"Maafkan aku,Mas" ujarnya. Kini beralih pada sosok putrinya
"Aulia... sayang sadar,Nak....sayang..."
"Bi Inaaah..... Bi Inah...." teriaknya. Pembantunya pun datang dengan wajah yang takut ia pun mendekat
"Nyah. Kenapa... ada apa Nyah.... Non Aulia!"
"Bi.. tolong anakku Bi. Sebelum Mas Reksa sadar bawa Aulia Bi. Jaga dia sampai saya datang menjemputnya"
"Tapi Nyah... apa tidak lebih baik Nyonya ikut bersama Kami."
"Tidak,Bi...Masih ada yang aku urus di sini. Siapkan pakaian kalian. Aku tinggal sebentar, Cepatlah Bi"
"Tapi, Nyah... Nyonya sangat lemah sekarang "
"Jangan Pikirkan aku,Selamatkan anakku,Bi" ujarnya Lalu pergi sebuah ruangan khusus dan hanya dia yang tahu. Tak berapa Lama ia muncul dengan membawa beberapa dokumen di tangannya di masukkannya ke dalam tas pakaian milik anaknya dan menyerahkan pada Bi Inah
"Ini Bi... semoga Bibi sampai dengan selamat. Jangan percaya pada siapapun mulai saat ini. Ini demi keselamatan putriku. Dia satu - satunya yang bisa menolongku kelak. Jaga dia Bi. Dan ini "
"Ini apa, Nyah"
"Ini untuk putriku dan Bibi. tolong cepatlah tinggalkan tempat ini Bi" ujarnya. Namun saat mereka sedang bersiap suara gaduh terdengar dari pintu depan. Bi inah dengan sigap mengintip dari celah dinding lantai dua. Dilihatnya para pengawal Keluarga Tuan Reksa datang
"Nyah di Bawah banyak sekali pengawal Keluarga Tuan Reksa"
"Ya Allah, Bi cepat bawa Aulia keluar dari sini. Lewat kamar saya"
mereka mengendap - ngendap agar tak ketahuan. Bi inah yang menggendong Aulia nyaris ketahuan untung Nyonyanya bergerak dengan cepat menarik tubuhnya.
"Nyah...Ikutlah dengan kami"
"Nanti aku akan menyusul, Bi. Lewat sini. jalan ini akan tembus ke taman belakang kompleks perumahan ini. Bi inah harus hati - hati,cepat Bi mereka sudah naik kemari!!"
"Hati - hati,Nyah" ujar Bi inah lalu berjalan menyusuri terowongan yang di lengkapi lampu pandu di setiap dinding lorong itu.
Flasback Off
Mobil pick up itu melaju menyusuri pekat malam yang mulai menjelma dingin. Wanita paruh baya itupun tertidur rasa lelah yang menderanya membuat ia lelap
***
Sedang di rumah kediaman Tuan Reksa dan Nyonya Amalia.
Nyonya Amalia pun menutup kembali lantai lemari pakaiannya dan menutup lemarinya. Ia berjalan mengendap - ngendap namun masih bersembunyi di balik pintu. Sesekali ia mengintip ke arah Suaminya beberapa pengawal mulai mengecek kondisi Reksa. Lalu ada satu sosok yang tak dikenalnya mendekat dan mulai membuka suaranya
"Akhirnya, aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan. Kau itu sangatlah bodoh. Mau saja tertipu dengan foto - foto bodoh itu, dan lebih parahnya lagi kau cepat sekali terpengaruh dengan ku untuk membenci anak dan istrimu. Hah seharusnya akulah yang menikah dengannya bukan dirimu. Aku akan mengambil yang seharusnya menjadi milikku Reksa Surya Wiguna"
Amalia terkejut ternyata selama ini ia di fitnah oleh orang yang ia tak pernah kenal. Bahkan Suaminya pun sudah termakan berita yang tidak benar tentang dirinya
"Ternyata selama ini. Ya Allah bagaimana ini kalau aku sampai ketahuan" ujarnya.
Wanita itu kembali mengendap - ngendap mencari persembunyian namun ia juga tak mau kehilangan informasi dari keributan diluar kamarnya. Namun hasilnya nihil setelah di rasa aman ia keluar dan betapa terkejutnya ia tubuh suaminya kini berada tepat di lantai dasar dengan bersimba darah di sekujur tubuhnya. Dengan langkah yang gemetar Amalia pun berjalan mendekati tubuh suaminya
"Maaaas.... Kenapa mereka tega dengan kamu.....hiks... hiks.... hiks" ia masih larut dalam tangisannya sambil terduduk lemas di samping mayat Suaminya. Selang beberapa waktu sirine polisi berbunyi. Beberapa polisi pun turun dan langsung membawanya
"Pak...Saya tidak bersalah pak... Suami saya di bunuh orang lain."
"Maaf Bu kami hanya melaksanakan tugas mari ikut ke kantor untuk memberikan keterangan. Polisi itu langsung membawa Amalia menuju mobil patroli di luar rumah sudah banyak wartawan yang meliput mereka seakan haus akan informasi dan klasifikasi dari seorang Nyonya Reksa.
"Apa benar karna anda selingkuh, Anda tega membunuh suami anda sendiri?" ujar salah seorang wartawan
Amalia hanya menangis mendengar semua pertanyaan yang tidak masuk akal baginya. Mobil itu melaju menuju ke kantor polisi. Sesampainya di kantor polisi Amalia di bawa ke ruang integrasi. Amalia hanya menangis dan bingung dengan keadaan di sekitarnya
"Sampai kapan anda akan seperti ini Nyonya. Pengacara anda besok pagi akan kesini. Bersikaplah koperatif pada kami. "
Amalia hanya menangis
"Nyonya kami hanya akan bertanya beberapa hal penting saja. Apa benar Tuan Reksa selalu bertindak kasar pada anda dan juga putri anda?"
"Be.... be.... nar Pak, Saya hanya membela diri saja. Saya tidak membunuhnya Pak"
"Tapi semua barang bukti menuju ke arah anda Nyonya. Ini Fas bunga yang anda gunakan untuk memukul Suami anda. Tuan Reksa?"
"Itu... memang saya memukulnya tapi saya hanya ingin menyelamatkan anak saya yang di cambuk oleh suami saya, Pak. Tapi seingat saya Mas Reksa hanya pingsan saja dan saya sudah memastikannya"
"Anda jangan coba berbohong. dari hasil visum korban di dapat banyak sidik jari anda di sana "
"Tapi,Pak saya tidak sedang berbohong. Dan... dan... ada orang lain.... yach... benar ada orang lain... orang itu pembunuh...pembunuh" ujar Amalia dengan penuh kekalutan. Ia berbah menjadi histeris dan agresif.
"Pak, sepertinya Nyonya ini mengalami depresi"
"Huuuffff ini akan jadi semakin sulit selidiki siapa saja yang keluar masuk rumah itu."
"Baik laksanakan" ujarnya sambil berlalu meninggalkan mereka di ruangan khusus tersebut.
Di rumah Reksa
"Cari semua di setiap ruangan cari boach itu dan dokumen kepemilikan perusahaan. Cepar!!!"
"Ba... Baik Tuan"
para pengawal dan bodyguard mulai memeriksa setiap ruangan yang ada di rumah itu. Hampir satu jam mereka mengacak - ngacak rumah itu, namun nihil
"Maaf Tuan kami tidak menemukan apapun"
"Sial... sial... sial... ternyata wanita itu pintar juga."
"Kalian cepat temukan anaknya. Dia satu - satunya cara untuk mendapatkan harta Sanjaya" suara pria itu sambil tertawa
"Dan satu lagi. urus semua agar wanita itu membusuk di penjara"
"Baik Tuan" jawab serempak
Para pengawal itu pun pergi melaksanakan tugas yang di berikan oleh Tuannya.
"Hah.... Reksa Surya Wiguna... Aku membencimu sejak dalam kandungan ibuku. Kau harus membayar semua penderitaan ku ini nyawamu pun tidak lah cukup untuk itu, Reksa" ujarnya sambil duduk di Sofa sambil mengayunkan kaki kirinya yang berada di atas kaki kanannya.
***
Mobil pick Up yang membawa Bi Inah dan Nona Aulia pun sudah sampai di kota tasik. Pagi buta suasana kota itu di sibukkan dengan aktivitas berdagang dan sebagainya. Mereka berhenti di sebuah pasar sentral terbesar di kota itu. Bi Inah yang sejak tadi menyadari mobil sudah berhenti pun terjaga dari tidurnya. Ia mengintip dari balik terpal yang menutupi tubuhnya. Di edarkannya pandangannya ia mengenali tempat itu.
"Bu, kita sudah sampai... rumah ibu arah mana biar sekalian saya antar setelah barang dagangan saya di turunkan"
"Agh tidak usah Pak, sudah dekat kok rumah saya. kalau begitu saya permisi dulu Pak dan terima kasih banyak atas bantuannya. Kalau bukan karna bapak mungkin saya sudah mati"
"Sama - sama Bu. Ibu hati - hati ya"
"Iya terima kasih Pak saya permisi" ucap Bi Inah. Ia lalu berjalan menyusuri jalan dan menyetop angkot yang akan menuju ke desanya.
bersambung
tinggalkan jejak dan komentar nya ya jgn lupa vote dan like nya juga
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Junika Harini
bagus cerita nya
2021-10-11
1