Tok.... Tok.... Tok....
Pintu yang tidak tertutup itu diketuk. Marisa menoleh ke arah pintu, ia yang baru saja ingin rebahan, mengurungkan niatnya setelah melihat Galih dan Elvan datang membawa rantang makanan.
"Eh, Mas Galih." Marisa bangkit dari posisinya.
"Ris, ini aku bawain makanan dari Mama, sekalian kita sarapan sama-sama, bolehkan?" tanya Galih, ia dipaksa Elvan untuk bisa makan di tempat Marisa.
"Emmmmm.... Iya, boleh kok Mas Galih, silakan masuk." Marisa mempersilakan kedua laki-laki dewasa itu memasuki kamar kostnya.
"Jadi cuma Galih nih yang boleh masuk?" tanya Elvan yang masih berdiri memegang rantang di tangannya, ia memperlihatkan ekspresi cemberut di bibirnya.
"Eh, Mas Elvan juga, silahkan masuk," jawab Marisa dengan sopan. "Maaf ya, kamarku sempit dan berantakan." Marisa merasa sungkan, karena untuk pertama kalinya ada laki-laki yang memasuki kamar kostnya. Ia pikir Galih akan mengantar makanan dan langsung pulang seperti biasanya.
Elvan dan Galih mengedarkan pandangannya. Kamar Marisa benar-benar bersih dan rapi, terlihat sangat nyaman. Nuansa putih yang mendominasi ruangan itu terlihat sangat luas, karena hanya ada kasur, lemari kecil, kaca rias, dan sebuah meja kecil yang berisi peralatan make up sederhana milik Marisa, semuanya benar-benar tertata rapi.
"Aku siapin dulu makanannya ya." Marisa mengambil rantang dari tangan Elvan. Sementara Elvan menatap mata Marisa, ia terpesona dengan paras ayu nan sederhana dari sosok Marisa.
"Eh, iya maaf ya jadi ngerepotin. Aku tadi yang maksa Galih buat makan disini, supaya bisa kenal lebih dekat sama kamu. Boleh kan?" tanya Elvan, ia melepaskan pegangan tangannya dari rantang yang kini telah berpindah ke tangan Marisa.
"Iya, silahkan. Aku permisi dulu." Marisa lalu meninggalkan Galih dan Elvan yang kini telah duduk di karpet lantai, di samping kasur. Gadis cabtik itu menuju dapur dan mengambil piring, untuk memindahkan nasi goreng yang masih panas itu dari rantang.
"Oh ya Ris, Ratna mana?" tanya Galih yang sedari tadi tidak melihat adiknya.
"Ratna lagi di kamar mandi Mas," jawab Marisa yang masih sibuk mengeluarkan rantang-rantang itu.
"Oh," jawab Galih.
"Kamu tinggal sendiri ya Risa?" tanya Elvan sambil mengamati gerak gerik Marisa di balik tirai yang memisahkan dapur dan kamar.
"Iya.. Ayah Risa tinggal di kampung, jauh...." Ratna yang baru keluar dari kamar mandi tiba tiba menyahut dan langsung menghampiri Marisa, mengambil dua piring lalu dibawa menuju Galih dan Elvan. "Nih, buat Kak Galih. Pasti gara-gara Kak Elvan, Kak Galih jadi nahan laper, ya kan?" Ratna menyerahkan satu piring untuk kakaknya, sementara piring satunya lagi untuk dirinya sendiri.
"Ih, dasar.... Harusnya itu laki-laki duluan yang dikasih makan" cicit Elvan tak terima, karena Ratna tak memberinya piring berisi nasi goreng udang yang terlihat enak. Dari harumnya saat Mama Galih memasak, Elvan bisa menebak rasanya pasti seenak harumnya.
Marisa keluar membawa dua piring, ia melihat Elvan yang masih kesal memperhatikan Ratna dan Galih telah memegang piringnya. "Em, Mas Elvan ini silahkan." Marisa menyerahkan piring kepada Elvan.
"Kamu kayak lagi belajar melayani suami Ris kalau aku perhatiin." Ratna dengan iseng menggoda Marisa.
Marisa tersenyum canggung. Mau bagaimana lagi, Ratna seperti sengaja agar Marisa yang memberi nasi goreng kepada Elvan.
"Bener Dek, mereka cocok kan kalau jadi pasutri," bisik Galih yang sebenarnya masih terdengar jelas di telinga Marisa dan Elvan.
"Apaan sih Na, aku tu belum kepikiran mau nikah. Aku masih pengen kerja, nikmatin masa lajang aku." Marisa membela diri, jujur ia sebenarnya tak ingin berpacaran, karena sang ayah yang melarangnya.
"Emang kalau suami kamu ngebolehin kamu tetep kerja dan nikmatin hidup bersama, kamu tetep nggak mau nikah?" tanya Elvan yang sengaja memancing respon Marisa.
Elvan memang ingin mengenal Marisa lebih dekat, apa salahnya mencoba mencari tahu keinginan Marisa sendiri?
"Em,, kenapa ngobrolin aku sih, coba topiknya diganti Ratna, jangan aku." Marisa tersenyum malu, menolak menjawab pertanyaan Elvan.
"Aku kan udah punya pacar, kalau kamu kan nggak mau pacaran, jadi pasti langsung nikah kan?" tanya Ratna yang ikut-ikutan memprovokasi.
"Iya Ris, coba aja dulu kamu mau pacaran, pasti udah aku pacarin." Galih terkekeh, karena ia dulu juga pernah menyukai Marisa saat awal-awal kenal.
"Aku bilangin sama kak Dea ya," ancam Ratna yang kini tengah melotot kepada sang kakak.
Galih dan Ratna terlihat beradu pendapatbdisela-sela sarapannya. Elvan dan Marisa terkekeh menyaksikan keakraban adik kakak itu sambil melahap makanannya.
****
Setelah sarapan
"Ris, aku boleh minta nomer whatsapp kamu nggak?" tanya Elvan memberanikan diri, sebenarnya Galih telah mengajaknya berpamitan.
"Em..." Marisa nampak berpikir, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sebenernya ia tidak pernah chating dengan laki laki, selain ayah dan atasannya di kantor, tentu hanya untuk urusan pekerjaan.
"Aku cuma pengen kenal deket sama kamu Ris, kalau kita cocok pasti aku akan seriusin kamu. Please kasih aku kesempatan." Elvan memohon setelah melihat banyak keraguan dimata Marisa.
"Emmm.. Iya deh, sebentar." Marisa meraih ponselnya di meja. "Ini Mas Elvan catat," katanya sambil menyerahkan ponsel yang layarnya menampilkan nomor telepon nya.
"Oke makasih Ris, aku sama Galih pamit." Elvan menyerahkan kembali ponsel Marisa.
"Nomer rekening Risa nggak sekalian nih," tanya Ratna.
"Udah, entar aja kalau udah sah, baru kasih nomer rekening, karena itu kewajiban suami. Sekarang nggak wajib." Galih keluar dari kamar kost Marisa.
"Kalian ini ngomongnya suami istri terus kayak paham aja." Marisa terkekeh.
"Yaudah, aku pamit dulu Ris, Assalamu'alaikum." Elvan melambaikan tangannya.
"Waalaikumsalam," jawab Marisa dan Ratna serempak.
Marisa dan Ratna pun melanjutkan obrolan mereka, yang lebih banyak curhatan Ratna tentang kekasihnya yang romantis.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
_Malam harinya_
Marisa menggantung mukenanya setelah sholat Isya. Ratna yang pulang sebelum maghrib membuatnya kesepian lagi. Ia membuka ponselnya, melihat foto-foto yang dikirim ayahnya. Foto-foto kambing ayahnya yang baru lahir. Marisa tersenyum melihat ayahnya yang begitu bahagia.
Namun, jika dia tinggal di desa, dia tidak akan maju. Dia paling hanya akan menjadi penjaga toko, atau bahkan menjadi penjaga warung. Hidup di desa tidak semudah kehidupannya di kota. Teman dan kehidupannya ada di sini, apalagi ia telah bekerja di perusahaan besar.
Marisa masih terus menatap foto bahagia ayahnya. Dan, sebuah pesan masuk dari nomor baru.
[Assalamu'alaikum Risa, ini aku Elvan.
Kamu lagi apa?]
Marisa membaca pesan dari nomor baru tersebut. Ia tersenyum, lalu segera membalas pesan Elvan.
[Wa'alaikumsalam.
Aku baru selesai sholat]
[Alhamdulillah, aku juga baru selesai sholat. Kamu udah makan?]
Mereka pun saling berkirim pesan, mencoba saling mengenal satu sama lain.
...****************...
_Satu bulan kemudian_
Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang sangat dinanti-nanti oleh kaum muslim. Bulan Ramadhan yang penuh ampunan. Bulan di mana manusia berlomba mengumpulkan pahala yang berlipat-lipat dari bulan biasa. Namun, aktifitas harus tetap dijalani seperti biasa.
Hari pertama puasa, Marisa menjalani dengan penuh semangat. Ini adalah puasa pertamanya sebagai karyawan. Memang, bekerja sebagai sekretaris seorang Direktur Utama perusahaan ternama membuatnya lebih banyak melakukan aktifitas di dalam ruangan berAC. Namun tetap saja, pekerjaan yang tak ada habisnya membuat energi Marisa terkuras juga.
Marisa bekerja sebagai sekretaris Alvero Wiguna. Seorang Direktur Utama yang memimpin perusahaan Guna Cipta Group atau lebih dikenal dengan nama GC grup. Marisa begitu bersyukur, karena bosnya adalah orang yang ramah dan baik, meskipun ia sangat tegas, tapi Alvero bukan direktur yang arogan dan kejam.
"Risa, kamu puasa?" tanya Alvero saat selesai menandatangani berkas yang diserahkan Marisa.
"Iya Pak, Insya Allah," jawab Marisa singkat, namun tetap sopan.
"Mau buka puasa bareng nggak?"
"Emmm, maaf Pak, sebenarnya, saya ada acara bukber sama sahabat saya, rame-rame." Marisa merasa tidak enak, karena sebelumnya Elvan telah mengajak dia buka puasa bersama Ratna dan juga Galih, bahkan, mereka membawa pasangannya masing-masing. Namun, menolak ajakan atasan yang begitu baik itupun Marisa merasa sungkan.
"Apa boleh saya ikut?" tanya Alvero sambil mengembalikan berkas kepada Marisa.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Yucaw
wahh elvan kalah pamor gak nih?? pilih yg terbaik ya ris..istiqoroh..😂😂🙈 yg di deketin siapa yg GR siapa
2023-05-28
0
Puji Rahayu
oh...ini nih...asal muasal om alvero ternyta...
d crita si putri...istri zayyan.
kn pergi k london sm om alvero..
batinku siapa...alvero...
ooooooooo..........😄😄😄
2023-04-11
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
weleeeeh .... tiati Elvan .... saingan berat niiiiy .... DirUt eeeuuuyyy ...
😁😁
2023-01-04
0