"Mas kenapa?" Tanya Marisa yang melihat perubahan di raut wajah sang calon suami.
"Nggak papa kok dek." Kata Elvan tersenyum. "Kamu nanti maunya nikah yang gimana?" Tanya Elvan yang tak ingin membahas papanya.
"Kita nikah sederhana aja ya mas, aku nggak terlalu suka mewah mewah gitu." Kata Marisa.
"Em,, emang kamu nggak pengen nikah yang mewah kayak cewek cewek lain gitu. Mas Insya Allah sanggup kok wujud in pernikahan impian kamu." Kata Elvan dengan raut mukanyanyang serius.
"Enggak mas, dari dulu impian aku itu nikah sederhana yang penting sakral." Marisa tersenyum sambil membayangkan pernikahan impiannya itu. "Apalagi ibu aku udah nggak ada Mas, jadi yang biasa biasa aja lah mas, boleh kan?" Katanya dengan senyum sumringah, meski terlihat kesedihan dimatanya yang mulai berkaca-kaca.
"Emmm.. iya deh" Kata Elvan mengangguk anggukkan kepala. "Oh iya gimana kalau hari minggu nanti kita ke makam Bunda aku, aku pengen kenalin kamu ke Bunda." Katanya mengalihkan pikiran Marisa agar tak menangis teringat ibunya.
"Boleh deh Mas, soalnya aku dua hari sebelum lebaran udah pulang ke rumah ayah." Kata Marisa.
"Aku antar ya, pasti ramai banget mudik lebaran." Kata Elvan penuh harap.
Marisa hanya tersenyum tak menjawab ucapan Elvan yang entah serius atau basa basi itu. Lalu pesanan mereka pun datang.
"Ngomong ngomong kamu minta mahar apa buat mas kawin nanti?" Kata Elvan setelah mengucapkan terimakasih pada pelayan yang mengantar makanannya.
"Apa saja lah mas, semampu mas Elvan saja." Katanya pasrah.
"Emang kalau mas kasih lima ribu kamu mau?" Kata Elvan dengan cengirnya, jelas terlihat bercanda.
"Mau aja mas kalau mas emang mampunya segitu asal mas ikhlas." Kata Marisa dengan tawanya.
Elvan terkekeh, ia tak menyangka Marisa wanita yang begitu sederhana.
"Kita belum beli cincin kan ya?" Kata Elvan
"Oh iya juga ya mas." Marisa baru ingat, "kayaknya kita kurang persiapan nggak sih mas?" Tanya Marisa yang merasa belum menyiapkan apa-apa untuk pernikahannya.
"Emang kamu nggak tau, dirumah kamu udah siapin semua kok sama ayah." Kata Elvan yang memang telah mentransfer uang untuk persiapan pernikahan kepada pak Rahmad. Meskipun pak Rahmad bersikeras menolak, tapi Elvan tetap memaksa dan akhirnya pak Rahmad mengalah.
"Emang ayah udah siapin semua? Kok ayah nggak bilang ke aku mas?" Tanya Marisa yang memang tak mengerti apa apa.
"Udah, kamu tenang saja. Emang mas yang larang ayah untuk bilang ke kamu. Pokoknya mas pengen pernikahan kita ini special." Jawab Elvan yang terus saja mengembangkan senyum diwajahnya. Ia seperti laki laki paling bahagia jika membahas pernikahannya.
Lalu suara adzan maghrib pun mulai terdengar. Elvan dan Marisa langsung membatalkan puasanya.
"Nanti kita ke Mall ya beli cincin pernikahan kita." Ajak Elvan setelah meminum mango smoothie nya.
"Iya mas, udah makan dulu jangan ngobrol nanti gak keburu sholat maghribnya." Jawab Marisa saat akan mencocolkan chicken fingernya kedalam saos pedas itu.
Mereka pun makan dengan tenang.
Setelah berbuka, mereka memutuskan untuk mampir ke masjid sebelum pergi ke Mall untuk mencari cincin.
***
Di Mall
Sesampainya didepan pintu masuk toko perhiasan, Marisa merasa ada sesuatu yang tak beres dengan daerah kewanitaannya.
"Mas, aku ke toilet bentar ya. Mas lihat lihat dulu di dalam nanti aku nyusul." Kata Marisa yang merasa haid nya datang.
"Em,, oke deh, jangan lama lama ya. Dan telfon Mas kalau ada apa apa." Kata Elvan yang merasa sedikit khawatir dengan Marisa.
Marisa pun mengangguk dan segera menuju toilet untuk memastikannya.
Sementara Elvan mulai masuk ke dalam dan bertanya tanya untuk cincin pernikahannya.
"El, kamu disini?" Sapa seseorang dari belakang Elvan. Dan membuat Elvan menoleh ke arahnya.
"Kak Al, kakak disini juga." Elvan kaget melihat Alvero sudah berdiri di belakangnya.
"Iya, Mama minta ditemenin. Kamu beli cincin buat apa? Mau ngelamar cewek ya?" Tanya Alvero yang melihat penjaga toko memberikan cincin untuknya.
"Emmm iya, maaf aku nggak kasih tau kakak soal ini." Jawab Elvan.
"Iya santai aja, mana calon kamu?" Alvero melihat sekeliling karena sepertinya adiknya itu datang sendiri. "Jangan jangankamu mau kasih surprise ke dia ya?" Goda Alvero yang lalu tersenyum bahagia.
Elvan hanya tersenyum melihat senyum kakaknya itu, ia merasakan ketulusan Alvero dengan kebahagiaan yang akan ia rasakan.
"Al, mama udah selesai ayo kita pulang." Kata Anita yang melihat Alvero dan Elvan sedang berbincang.
"Kan baru masuk Ma, cepet banget biasanya satu jam baru selesai." Kata Alvero yang sebenarnya tahu Mamanya tak menyukai Elvan.
"Udah, mama udah beli." Katanya sewot melirik ke arah Elvan. "Besok lagi aja mama kesini. Males ketemu anak sialan ini disini. Membuat mood mama hilang saja. Untung Mama udah berbuka kalau enggak puasa Mama bisa batal karena emosi." Anita mengomel, memang seperti itulah dia setiap bertemu Elvan.
"Yaudah ayo kita pulang, El Kakak pulang dulu ya, semoga sukses." Kata Alvero dengan senyum menawan yang tangannya terus ditarik Mamanya untuk menjauh dari Elvan.
Setelah jauh dari toko perhiasan Mama Elvan mulai menceramahi anaknya.
"Al, kamu harus sadar, dia itu bisa mengancam posisi kamu di perusahaan tahu nggak." Kata Anita dengan marah.
"Udah lah Ma, Elvan juga punya hak atas harta Papa, karena dia memang anak kandung Papa Ma." Kata Alvero dengan santai.
"Iya, tapi dia bukan anak Mama, dia anak dari wanita yang udah merebut ketenangan Mama. Dia pasti akan merebut semuanya dari kamu, sama seperti ibunya yang udah mati itu." Anita begitu marah.
"Ma, udah lah Mama akui saja, Mama nikah sama papa karena dijodohin sedangkan Papa menikah sama bunda karena cinta, iya kan Ma." Tanya Alvero.
"Tapi itu tetep salah Al. Mama yakin anak sialan itu pasti merencanakan sesuatu untuk merebut perusahaan." Masih kesal.
"Ma, yang salah itu papa, Elvan juga nggak tahu apa apa kan. Sama seperti Bunda. Mereka baru tahu setelah Elvan ketemu aku Ma, coba kalau waktu kecil kita nggak ketemu mungkin Papa juga nggak akan jujur sampai sekarang." Kata Alvero membela Elvan.
"Udah lah. Capek Mama ngomong sama kamu. Kamu tetep aja belain anak sialan itu." Anita menyerah.
Merekapun meninggalkan Mall dengan Alvero yang terus saja membujuk Mamanya.
Sementara itu ditoko perhiasan, Marisa menghampiri Elvan yang sedang duduk menunggunya.
"Maaf ya Mas lama, tamuku datang soalnya." Kata Marisa yang kini duduk disebelah Elvan.
"Tamu siapa? Kamu tidak pulang ke kost an kan?" Tanya Elvan yang tak mengerti ucapan Marisa.
"Ya enggak Mas, maksudku itu tamu bulanan." Kata Marisa yang kini bingung mencari kata yang pas.
"Jadi tiap bulan kamu kedatangan tamu?" Tanya Elvan yang sedikit menaikkan nada suaranya terdengar marah.
Sontak para pengunjung toko perhiasan dan penjaga toko pun menoleh ke arah mereka. Marisa merasa tak nyaman dengan tatapan aneh mereka.
"Mas, pelankan suaramu, aku lagi menstruasi masak nggak paham sih." Kata Marisa setengah berbisik.
"Oh,, jadi kamu datang bulan. Bilang dong yang jelas. Mas mana ngerti tamu, tamu apaan?" Terkekeh pelan yang membuat Marisa cemberut.
"Udah lah mas jangan gitu, Mas udah pilih cincin belum?" Tanya Marisa yang kini mulai berdiri.
"Belum, kamu pilih sendiri deh, yang pas sama selera kamu." Kata Elvan.
Marisa pun segera melihat lihat berbagai jenis cincin di hadapannya. Pilihannya pun jatuh pada cincin polos dengan permata berbentuk hati yang begitu cantik sepasang dengan milik Elvan.
"Aku pilih ini deh mas. Gimana?" Kata Marisa yang menunjukkan cincin dijari manisnya.
"Em,, bagus kok. Mas suka." Kata Elvan "Mbak yang ini bisa diukir nama?" Tanya Elvan kepada penjaga toko yang tengah melayani mereka berdua.
"Bisa Kak, nanti ditulis saja namanya di kasir besok sudah bisa diambil ya." Kata penjaga toko itu dengan ramah.
Setelah itu pun Elvan membayar cincin nya dan menulis namanya serta nama Marisa untuk diukir di cincin pernikahan mereka.
"Mas, cincin nya mahal banget ya." Kata Marisa setelah keluar dari toko perhiasan.
"Enggak kok, itu tadi mas sengaja seleksi dulu sebelum kamu pilih, karna kamu pasti pilih yang murah." Kata Elvan yang berjalan disamping Marisa.
"Mas, jangan buang buang uang ya, nanti setelah nikah kebutuhan kita pasti akan lebih banyak." Marisa mengomel.
"Dih masih calon istri lho, belum istri. Kok udah mulai cerewet sih." Elvan mencubit pipi Marisa. Kemudian berjalan dengan ceoat meninggalkan Marisa.
"Mas.. jangan kabur ya." Risa pun berlari mengejar Elvan yang berjalan dengan cepat. Kaki Elvan yang panjang membuat Marisa kesulitan mengimbangi langkah Elvan.
Elvan pun mengajak Marisa makan di foodcourt Mall tersebut karena perutnya yang mulai keroncongan karena belum makan.
***
"Mas, aku besok nginep di rumah Ratna deh, Mamanya nanyain terus aku jadi nggak enak kalau nggak nginep." Kata Marisa yang telah selesai makan.
"Emmmm, kalau gitu Mas nginep di rumah Galih deh besok." Kata Elvan menggoda Marisa.
"Ih, apa sih mas, jangan aneh-aneh deh." Kata Marisa sebal.
"Mas kan pengen juga jadi Galih bisa lihat kamu sebelum tidur dan bangun tidur." Protes Elvan
"Dua minggu lagi Mas itu nggak cuma lihat aku sebelum tidur dan bangun tidur. Tapi mas juga akan tidur disamping aku. Gimana sih?" Menyeruput habis minumannya.
"Dih, kamu udah bayangin ya tidur sama Mas." Kata Elvan mulai menggoda lagi.
"Ih Mas makin aneh. Udah ah aku mau cuci tangan." Marisa pun berdiri dan meninggalkan Elvan.
Elvan mengikuti Marisa untuk mencuci tangannya.
"Apalagi yang kamu bayangin selain tidur?" Tanya Elvan yang kini mencuci tangan di samping Marisa. "Emang nanti kita cuma tidur aja?" Elvan yang selesai duluan pun menggoda Marisa lagi.
"Apa sih mas. Jangan godain aku deh." Marisa mengambil tali rambut yang ada di tas bahunya.
"Kenapa emangnya? Mas beneran nggak ngerti, kan Mas belum pernah nikah." Kata Elvan menatap mata Marisa. "Jangan diiket, kamu cantik kayak gitu aja." Kata Elvan dengan cepat saat Marisa akan mengucir rambutnya.
"Udah ah mas. Pulang yuk. Kamu belum sholat isya' kan?" Kata Marisa tak jadi mengikat rambutnya.
"Iya sayang."
Sontak kata manis yang keluar dari bibir Elvan itu pun membuat pipi Marisa memerah. Elvan pun kembali meninggalkan Marisa karena pasti Marisa akan protes.
"Mas, kamu tega ya, belum nikah aja udah ninggalin aku. Gimana nanti kalau udah nikah terus kamu bosen." Kata Marisa saat Elvan belum jauh darinya.
Elvan pun berhenti dan kemudian Marisa berjalan melewatinya. Lalu Elvan pun mengikuti setiap langkah wanita yang ia cintai itu.
****
"Mau mampir dulu mas?" Ajak Marisa saat mereka telah di depan pintu kamar kost.
"Tadi katanya suruh cepet pulang karena belum sholat isya'?" Tanya Elvan dengan memonyongkan bibirnya yang seolah sedang cemberut.
"Eh iya Mas, yaudah sana pulang." Kata Marisa.
"Jadi sekarang diusir nih?" Tanya Elvan bingung.
"Ih, terus mas maunya apa?" Marisa kesal.
"Mau nginep kalau boleh?" Kata Elvan dengan cengirnya.
"Jangan aneh aneh deh Mas."
"Enggak aneh aneh. Cuma nginep aja. Mas tidur di lantai kok." Elvan semakin menggodanya.
"Mas, pulang sana udah malem."
"Iya, Mas janji nggak akan ninggalin kamu sayang." Ucap Elvan dengan lirih.
"Janji ya. Jangan ninggalin aku kayak di Mall tadi."
Elvan pun terkekeh.
"Mas tadi cuma bercanda, beneran deh" Elvan mengacak- acak poni Marisa. "Mas pulang ya, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Hati hati mas." Marisa melambaikan tangannya setelah motor sport milik Elvan meninggalkan kost nya. Ia pun segera masuk dan mandi kemudian tidur.
bersambung
Hai. ini author. salam kenal dan terimakasih untuk kalian yang sudah mampir baca karya author.
Selamat menjalankan ibadah puasa.
Semoga lancar puasanya sampai lebaran.
Terimakasih 🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
LENY
Ibu nya Al amit2 mulutnya jahat banget pantes dijodohin kl sama bunda Elvan krn cinta. Elvan jg gak maruk harta ibu Anita aja yg tamak ketakutan 😡
2024-05-07
0
Yucaw
Ternyata Al kakak yg baik,ku kira jahat ky mm nya 😅😅 sorry ya Al..kayaknya yg lht El jemput Risa si papa deh,semoga menemui El cm ksh restu,gak mcm"..
2023-05-28
1
Joel Fee
yak betul... sebaik-baik wanita adalah yg mempermudah maharnya...bukan bermudah-mudah Lo ya..👍👍👍😘
2023-02-06
0