Aurora
Malam yang sunyi menyeruak di setiap pekat malam. Seorang wanita paruh baya berlari dengan tertatih - tatih sambil menggandeng seorang anak kecil berumur sekitar 7 tahun. Di tangan kanannya memikul tas pakean yang tidak terlalu besar. Langkahnya semakin cepat seakan berlomba dengan detak jantung mereka. Nampak segerombolan pria dengan jas hitam sedang berlari mengejarnya. Dengan sekuat tenaga ia berlari anak kecil yang di bawanya pun sudah mulai keletihan di tengok kiri dan kanannya jalanan yang sangat sepi tak ada siapapun yang lewat. Di percepat langkahnya hingga tiba di ujung jalan ia menemukan sebuah pick up sedang singgah membetulkan tenda di bagian baknya. wanita paruh baya itu pun mendekat
"Pak... bisa saya minta tolong pak"
"Ada apa bu?"
"Saya di kejar - kejar orang jahat yang akan menculik saya dan anak saya Pak. saya butuh tumpangan dan tempat persembunyian sebelum mereka tiba, Pak"
"Memangnya Ibu mau kemana?"
"Saya mau pulang ke desa saya pak di tasik"
"Ya sudah kebetulan saya akan melewati kampung ibu. Ayo cepat masuk di sini saja Bu, "
"Ya terima kasih,Pak." ujar wanita itu dan menaikkan gadia kecil itu yang wajahnya sudah memar karena menerima pukulan dan siksaan dari seseorang.
"Ayo cepat...Mereka sudah dekat" ujar bapak itu. Sopir itu pun masih mencoba menetralkan kegugupannya sambil memperbaiki tenda mobilnya. Selang beberapa waktu gerombolan pria berjas hitam pun lewat mereka berhenti sembari melihat ke kiri dan kanannya. Seorang pria dengan tubuh yang lebih besar dan kejar dari lainnya pun memerintahkan pria ber jas hitam lainnya ke arah kiri, kanan dan depan
"Cepat kalian cari wanita tua itu. Kalian harus dapatkan Nona kecil. Jangan sampai kalian mengecewakan Tuan Hendrawan" Titah lelaki kekar itu. Sopir pick up tadi pun masih menyelesaikan kegiatannya sesekali melirik namun ia berpura - pura buta dan tuli. Sedang wanita paruh baya itu pun berusaha tidak bersuara dan memberi gerakan sedikit pun sedang gadis kecil yang penuh luka pun kini tertidur karna kelelahan.
"Hey kau... kemari" ujar Pria kekar itu
"Anda memanggil saya tuan?"
"Ya sapa lagi... cepat kemari!"
"Ya tuan ada apa?"
"Apa kau melihat wanita paruh baya dan seorang anak kecil sekitar 7 tahun lewat sekitaran sini?"
"Agh...itu Tuan saya tadi melihatnya...dan ke arah sana,Tuan" ujar sopir itu ke arah kanannya
"Kau sedang tidak berbohong bukan"
"Ti... Tidak Tuan..." ujarnya gagap
Pria itu lalu pergi kearah yang di tujukan oleh sopir itu. Tanpa pikir lama sopir itu pun melajukan kendaraannya menyusuri gelap malam ibukota Jakarta. Wanita paruh baya itu menghembuskan nafasnya dengan lega. Ia menatap gadis kecil yang sedang terlelap di pangkuannya.
"Saya janji,Nyah....akan menjaga Non aliya dengan baik seperti pesan Nyonya." gumamnya pelan sambil menyeka air matanya yang memanas di kedua pipinya. Ingatannya masih sangat segar beberapa jam yang lalu ia menjadi saksi hidup dari seorang Nyonya Amalia sanjaya
Flasback On
Malam itu Nyonya Amalia sedang tergopoh - gopoh menggendong gadis kecilnya. Ia berlarian di koridor rumah sakit sampai di depan pintu ugd ia membaringkan gadia kecilnya itu di brankar. Sesaat kemudian dokter yang sedang berjaga pun datang memeriksa keadaan gadia kecil itu.
" Anak ibu harus segera di operasi ada perdarahan di bagian kepalanya. Dan untuk lebih jelasnya kita lakukan st scan dulu"
"Lakukan apapun itu dokter, dia satu - satunya hidup saya dokter...tolong dia...tolong dok" pinta Nyonya Amalia
"Baik. Bu kami akan mengusahakan yang terbaik untuk putri anda" ujar dokter itu dan berlalu. Wanita cantik itu tak bisa menyembunyikan kecemasannya. Ia takut jika anak satu - satunya itu akan pergi meninggalkannya sendirian. Siapa lagi yang akan menjadi teman? Suami? agh rasanya sudah tidak mungkin. Lelaki yang di sebut Suami itu sudah tidak layak di sebut Suami pasalnya beberapa bulan terakhir ini ia sangat berbeda, berubah seperti orang asing baginya. Bagaimana tidak ia tak segan - segan berlaku kasar pada dirinya dan anak semata wayang mereka. Ia pun bingung apa yang mendasari Suaminya bisa berubah seperti itu. Kadang jika ia telat pulang karna sedang mengurus keperluan perusahaan, Ia langsung menuduhnya berselingkuh dan kata - kata kasar yang membuat wanita itu merasa sangat sakit. Dalam diamnya ia berpikir akan bertahan atau kah akan mengakhiri semuanya.
Sudah seminggu ini ia masih menemani sang putri yang tengah terbaring lemas. Dokter memberitahukan bahwa keadaan putrinya sudah membaik dan di perbolehkan pulang. Wanita itu sangat bahagia akan hal itu. Kini mereka sudah dalam perjalanan pulang ada rasa khawatir kalau - kalau suaminya akan murka karna dirinya yang tak berada di rumah seminggu lamanya. Ia tahu memberikan alasan apapun ketika suaminya marah tidak akan ada gunanya. Saat ini ia harus memikirkan cara agar Tuan Reksa tidak marah. Sudah sangat lama ia bergulat dengan pikirannya tanpa ia sadari mereka sudah memasuki pekarangan rumah milik keluarga besarnya. Wanita itu adalah Nyonya Amalia Sanjaya anak satu - satunya dari pengusaha tambang batu bara terkenal di Indonesia dan pewaris tunggal dari gurita bisnis mendiang sang Ayah Zakaria Sanjaya. Ia menikah dengan seorang Pria yang di jodohkan oleh sang Ayah.Awal pernikahan tak ada cinta di antara mereka namun seiring waktu cinta itu tumbuh dengan sangat kuat. Tapi sayang seribu sayang sepertinya cinta itu kian memudar akhir - akhir ini. Ia lalu menggendong sang anak menuju ke dalam rumah setelah sampai di kamarnya tubuh gadis itu di baringkan perlahan agar tidak terjaga dari tidurnya.
"Maafkan Ibu,Nak tidak bisa berbuat banyak ketika Ayahmu berlaku kasar padamu. Maafkan Ibu..." ujarnya sambil menangis dalam diamnya. Ia mulai melangkah menuju kamarnya sesampainya ia rebahkan tubuhnya tak terasa ia pun tertidur.
Petangpun mulai merayab sayup - sayup di bukanya mata itu. Beberapa kali ia mengucek kedua matanya mencoba mengumpulkan semua nyawanya.
" Sudah malam rupanya. Mas Reksa sepertinya belum pulang ia kemana ya... Apa mungkin ia keluar kota. Tapi tidak ada jadwal meeting ataupun pengecekkan lapangan?" gumamnya
"Agh sudahlah sebaiknya aku membersihkan diri dulu. Sudah waktu magrib juga" ujarnya lagi sambil melangkah ke kamar mandinya ia membersihkan diri dan setelahnya ia mengambil wudhu. Ia Khusyuk dalam setiap doa - doa nya hingga air matanya menetes di sajadah. Ia sudah tidak punya tempat untuk mengeluh selain pada Tuhannya. Ia hanya meminta kekuatan dan kesabaran menghadapi masalah yang sedang menimpa dirinya.
" Ya Allah. Hamba tahu, Hamba bukanlah manusia yang baik, masih banyak kurangnya diriku. Hamba hanya meminta berikan kekuatan agar hamba mampu menjalani rumah tangga ini dengan baik. Hamba tidak tahu caranya cinta Mas Reksa hilang dari hatinya. Aku sangat mencintainya Ya Allah. Lindungi Suami dan Anak hamba Ya Allah. Amin" sepenggal doa Amalia
"Keluuuuuuaaaaaarrr.. Kaaaauuuu" Suara teriakan itu menggema
"Suara siapa ya?,Malam - malam begini cari keributan di rumah orang, Pak satpam mana lagi nih kok bisa orang masuk bikin ribut di rumah" ocehnya sambil melipat alat solatnya. Lalu beranjak keluar kamar melihat suara teriakan dan cacian dari seseorang.
"Ya Allah,Mas....Kamu ngapain sieh teriak - teriak" ujar sambil menuruni tangga. Namun belum sempat kakinya berpijak di anak tangga terakhir dirinya sudah di seret dengan kasar oleh pria itu
"Sini kamu wanita jal**g..." ujar pria itu
"Aaauuuwwwhhh... Sakit Mas.... sakit..."
"Salah aku apa Mas... lepaskan Mas. Kau bisa membunuh ku nanti" dengan suara mulai tersengal
"kau tanya salahmu apa hah... berani - beraninya Kau keluar dari rumah ini selama aku tidak ada di Jakarta"
"Mas, Aulia sakit dia harus segera di operasi. Aku hanya menemaninya di rumah sakit."
"Alasan..." "Plaaaaaaaak"
wanita itu terplanting dan memegangi pipinya karna tamparan keras dari Suaminya.
"Mana anak itu... Kalian sama saja..."
"Mas jangan Mas... Aulia masih sakit... Kamu tega mukuli dia. Dia sakit juga karna kamu yang selalu pukuli dia Mas. Mas... aku mohon Mas.... jangan sentuh Auliaku,Mas....Pukul aku... pukul aku saja Mas.... jangan pukul putriku Mas. Aku mohon!!"
"Minggir Kau perempuan sialan" ujarnya. Sambil menendang Istrinya dan berlalu menuju kamar Anaknya. Di dalam kamar Aulia sudah mendengar keributan yang di timbulkan oleh Ayahnya ia menangis di sudut ranjang dengan lampu kamar yang sudah ia padamkan
"Aulia Putri Sanjaya..... keluar!!!"
"Mana kamu..... mau bersembunyi dari ayah ya... " ujarnya sambil mengobrak abrik seisi kamar itu dan akhirnya sosok yang di caripun terlihat
"Di sini rupanya ya... kemari cepaaaaat!!"
"Ampun Yah.... Ampun.. " ujarnya sambil terus memohon. Namun usahanya sia - sia sebuah cambukan melayang ke arahnya
celetaaaaasss.....
"Ampun Yah..... huuhuuuu"
Celetaaaasssss
"Ampun... ampuuun"
Saat hendak melayangkan cambukkan ketiganya sang ibu berlari dan memeluknya
Celetaaaaaass
"Apa kau mau mati!! minggir" hardiknya
"Tidak Mas... Mas... dia ini putrimu kenapa tega sekali kau menyiksanya."
"Jangan menceramahiku dengan mulut kotor mu itu. Apa kau tahu aku menyesal menikahimu perempuan sial*n"
"Kemari Kau..." Lelaki itu mulai menyeret istrinya keluar kamar sang anak. Lalu di cambuknya berkali kali. Wanita itu sudah sangat kepayahan sekujur tubuhnya membiru dan keunguan akibat cambukkan dan pukulan dari sang Suami sungguh pemandangan yang miris menyayat hati.
"Ampun,Mas....jangan sentuh putriku.... bunuh saja aku Mas... aku mohon lepaskan Auliaku Mas"
"Aku tidak akan membunuh mu,Sayang...aku akan terus menyiksamu sampai aku puas.hahahhaa"
"Apa Salahku Mas... aku sudah menuruti semua keinginanmu...jika kau ingin harta keluarga ku maka ambil lah Mas aku berikan percuma padamu asal lepaskan aku dan Anakku. "
"Kau pikir aku ini apa... Kau tidak tahu salahmu dimana hah... "
"Sumpah Mas aku tidak tahu"
"Akan aku beritahu" ujarnya sambil mengeluarkan amplop coklat dari balik kemejanya
"Ini.... lihatlah sendiri.... setelah kau melihat ini apa kau masih akan berkata tidak punya salah...Haaa.. " hardiknya
Amalia langsung membuka amplop itu betapa terkejutnya ia melihat foto - fotonya sedang bersama sekretaris Almarhum Ayahnya. Foto itu menunjukkan kemesraan di antara mereka berdua. Amalia hanya menggeleng pelan 'Tidak aku tidak serendah ini.'
"Aku tidak pernah selingkuh dengan Rehan,Mas...Kami tidak pernah berfoto atau apapun itu"
"Kau masih berbohong juga yach... Agh bisa saja Aulia itu bukan anakku tapi anak dari laki - laki bangs*t itu"
"Tidak Mas... aku bahkan tidak pernah bertemu dengannya. Sekalipun dia sekretaris pribadi Ayahku tapi aku tidak pernah bertemu dengannya secara langsung"
"Aku sudah muak dengan mu wanita murahan seperti mu"
plaaak.. plaaaak.... plaaaakk
"Berani sekali kau bermain di belakang ku hah"
"Ampun, Mas.... am... puuuun" ujarnya lalu tergeletak lemah di kaki Suaminya
"Hei bangun lah...jangan bersandiwara di depan ku atau tidak aku akan menyiksa anakmu lagi"
"Ja... nga....an Ma.. as" ujarnya kepayahan
Namun Pria itu terus saja melangkah dan mencambuk kembali anak semata wayangnya. Gadia kecil itu hanya terbaring tak berdaya. Amalia melihatnya dengan tatapan nanar seketika kekuatannya untuk bangkit pun muncul dengan langkah yang gontai di ambilnya fas bunga lumayan besar di genggamnya erat dan
Praaaaankkkk.....
"Aaaaaaaggghhhhh.... Ka.. au.... "
Bruuuuk
"Maafkan aku Mas...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
faye. w
Suka...
2021-10-10
2
Elsa Pangestica
suka
2021-10-09
1
Hotiahhalim Halim
waduh jahat nya
2021-10-05
0