu kost. Elvan mengambil ponselnya, dicarinya nomor kontak Papanya. Lalu menatapnya cukup lama, setelah menata hatinya ia menyentuh tombol panggilan di ponselnya.
"Halo El." Sapa pak Erwin setelah menjawab panggilan Elvan.
"Assalamu'alaikum Pa." Kata Elvan memberi salam.
"Waalaikumsalam El, ada apa?" Tanya Pak Erwin.
"Risa ingin ketemu Papa, kapan ada waktu?" Kata Elvan tanpa basa-basi.
"Papa lagi sibuk akhir akhir ini El, kamu tahu kan beberapa hari lagi lebaran dan semua harus beres, kalau mau ketemu di kantor boleh saja, Marisa tinggal ke ruangan Papa kan. Nanti kamu bisa nyusul." Kata Pak Erwin.
"Marisa nggak tahu siapa Papa sebenarnya, dan aku nggak mau datang ke kantor Papa." Kata Elvan dengan tegas.
"Emm, baiklah kalau begitu besok kita makan malam jam delapan sama Marisa ya, kamu yang pilih tempatnya." Kata Pak Erwin
"Hemm. Pastikan besok Papa datang. Assalamu'alaikum." Kata Elvan.
"Waalaikumsalam."
Elvan pun mematikan telfonnya lalu melajukan mobilnya menuju ke bengkel.
***
"Kenapa bro?" Tanya Galih saat melihat Elvan tengah duduk melamun di kursi kantor bengkelnya.
"Menurut Lo kalau Marisa tau gue anak siapa, apa dia akan marah?" Kata Elvan menatap sahabatnya yang kini telah duduk didepannya.
"Emmm.. Gue rasa dia akan mengerti ya walau mungkin akan sedikit shock." Kata Galih
"Ya semoga saja dia mau ngerti keadaan gue." Kata Elvan dengan lesu.
bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Yucaw
Berharap Risa mau menerima El apa adanya dgn segala kisah hidupnya
2023-05-28
1
galaxi
aq suka cerita ini krn tdk ada 21++ nya sebelum waktunya bukan krn aq aq g suka yg 21++ tp krn kita tdk bisa memilih dan memilah reader...
2022-10-31
1
Dwi Hartati08
so sweet
2022-09-18
0