"Sebenarnya apa,Bi..."
"Bagaimana ya Non... takutnya Non marah sama Bibi"
"Ya Ampun Bi... Aulia harus tahu sebenarnya. Ibu Aulia meninggal karna apa dan siapa pengirim surat itu Bi?"
"Bibi yang menulis nya,Non" ujar Bi Inah lirih
"Apa!!! tapi kenapa Bi...? Kenapa? semua ini apa... Aulia tidak bisa menerima semua ini.. "
"Non,Maafkan lah Bibi, Non.... Bibi tidak tega melihat Non Aulia selalu bersedih dan dalam tidurpun selalu merindukan Nyonya. Bibi minta Maaf"
"....."
"Ibu Non hanya mengirimkan surat ini ke Bibi saat kali terakhir Bibi bertemu dengan Nyonya" ujar Bi Inah sembari menyodorkan amplop coklat. Aulia tidak bisa menahan kesedihannya emosinya tak karuan dengan hati yang berantakan di raihnya amplop itu. Dilihatnya isinya beberapa dokumen asli milik keluarga sanjaya dan sebuah surat wasiat di tujukan olehnya dan secarik kertas serta foto dirinya dan ibunya.
untuk Aulia
Sayang, mungkin sekarang ini kamu sudah dewasa sudah bisa mengambil keputusan dengan baik, Ibu berharap Bi Inah mendidik mu menjadi anak yang penurut dan juga tangguh. Sayang jika kamu sudah menerima surat ini artinya Ibu sudah tidak berada di samping mu lagi, Jangan bersedih sayang Ibu akan selalu ada di hati kamu. Kamu pasti sudah membaca surat sebelumnya bukan di ulang tahun mu yang ke 11 temuilah orang itu. Bi Inah tidaklah salah sayang. Dia sangat menyayangimu seperti menyayangi Dipta. Ibu akan selalu menyayangi mu Nak
Airmata Aulia tidak terbendung lagi ia menangis sesenggukan menahan sesak di dadanya. Mengapa harus ia yang mengalami takdir seperti ini. Kehilangan kasih sayang dan kehangatan dari sosok ayah dalam hidupnya diperlakukan dengan tidak manusiawi oleh ayahnya dan bahkan saat ini ia harus menerima kenyataan bahwa penantiannya selama 10 tahun berakhir dengan duka yang besar. kehilangan sosok Ibu dalam hidupnya tak bisa di jelaskan dengan kata - kata apapun. Rahasia yang di simpan rapat Bi Inah pun makin membuatnya sakit, Namun ia selalu mengingat pesan Ibunya bahwasanya Bi Inah tak salah. Hatinya masih menolak kenyataan kepergian Ibunya. Ia mulai berfikir dan menemukan sesuatu yang janggal
"Bi Inah, Kapan Ibu meninggal Bi"
"Itu tepat usia Non 10 tahun"
"Bi di surat ini.."
'kalau aku bilang ke Bibi apa dia mau jujur'
"Ada apa Non?"
"Ngak apa - apa kok Bi" ujarnya sambil berjalan menuju ke kamarnya sebelum sampai Ia menoleh ke arah Bi Inah
"Aulia butuh waktu Bi..."
"Bibi paham Non,Maafkan kelancangan Bibi" ujar Bi Inah. Aulia hanya menjawab dengan anggukkan dan langsung masuk ke kamarnya. Di dalam kamarnya ia duduk di ranjang sambil menatap lekat foto ibunya dan dirinya.
"Ibuku sayang, kenapa takdir selalu kejam pada kita. Seandainya bisa memilih Aulia hanya ingin lahir di keluarga yang biasa saja."
"Ibu,Aku sangat kesepian beberapa tahun ini menunggu Ibu datang dan Kak Dipta ke Kairo. Ibu Maafkan Aulia sepertinya sangat sulit memaafkan Bi Inah" ujarnya sambil menghela nafas panjang tanpa sepengetahuannya Bi Inah tak sengaja mendengar gumamannya
"Maafkan Bibi Non" ujarnya sambil berlalu meninggalkan tempat berpijaknya tadi.
***
Kairo
Lelaki itu masih sibuk dengan persiapan sidang tesisnya. Lelaki bertubuh tegap dengan wajah khas Indonesia dengan alis tebal hitam serta rambutnya yang hitam legam, bibirnya yang tipis kemerahan Khas wajah tampan Pria Sunda di tambah lagi tubuhnya yang atletis karena dia salah satu juara internasional bela diri Karate. Membuat banyak wanita mengidolakannya namun ia sama sekali tak tertarik. Dalam hidupnya hanya ada dua wanita yang paling di cintainya Ibu dan Adiknya. Ia sadar bahwa dia dan Adiknya bukanlah sekandung, entah saat ini perasaannya pada gadis itu seperti apa. Ada rindu yang membelenggu hatinya namun ada ketakutan di hatinya akan perasaan yang tak biasa itu.
"Dipta... bagaimana sudah siap"
"Bagas... Ya aku sudah siap"
Mereka mulai memasuki ruang sidang. Di sana penguji sudah bersiap menunggu preaentasi dari Dipta. Dengan langkah yang mantap Ia berjalan menuju podium dan memulai presentasinya. Setelah bergulat dengan pertanyaan dan sanggahan - sanggahan, penguji merasa sangat puas dari hasil tesis Dipta
"Saudara Pranadipta Arba'a. Selamat anda berhak mengikuti wisuda dan menyandang gelar doktor"
"Terima kasih, Pak..."
Keluar dari ruang sidang kawan - kawannya berhambur mengucapkan selamat atas keberhasilan Dipta. Mereka selama dua tahun berjuang demi pendidikan dan masa depan mereka, suka duka sudah mereka lewati bersama mulai dari kekurangan uang karna kiriman yang pas - pasan. Terkadang mereka berjualan makanan khas Indonesia ketika festival di gelar di kbri ataupun di gelar di tempat lain. Dipta memiliki kawan - kawan yang solit dan yang paling dekat dengannya adalah Bagas. Mereka semua berasal dari berbagai daerah di Indonesia, Mereka mendapat beasiswa dari universitas tempat mereka kuliah dulu.
"Agh lega sekali rasanya" ujar Dipta sambil menghempaskan tubuhnya di sofa kamar asrama mereka
"Allhamdulilah, Bro...akhirnya kita bisa wisuda bareng yach... "ujar Bagas
"Ya... kau benar.. aku jadi tidak sabar"ujarnya sambil mengulam senyum di bibirnya
"Kau ini...tidak sabaranmu itu untuk wisuda atau untuk bertemu dengan gadis yang ada dalam foto itu" ujar Bagas sambil menunjuk bingkai foto mini yang terletak di atas nakas.
"Hey dia itu adikku..."
"Adik yach.... apa ade - ade... hahhaha"
"Kau ini... huuuuffff"
"Kenapa, benarkan dugaanku"
"Entahlah... aku juga masih tidak percaya jika dia anak dari majikan ibuku dulu."
"What... are you sure... katamu dia itu ponakan Ibu mu dari sepupu Ibu kamu."
"Ya... beberapa bulan yang lalu Ibuku menelpon dan menceritakan hal itu. Tapi dia tidak memberi tahuku alasannya berbohong. Ibu ku bilang dia hanya di titipi majikannya dan akan menjemputnya jika waktunya tiba"
"Wah... wah... wah... bahaya"
"Apanya yang bahaya.... "
"Kalian bukan mahrom jadi tidak bisa tinggal serumah kan"
"Hei memangnya aku ini tidur di kamarnya apa. Lagi pula ada ibuku kan "
"Ya tetap saja... syaiton itu ngak kenal tempat.. sekali iman kamu lengah... beeeeh.... abis..."
"Jika Itu kamu...." ujarnya sambil berdiri
"Sialan Lu... " gerutunya
"Benarkan...buktinya Nur gadis Bule istanbul yang tempo hari kau kenalkan padaku. Kau embat jugakan" ujarnya enteng sambil meminum segelas air putih hingga tandas
"Agh salah kau lah... di kenalin gadia bening kayak gitu ogah.. ya jadi aku lah yang maju"
"Dasar otak mesum.... sudah berapa kali kau bermain dengannya.... Kau tidak bisa bohong padaku, aku tahu kamu,Gas. Mana ada cewek yang kamu anggurin." ujarnya sambil tersenyum aneh
"Hhhhmmm... Kau ini... jangan membongkar aibku lah.... meski kita cuma berdua, ketiga itu syaiton. Kau pasti tahu lah bagaimana nikmatnya bercinta dengan gadis bule. "
"Itu kamu.... aku belum, Masih perjaka ting- ting"
"Hahhaha semoga tidak jadi perjaka tua"
"Kau... "
"Slow,Bro...masa sih se gede gini belum pernah merasakan aku tidak percaya."
"Terserah"
"Hahahha....Ternyata si pria beken di kampus masih perjaka"
"Aku memang masih perjaka tapi sudah pernah berciuman"
"Bahahhaha..... "
"kembali ke kamar mu, Lama lama bicara dengan mu aku bisa gila"
"Bagaimana rasanya pasti itu ciuman pertama mu.... hahhaha... kau seperti gadis perawan saja"
"Hentikan....keluar... ayo keluar" ujarnya sambil mendorong tubuh bagas keluar dari kamarnya
"Hah... beres si hama kadut itu sudah tidak ada"
'Kenapa aku jadi bodoh begini... meladeni omongannya yang gesrek itu' gumamnya sambil menggelengkan kepalanya.
Ia hanya terbaring sambil menatap langit - langit kamarnya sambil membayangkan seseorang
"Sedang apa kau ciuman pertamaku"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments