Mobil itu melaju menyusuri jalanan kota Bandung hingga masuk ke sebuah perumahan. Aulia turun dari mobil yang beberapa menit lalu mengantarkannya. Ia melangkah masuk ke rumah masih terkunci dan ternyata Bi Inah belum juga pulang. Ia bernafas lega segera ia mengambil memo yang di tinggal tadi. Ia putuskan membersihkan diri dan beristirahat.
Hari mulai menjelang sore Ia terbangun karna mimpi yang membuatnya sedikit penasaran lagi - lagi mimpi yang sama. Di aturnya nafasnya hingga benar - benar normal, ia melangkah ke dapur mengambil minum sambil mengedarkan pandangannya
"Masih sepi, apa Bi Inah belum pulang yach" gumamnya
"Bi Inah.... Bi.... Bibi... Bi Inah" ujarnya sambil menuju ke arah belakang rumah,ia berjalan perlahan hingga menemukan sosok yang di carinya. Ia mengamati dengan seksama terlihat jelas jika sosok yang di carinya sedang bersedih entah apa yang mengganggu pikiran wanita tua itu.
"Bi... Bi Inah" lirih Aulia
"Eh,Non...sudah bangun" Aulia mengangguk
"Ada apa Bi... apa ada masalah?"
"Tidak Non cuma kepikiran Non ajah, Kalau Bi Inah tinggal sendirian Nanti bagaimana,Non"
"Ya,Bibi kan minggu depan juga Aulia ke jakarta bareng Bella,Bi mau daftar ulang kuliah kan sudah dapat beasiswanya. Jadi Bi Inah ngak usah khawatir degh...Kebetulan Si Bella udah dapat kost - kost annya. Bi Inah jangan khawatir yach... Aulia bisa jaga diri kok"
"Bi Inah tahu,Non orangnya mandiri dan insha Allah bisa jaga diri tapi tetep ajah kan Bibi khawatir ngak tega" ujarnya sambil memegang kedua tangan Aulia
"Non, apa ikut Bibi ajah ke Kairo lagi pula kuliahnya kan masih lama...Pasti Dipta senang kamu ikut"
"Eeemmm... ngak usah degh Bi... aku nitip salam sama Mas Dipta ajah"
"Beneran Non ngak apa - apa kalau Bibi tinggal"
"Iya,Bi...Nanti kita ketemu di Jakarta ajah Yach"
"Iya... ya udah kalau begitu kita masuk, sudah mau magrib nih"
"Iya,Bi...Ayo"
***
Tiga hari kemudian
Hari yang di tunggu pun tiba Bi Inah kini sudah bersiap dengan kopernya. Mobil Travel sudah sejak tadi menunggu di depan rumah. Bi Inah keluar dari kamar dengan sebuah kotak berukuran sedang di hampirinya Aulia. Ada wajah ke khawatiran tersirat di wajah senjanya.
" Non...Bibi menyerahkan kotak ini. mungkin sudah saatnya Non menerima ini. Bibi minta maaf ya selama ini tidak bisa memberikan jawaban atas pertanyaan Non. Nanti di buka ya Non... kalau begitu Bibi pamit dulu yach "
" Iya,Bi...terima kasih, hati - hati Bi, Salam rindu buat Mas Dipta" Ujar Aulia. Bi Inah tersenyum lalu masuk ke dalam mobil travel itu. Aulia hanya menatap kepergian Bi Inah hingga mobil itu hilang dari pandangannya. Ia menatap dengan sendu kotak yang sejak tadi di dekapnya di dada. Ada rasa penasaran, di langkahkan kakinya dengan segera ia menutup pintu dan menuju kamarnya. Ia duduk bersila di atas ranjangnya dan kotak itu sudah ada di hadapannya. Suara jantungnya pun mulai terdengar olehnya di telannya salivanya dengan berat. Ia mulai membukanya deg ia membulatkan matanya dan kemudian memicingkan matanya satu. Di perhatikannya dengan seksama isi kotak itu. Dokumen kepemilikan Saham Sanjaya Grup. Deposito atas namanya dengan nominal yang tidak pernah dia bayangkan. Beberapa Foto dirinya ibu serta ayahnya. Ia menghela nafasnya dan melanjutkan memilah barang di kotak itu pandangannya mulai menajam di ambilnya benda kecil itu sebuah flasdisk berwarna hitam 'Isi nya apa yach, ah aku coba buka ajah 'gumamnya. Di ambilnya Laptop miliknya dan mulai menyalakan lalu mencolok flasdisk itu setelah terhubung ia membuka file tersebut. di lihatnya satu persatu ternyata itu adalah salinan cctv rumahnya dulu. Di putarnya satu satu video pertama Ia menyaksikan gadis kecil yang di aniaya oleh Ayahnya, Yach itu adalah dirinya Hari - harinya di isi dengan tangisan dan kesakitan yang luar biasa dan jujur patah hati yang luar biasa baginya. Tanpa sadar matanya memanas dan cairan bening sudah mulai membanjiri kedua pipinya. Ia beralih ke video berikutnya hingga video terakhir yang membuat matanya membelalak dan tak kalah terkejutnya. Kepalanya mulai pening namun masih bisa ia kendalikan. Video itu memampangkan kejadian di malam naas yang menimpa dirinya dan Ibunya serta nasib ayahnya yang sampai detik ini ia baru mengetahuinya.
Beberapa Lelaki dengan stelan jas lengkap mulai menyadarkan pria yang setengah sadar itu dengan posisi berlutut di depan seseorang. Aulia mulai menzoom untuk memperjelas gambar pria itu dan lagi - lagi ia hanya menggeleng tak percaya dengan apa yang di lihatnya.
"Hey... bangunkan dia.. " Titah pria itu
"Baik Tuan"
pengawal itu mulai melakukan aksinya dan akhirnya membuahkan hasil. Perlahan Pria lemah itu membuka matanya. Alangkah terkejutnya dirinya dengan apa yang di saksikannya.
"Kau.... " Serunya dengan suara yang bergetar
"Apa Kabar Kakakku...Bagaimana usahaku kali ini apa kau suka"
"Maksudmu? "
"Permainan ku... Apa kau suka dengan Permainan ku,Kak...Aku sangat puas dengan lakon mu kakak... Aku sangat suka saat kau mulai menghajar Istri dan Anakmu yang tidak tahu apapun"
"Apa... Kau.... " ujarnya sambil mengingat semua kejadian yang di alaminya mulai teror, kasus perselingkuhan istrinya dan hal hal yang merubah sifatnya menjadi pemarah
"Ya... Kau memang sangat bodoh, orang yang sangat bodoh yang pernah aku temui. Dengan mudahnya aku menghasut dirimu dengan berita bohong dan kau langsung termakan oleh omongan ku, hahhaha"
"Kurang ajar kau.... apa mau mu sebenarnya katakan"
"Kau mau tahu apa Mauku.... aku mau semua yang kau miliki termaksud Amalia. Reksa....Reksa...apa kau tahu sejak kecil aku hanya menjadi bayanganmu. Kau yang selalu di utamakan oleh Ayah. Kau tahu aku benci menjadi anak dari istri kedua Ayahmu. Kau mengambil semua yang aku inginkan kasih sayang Ayah, Perhatian, Kesempatan,cinta, kesuksesan. Semua itu begitu mudahnya Kau rebut Reksa."
"Aku tidak pernah merebut apapun dari mu,Hendra"
"Tapi kau miliki semua yang aku perjuangkan. Dan sebentar lagi Istrimu akan menjadi milikku "
"Hendraaa.... Brengsek.....Aaaaghhh" Teriaknya sambil menarik tangannya hingga mampu menggapai tubuh Hendra,Namun Tenaganya tak cukup kuat menghajar Hendra. Dengan sekuat tenaga Hendra melepaskan cengkraman tangan Reksa hingga mendorong tubuh lemah itu dan terjungkal dari pagar pembantas lantai dua. Tubuh Reksa kini bersimbah darah. Hendra yang melihat kejadian itu tak bergeming dari posisinya
"Akhirnya....Selamat tinggal Reksa" ujar Hendra sambil berlalu
"Lakukan sesuai dengan rencana awal"
"Baik Tuan"
Aulia hanya menggeleng - gelengkan kepalanya berkali - kali. Air matanya masih membanjiri kedua pipinya. Dadanya serasa sesak dan ingin meledak saja. Nafasnya tercekal oleh tangisannya. Ia tak habis pikir orang tuanya tewas dengan se keji itu. Mengapa Tuhan begitu kejam menyiksa dirinya dengan kenyataan yang menyakitkan baginya. Kehilangan orang tua tanpa di beri kesempatan berucap maaf ataupun terima kasih. Ia menarik nafas berkali - kali hingga merasa lebih tenang. Ia nampak berpikir sesaat, Ia kembali menatap kotak itu lalu menghampirinya. Ia membuka beberapa Amplop dalam berkas saham sanjaya grup. Sebuah Surat dalam amplop putih berlogokan salah satu rumah sakit milik sanjaya grup.
"Hasil visume? punya siapa?" ujarnya lalu membuka dengan perlahan isi amplop itu. di bacanya dengan seksama. Lagi - lagi kejutan dari pertanyaannya selama ini terjawab.
"Terdapat Tiga tusukan benda tajam di bagian perut.... Ny. A m a lia..."
"Ibuuuuuu.... " Teriaknya di iringi oleh tangisan yang pilu. Rasanya ia takkan sanggup menghadapi hal ini seorang diri, tapi ia juga tak bisa bercerita apapun tentang jati dirinya pada siapapun itu sama halnya bunuh diri. Ia mencoba mengatur nafasnya.
"Bi Inah.... Kenapa harus sekarang aku tahu... "
"Ibu Ayah aku janji hidup ku hanya untuk mendapatkan keadilan untuk kalian. Aku Aulia Putri Sanjaya tidak akan membiarkan siapapun menyakiti keluarga kita lagi. Aulia janji akan mendapatkan apa yang harusnya kalian tunjukkan pada dunia. Aulia janji Bu, Yah" ujarnya.
Ia putuskan akan berangkat ke Jakarta lebih awal saja ia ingin memastikan sesuatu agar bisa menentukan langkah selanjutnya. Yach itu adalah keputusan yang tepat baginya untuk saat ini. Ia bertekad untuk membalas apa yang telah keluarganya rasakan. Kematian orang tua nya yang tak wajar membuatnya makin membara. Di pandanginya Foto dirinya dan Dipta senyum bahagia tanpa beban saat bersamanya menjadi obat kegalauannya.
"Untuk kali ini maafkan Aulia, Mas...Aulia sudah melanggar janji sama Mas. ini menyakitkan Mas...Semoga kita akan bertemu"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments