Sore menjelang dan matahari mulai bergantikan senja. Aulia sejak tadi mengutak ngatik laptopnya sembari berselancar di dunia maya dan klik ia menemukannya. Segaris senyum terbit di bibirnya.
"Aku tahu ini akan berhasil.... semoga kau baca emailku Tuan" ujarnya sambil membereskan barang - barangnya dan bersiap keluar. Ia berdiri di depan pintu kamarnya sedikit binggung melihat kiri dan kanannya penghuni in the kost ini masih nampak sepi, ia putuskan untuk menemui ibu kost ia melangkah mencari sosok yang di tujunya
"Eeemmm permisi Bu"
"Iya Ada apa? Ra... Mau keluar?"
"Iya Bu... apa bisa saya pinjam kendaraan Ibu mau ketempat kerabat Bu mau berkunjung"
"Bisa... tapi emang tahu jalannya..."
"Tahu Bu... saya masih hafal jalannya Bu"
"Baiklah, kamu punya sim kan?"
"Punya,Bu...umur saya juga sudah cukup buat berkendara"
"Ya sudah kalau begitu ini kuncinya pulangnya jangan sampe lewat jam 10 malam"
"Iya,Bu terima kasih "ujarnya sambil menyalakan motor matic milik Ibu Wulan. Ia melajukan motor itu keluar halaman. Bu Wulan hanya memandangi Aulia hingga tak terlihat lagi. Aulia menyusuri jalan Ibukota Jakarta. Ia menuju kemayoran dengan lincah ia menghindari kendaraan yang mulai memadat menghindari macetnya Ibukota. Ia masih hafal jalan menuju rumah kediaman orang tua nya dulu. Rumah yang penuh dengan kehangatan hingga badai pun harus menerpa mereka nestapa yang tiada henti. Aulia kecil hidup dengan airmata untung saja tidak meninggalkan jejak traumatik pada dirinya. Mengenal sosok Aulia, yang kini tumbuh menjadi seorang gadis yang energik pandai, cerdik serta multi talenta. Ia sejak kecil sudah menjuarai berbagai seni bela diri dari karate hingga silat belum lagi keahliannya memainkan si kulit bundar yang memantul dan shot three point selalu jadi makananannya. Ia memang mahir di berbagai olahraga. Entah itu sekedar hobi atau memang bakat terpendam yang di milikinya. Namun beberapa keahlian khususnya selalu ia sembunyikan. Ia menjelma menjadi gadis yang luar biasa selain berwajah ayu ia juga berprestasi namun semua itu hanya untuk menutupi betapa rapuhnya ia sebagai seorang anak. Ia sangat merindukan kasih sayang orang tua.
Kini ia sudah sampai di sebuah kompleks perumahan elit yang dulu sering ia lalui. Ia berdiri di depan sebuah rumah yang menjadi kenangan indah namun menyimpan sejuta luka dan misteri di dalamnya. Lama ia termanggu dalam lamunannya, di amatinya rumah itu dengan seksama. Yach tepat dugaan rumah itu sudah beralih tangan dan entah siapa kini yang menjadi penghuninya dia masih melanjutkan aksinya sambil duduk di bangku taman kecil tak jauh dari mantan rumahnya sambil terus mengutak - ngatik laptopnya dengan serius.
"Oke berhasil. Sebaiknya aku mengamati dari jarak tak terlalu jauh jika aku pulang alatnya pasti tidak bekerja dengan baik..." gumamnya
"Aku telpon ibu Wulan dulu"
tut... tut... tut
"Assalamualaikum,Bu...maaf sepertinya saya nginap di rumah paman saya. Mereka tidak menginjinkan saya pulang, bagaimana, Bu"
"........."
"Baik Bu nanti saya share loc"
"......."
"Iya terima kasih,Bu"
Aman!!!
Serunya dan bergegas mencari lokasi yang memungkinkan untuk melancarkan aksi mata - matanya. Ia merasa satu malam pun cukup untuk mengetahui isi rumah itu.
"Kalau ngak salah.... " sambil berpikir " aku coba degh" sambil melajukan motornya menyusuri kompleks perumahan itu dan keluar lalu menuju sebuah kampung tepat di belakang kompleks perumahan itu. Ia sudah berkeliling dan pucuk di cinta ulampun tiba. Seperti mendapatkan telaga di tengah gurun sahara, Ia percepat lan
Di percepat langkahnya dan menemui pemilik in the kost itu setelah pembicaraan yang lumayan panjang akhirnya Aulia bisa mendapatkan kamar di sana. Ia sudah masuk dan mulai melancarkan aksinya. Yach benar saja kontrakannya tidak jauh dari rumah kediaman orang tuanya dulu. Ia sedang menyabotase cctv rumah itu bagi Aulia itu sangatlah mudah ia hanya menaruh benda kecil yang sulit di lihat dengan mata kasat dan menempelkan disalah satu cctv yang terpajang dekat pagar dan ia sudah bisa mengutak ngatiknya hanya dalam hitungan menit. Dalam video itu nampak suasana rumah yang lengang, di video berikutnya ia melihat beberapa pengawal sedang berjaga ada yang di taman belakang dan beberapa pintu masuk. Terlihat seseorang yang di kenalnya sedang berjalan menuju ruang tengah dengan beberapa pengawal serta seorang wanita paruh baya namun masih terlihat cantik dan fasionable.
"Hhheeemmm.... Apa kamu dalangnya Pak..." ujarnya
"Aku harus mulai dari mana... " sambil mengusap wajahnya kasar. Di raih ponsel miliknya ada notifikasi email masuk di layar depan ponselnya segaris senyum terbit begitu saja di bibirnya
cafe Uno, pukul 12 siang
"I'm comming sir" Serunya. Ia kembali melihat video itu mereka sedang menikmati makan malam sambil sesekali berbincang. Rasa penasarannya mulai muncul ia mulai mengotak atik kembali video itu dan yach seakan keberuntungan selalu memihak gadis energik penuh misteri itu. Di Pasangnya earphone di kedua telinganya
"Yudis bagaimana apa kau sudah melihat pengumuman kelulusan tes mu"
"Sudah Yah...Sesuai keinginan Ayah,Mangeman bisnis,"
"Bagus... jadi kapan perkuliahan di mulai"
"Seminggu lagi,Yah...UN kampus yang bagus,Lusa pendaftaran ulang di mulai,Yah"ujarnya di balasan anggukkan oleh Ayahnya
"Bagaimana sekolah kamu Dian"
"Lancar kok,Yah...lagi pula ini masih libur semesteran Yah....jadi Dian masih santai"
"Semoga anak - anak,Ibu jadi anak yang sukses yach.. "
"Amin.. " serempak
Aulia mendengarkan dengan seksama pembicaraan mereka. Hatinya tiba - tiba menrasa ngilu bagaimana tidak seseorang yang duduk di sana yang di panggil Ayah oleh anak - anaknya justru di masa lalu menjadi orang yang sangat keji dan licik. Tiba - tiba matanya memanas cairan bening mulai mengalir tanpa bisa ia cegah. Lagi - lagi ingatan masalalunya berputar seperti komedi putar semakin lama semakin menyesakkan dadanya. Di hirupnya udara dengan susah payah di pukul - pukulnya dadanya agar perasaan lega menghampiri dirinya namun tetap saja rasa sesak kehilangan orang tua dengan paksa dan dengan jalan yang ia tak mengerti pun masih menghampirinya.
"Baiklah... kita akan mulai dari sini... Wiguna...meski aku masih punya darah Wiguna tapi aku akan mencari keadilan untuk Ayahku. Akan aku hancurkan kamu sama seperti permainanmu dahulu." gumamnya. Di tutupnya layar laptop nya dan ia berusaha memejamkan matanya sambil memikirkan sekenario - sekenario mendekati keluarga Wiguna hingga matanya pun terlelap seiring malam yang mulai gelap pekat serta nyanyian sunyi yang mendayu - dayukan perasaan.
***
Kairo.
Bi Inah tengah sibuk menyusun dan merapikan pakaiannya. Hari masih siang Dipta masih belum pulang dari kampusnya. Tiba- tiba ia teringat Aulia. 'Sedang apa anak itu sekarang?' pikirannya. Di lanjutkannya berkemas hampir lima belas menit berlalu Dipta sudah kembali dari kampusnya.
"Loh,Bu...kok Sudah beberes sih"
"Ya Ibu mau pulang sudah seminggu Ibu di sini. Kasihan Adikmu"
"Bu... Aulia sudah ke Jakarta Bu... Lusa dia sudah sibuk ngurus perkuliahannya. Ibu teta di sini saja. Sampai urusan Dipta selesai dan kita bisa pulang sama - sama Bu"
"Tapi,Nak...Urusan Ibu di kampung itu banyak... toko klontong kita juga ngak ada yang ngurusin"
"Bukannya ada Pak Udin, Bu yang ngurusin Toko Ibu seperti biasa.?"
"Iya sieh... tapi Ibu ngak betah di sini ngak ada tahu tempe."
"Hehehehhe,Ibu bisa ajah ya ngelesnya..."
"Bener loh Dipta.... Ibu ngak kenyang kalau cuma makan kentang,roti...Kamu beliin ibu beras gih..."
"Iya... Iya nanti Dipta cariin,Bu."
"Emang kamu tuh ngak bisa langsung pulang begitu"
"Ngak bisa,Bu. Sebenarnya Dipta harus ngabdi di kampus minimal setahun lah Bu baru bisa balik ke Indonesia dan ngajar di Kampus Dipta Bu"
"Hhhhmmm Emang kamu tuh ngak mikir mau nikah,Ibu sudah kepengen nimang cucu,Nak."
"Aduh, Bu calonnya belum kelihatan masih setinggi bulan. hehhehehe"
"Kamu Nih... becanda terus kalau Ibu singgung soal Nikah. "
"Dipta ngak becanda Bu...Nikah itu ngak gampang Dipta pengen kisah cinta Dipta seperti Ibu sama Alm. Bapak,Bu melegenda. hihihi"
"Alah...alesan ajah kamu...anak temen Ibu banyak loh. Mereka juga cantik- cantik, Pinter."
"Ngak usah Bu... Dipta nyari sendiri ajah... Ibu yang sabar Yach..."
"Ibu sepertinya tahu kenapa sampai sekarang kamu ngak punya pacar... pasti karna anak majikan Ibu.. ya"
uhuk... uhuk.. uhuk. Ia menyeka air minum yang masih tersisa di bibirnya
"Ibu ngomong apa sih "
"Tebakan Ibu bener kan"
"Ya allah Bu.. Dipta cuma anggap Aulia itu Adik Bu... ngak lebih"
"Ibu mohon Nak... buang jauh - jauh perasaanmu padanya.. Kita tidaklah pantas untuk dia. Ibu hanya menjalankan amanah dari Nyonya Amalia"
deg
'Aku bahkan sudah mencuri ciuman pertamanya,Bu...Bagaimana bisa aku melupakan perasaan ku begitu saja' batinnya
"Iya, Bu....Dipta sayang sebagai abang dan adek itu saja..." ujarnya lagi.
"Maka dari itu cepat lah menikah,Dip"
"Bu......Doain ya biar bulannya cepat turun...hehehehe"
"Kamu nih ya.... becanda lagi"
"Ibu sih... maksa melulu....Dipta masih belum pantas membangun rumah tangga. Dipta pengen sukses dulu, Bu. Istri dan anak Dipta nanti ngak kesusahan kalau hidup sama Dipta Bu... Dipta pengen banggain dan bahagiain Ibu dulu baru bahagianya Dipta Bu"
"Dipta Bahagianya Ibu itu kalau kamu bisa Nikah dan punya keluarga bahagia,Nak.itu sudah cukup buat Ibu"
"Iya,Dipta paham Bu... bersabar ya Bu... Jodohnya Dipta masih di umpetin sama Allah Bu," ujarnya sambil cekikikan
"Hhhhhmmm... terserah lah...Ibu nyerah degh bahas ginian sama Kamu, Dip"
Dipta hanya tertawa melihat ekspresi wajah kesal dan tak berdaya ibunya. Kebahagian Ibunya adalah hal pertama baginya namun mengiyakan permintaan ibunya adalah hal mustahil saat ini. Ia bahkan ragu dengan perasaan gadis itu. Gadis yang mencuri hatinya sejak dulu. Gadis pertama yang membuatnya berani bermimpi sejauh ini. Gadis yang selalu mampu membuat dirinya bangkit dari keterpurukan ketika semua orang meragukannya hanya dia dan hanya gadis itulah yang berani berdiri menjadi tameng ketika semua orang menghujaninya dengan hinaan dan cacian. Seperti itulah Aulia di matanya,namun sampai saat ini ia bahkan tak pernah bisa membaca perasaan gadis itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments