Kemarin adalah hari yang sangat melelahkan baginya. Bagaimana tidak acara penyampaian persiapan OSPEK di kampus tercinta membuatnya keletihan. Mereka harus menyiapkan ini dan itu di tambah lagi ia tidak sekelompok dengan Bella. Dan harus melakukannya sendiri jujur sebelumnya Ia sangat antusias namun setelah kejadian kemarin membuatnya ogah - ogahan.
"Kenapa aku harus sekelompok sama dia sieh.... jadinya aku kebanyakan dapat tugas... bener - bener ya.. awas ajah besok gue kerjain lu" gerutunya sambil mengerjakan tugas prakarya yang di sepakati kelompoknya
"Agh akhirnya selesai juga.. bisa rebahan sekarang" ujarnya sambil meluruskan punggungnya di atas kasur. Rasa kantuk tak bisa ia lawan dan akhirnya ia tertidur dengan nyenyaknya.
Bandung
Malam kian larut namun hiruk pikuk bandara tak berkurang. Wanita Tua bertubuh sedikit tambun itu sudah mendorong travell bag nya menuju pintu keluar dan menahan taxi yang masih berjejer rapi di halaman parkir. Taxi itu membawanya ketempat tujuan lelah dan rasa pusing di kepalanya membuat perasaannya makin tak enak.
"Bu, sudah sampai"
"Ogh... iya...iya...terima kasih" ujarnya sambil menyerahkan ongkosnya dan mengambil kopernya
"Sama - sama,Bu" ujar sopir itu sambil melajukan kendaraannya
" Sepi banget rumah ini. jadi kangen Non"
"Bu Inah... "
"Bu Marwah..."
"Baru tiba, Bu... ogh iya tunggu sebentar saya ambilkan titipan Ponakan Ibu." ujar Bu Marwah dan langsung masuk kedalam rumahnya mengambil sesuatu
"Ini,Bu Inah titipan ponakan Ibu "
"Iya,Bu Marwah terima kasih... kalau begitu saya masuk dulu"
"Iya, Bu selamat malam"
Bi Inah masuk di letakkannya koper itu dan membersihkan dirinya setelah selesai ia mulai merebahkan dirinya di ranjang. Diliriknya sebuah amplop putih yang di taruhnya tadi dengan penasaran di ambilnya dan mulai membukanya. Matanya yang sudah mulai lelah namun masih bisa ia tepis
Bi Inah...
Terima kasih atas apa yang selama ini Bi Inah berikan. Bi Inah menjaga Aulia dengan sangat baik. Aulia tidak kekurangan kasih sayang meski kedua orangtua Aulia sudah tidak ada lagi. Bi Maafkan lah saya memilih jalan perpisahan seperti ini, bukan ingin menjadi anak yang durhaka atau tidak tau balas budi tapi Aulia tidak akan sanggup mengucapkan perpisahan secara langsung. Aulia hanya ingin kembali di saat yang tepat Bi, Aulia hanya minta Bibi selalu doakan saya selalu dalam lindungan Allah. Jika soal Mas Dipta,Bibi jangan khawatir Mas Dipta tidak akan mengecewakan Bibi. Aulia menyayangi Mas Dipta seperti Kakak Aulia dan Sayang sama Bibi seperti Ibu kandung Aulia. Sekali lagi terima kasih Bibi sudah mengajarkan aku arti sabar dan membuatku mengerti segala sesuatu tidak di dapatkan dengan mudah. Aulia sayang Bibi...
Bi Inah terharu dan sedih atas apa yang di bacanya. Bi Inah tidak menyangka perpisahan seperti ini yang terjadi. Ia hanya merasa khawatir kejadian di masa silam terulang lagi. Itu sangat menakutkan baginya dan Aulia kecil.
***
Kampus
Hari ini adalah hari pertama penyambutan peserta didik mahasiswa mahasiswi ajaran baru. Hiruk pikuk kampus sudah terjadi sejak pagi buta mahasiswa mahasiswi yang memakai almamater kebanggaan kampus mereka sudah sejak tadi mengatur jalannya acara. Peserta OSPEK berpakaian seragam hitam putih dan memakai topi putih pula dengan sepatu kats putih berbaris sesuai dengan fakultas masing - masing acara pembukaan sedang berlangsung penuh hikmat meski terik matahari mulai menyusup ke pori - pori mereka. Setelah usai mereka kembali menuju aula masing - masing fakultas mereka sudah membagi kelompok sehari sebelumnya. Suasana begitu ramai namun tetap saja aura intimidasi mereka ciptakan di sini.
Kegiatan demi kegiatan berlalu hari yang penuh dengan lelah Aulia dan Bella memilih beristirahat di bawah pohon depan lapangan basket sembari melihat permainan tim basket fakultas mereka. Beberapa teman mereka pun ikut nimbrung bermain bersama senior mereka. Bella dan Aulia masih nampak asik dengan ocehan mereka membahas ini dan itu, namun sebuah bola dengan cepat melesat ke arah mereka dan
ssshhhhttt
Entah bagaimana caranya bola itu kini berada dalam tangkapan Aulia jika telat sedikit saja wajah Bella pasti sudah menjadi sasaran empuk dari bola itu. sementara orang di sekitarnya yang melihat kejadian itu hanya terheran - heran dengan aksi Aulia.
"Hey main yang bener dong"
"Sorry ngak sengaja...kemariin bolanya" Ujar salah satu pemain basket itu. Aulia sejenak memandangi bola basket itu lalu berdiri dan berjalan beberapa langkah dari tempatnya
"Kalian mau bola ini"
"lempar kemari"
Dengan cepat Aulia melempar bola itu ke arah ring dan
shoot
bola itu tepat masuk kedalam ring basket itu. dan sekali lagi mereka terkesima
"Makan tuh bola" ujarnya sambil berlalu menghampiri Bella yang masih terlihat pucat karna kaget
"Lu ngak apa apa kan,Bell"
"I... iya ngak apa - apa,cuma masih kaget aja,Ra"
"Kita keruangan ajah ya"ujarnya Bella hanya mengangguk dan mengikuti langkah Aulia.
Sedang mereka yang masih berada di tengah lapangan masih terpaku sekian detik.
"Wah gila tuh cewek jago banget. Bro kayaknya kita udah nemu bibit nih"
"Cewek arogan kayak dia... mana mau"
"Usaha Bro... Usaha..."
Di sudut lapangan lagi - lagi lelaki itu terpaku melihat dua moment yang makin membuatnya penasaran 'sepertinya mendapatkan mu sangat sulit ya Aurora' gumam lelaki itu. Kini mereka sudah berkumpul kembali beberapa panitia sudah memasuki ruang aula dan yang lainnya pun sedang sibuk membagikan tugas untuk esok hari.
"Perhatian... Perhatian...Perhatian...tolong aktivitasnya di hentikan dulu karna ada beberapa penyampaian dari Kak Faisal ketua Bem Kita sekaligus ketua panitia OSPEK, Silahkan Kak" ujar Reni
"Terima kasih Reni "
"Terima kasih atas perhatiannya saya hanya menyampaikan beberapa hal saja pada teman - teman dan adik adik sekalian. Kita di sini bukan hanya karna senior dan junior kita di sini adalah satu keluarga jadi saya berharap kita saling menghargai. Saya lihat ada satu insident di lapangan basket siang tadi dan salah satu calon mahasiswi terlibat dalam kejadian itu. Setelah penyampaian dari saya ini silahkan temui saya di ruangan panitia. Dan mungkin teman - teman yang lain juga tadi menyaksikan saya berharap kalian saling menghargai dan menghormati bukan hanya kepada senior yang menjadi panitia di sini tetapi semuanya di luar sana. Dan hari terakhir akan di adakan malam ramah tamah di sana nanti kita akan menunjuk beberapa perwakilan untuk bakat seni nya jadi persiapkan diri kalian dengan baik dan setelah itu pagi kita akan menuju puncak untuk outbond beberapa hari. Nanti teknisnya akan di rapatkan lagi dengan pihak panitia dan kampus yang jelasnya kalian harus menampilkan yang terbaik. Sekian dan terima kasih" ujarnya. kemudian ia kembali keruangannya untuk menyelesaikan beberapa urusan dan salah satunya insiden yang di alami Aurora dan Bella
***
Ruang panitia
Faisal dan beberapa rekannya masih sibuk dengan urusan persiapan malam inagurasi dan acara outbond. Aktivitas mereka terhenti saat seseorang mengetuk pintu ruangan itu
"Permisi Kak..."
"Iya,Masuk...ada apa?"
"Saya di minta ketemu Kak Faisal"
"Ogh...Iya kemeja saya mari" ujar Faisal sambil menuju ke arah mejanya di ikuti oleh orang itu yang ternyata Aurora. Setelah di persilakan duduk Faisal pun mulai bertanya ini dan itu agar lebih jelas kejadian yang sebenarnya
"Githu, Kak... aku refleks jadi buang bolanya ngak tau kemana" ujarnya
"Ya tetep ajah tidak sopan, Ra...."
'Apa tidak sopan...hello pak ketua yang terhormat mereka loh yang mulai lebih dulu minta maaf dengan bener kek.... anak orang loh tugh yang di timpukkin bola bukan karung.' gumamnya dalam hati sambil menahan geramnya
"Ngak sopan gimana ya Kak...mereka kan yang mulai lebih dulu. Kalau teman saya tiba - tiba kena serangan panik terus gagal nafas gimana!"
"Ya itu kan ngak kejadian kan..."
"Ya emang tapi apa ngak bisa minta maaf dengan cara yang benar. ini cuma bilang sorry ngak sengaja... Ya ampun Kak masa sieh aku yang di salahin... salahku tuh di mana?"
"Ya emang yang kamu bilang itu bener kok. Hanya tanggapan ke mereka itu ngak sopan,Ra"
"Ngak menurut aku wajar ajah kok, Kak" ujarnya dengan nada yang sedikit meninggi hingga kawan - kawannya yang lain melihat ke arah mereka dan beberapa mendekat.
"Sal, ada apa sieh.. kok jadi ribut gini"
"Ngak ada apa - apa kok"
"Ra. Sebaiknya jangan perpanjang urusan ini. saya manggil kamu ke sini hanya ingin mendengar penjelasan dari kamu agar saya bisa bela kamu kalau nanti berbuntut panjang."
"emang kenapa sieh Sal?" ujar Niko
"Insiden di lapangan basket tadi"
"Ogh itu... sebaiknya kamu ngak usah panjangin masalah ini.. lagian Seno ngak tersinggung dengan perlakuan anak ini tadi"
"Tapi kak setidaknya dia harus minta maaf ke teman aku"
"Please jangan cari masalah dengan dia."
"Tapi,Kak...."
"Please,Aurora Putri." ujar Faisal dengan penuh penekanan
"Baik,Kak" ujar Aurora sambil pamit kembali ke Aula. Mereka memandangi Aurora keluar Ruangan itu dengan wajah yang menahan geram
"Wah nekat banget sieh tuh anak mau nyuruh si Seno minta maaf..ckckckckkck"
"Semoga ngak degh. bakalan perang nanti"
Aula
Aurora berjalan dengan sibuk memikirkan percakapannya tadi. Ia masih bertanya - tanya ada apa dengan mereka semua, siapa sebenarnya Seno? apa hebatnya sampai semua orang seakan menghindarinya?
"Hey kamu.. "
"....."
"Hey... kamu tuli yach"
"Egh... maaf kak saya melamun, ada apa ya kak?"
"Kamu yang akan wakili prodi kita. Manajemen Bisnis di pentas seni. Terserah kamu mau tampilin apa"
"Tapi kak...saya... apa tidak ada yang lain"
Salah satu senior yang lain pun mulai menanyakan pada peserta lain
" Setuju kan kalau anak tengil ini yang maju mewakili prodi kita"
Setuju
Dan dengan ucapan serempak itu maka jadilah Aurora sebagai kandidat perwakilan di malam inagurasi dua hari lagi. Aurora hanya pasrah dengan keputusan itu jujur saja ia tak tahu akan menampilkan apa. Masa sih ia harus menampilkan keahlian bela dirinya itu sama saja membuka jati dirinya sedikit demi sedikit. Insident penyekapan yang di lakukan Pras padanya dulu sudah membuatnya pusing hingga menjadi viral sampai saat ini masih ada orang - orang yang mengenalnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments