Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan akhirnya Bi Inah sudah sampai di bandara internasional Mesir,Kairo. Dipta sudah sejak sejam yang lalu menunggu Ibunya. Bi Inah keluar dari pintu kedatangan dan dari kejauhan sosok sang anak berlari menghamburkan pelukan ke arah ibunya.
"Dipta... aduh kamu kok kayak anak kecil sieh"
"Dipta kangen,Bu..." ujarnya masih mempererat pelukannya
"Iya... iya sudah dong. Kangen kangen sama Ibu"
"Hehehe.....Iya...Iya.. Ibu yang cantik"
"Aduh kamu tuh ya suka sekali gombalin Ibu mu...Gombalin pacar mu sana udah segede gini belum punya wedoan"
"Yah.... Ibu... baru juga nyampe sudah nanya gituan... ogh ya Aulia mana?"
"Adik mu ngak ikut cuma titip salam buat kamu... katanya kangen" ujar Bi Inah sambil mengikuti langkah anaknya yang sedang mendorong troli barang miliknya
"Hhhhmmm... Kangen kok ngak ke sini sieh Bu"
"Adik mu mau persiapan buat Kuliah... mau daftar ulang Beasiswanya katanya githu... "
"Oooghh...Ayo Bu masuk..." ujarnya sambil membukakan pintu taxi untuk Ibunya. Mereka berkeliling sejenak menikmati suasana Sore di kota Kairo,Mesir. Sungguh tak bisa membayangkan bagaimana girangnya Bi Inah yang pertama kalinya keluar Nergi. Sepanjang perjalanan Bi Inah terus bertanya ini dan itu,Dipta meladeni dengan sabar rasa penasaran Ibunya sesekali tersenyum dan tertawa saat mendengar keluh Ibunya yang mengocak perut.
Sudah Puas berkeliling akhirnya mereka pun sampai di asrama Dipta. Dipta menunjukkan Biliknya setelah meletakkan barang bawaan Ibunya. Dipta menyuruh untuk beristirahat, Ia sangat paham jika Ibunya sudah mulai merasa kan efek penerbangan yang cukup lama, ia sedikit kecewa sebab orang yang sangat di tunggu nya selain ibu tidak ikut bersama. Ia hanya ingin di hari bahagianya itu bisa mengikat gadis itu selamanya dan hidup berdua serta melupakan balas dendamnya. Pandangannya mulai menerawang jauh membayangkan sosok gadis pujaannya. Terkadang ia ragu dengan perasaan gadis itu pertanyaan itu layak ia sematkan di pikirannya tentang gadis itu. Jika di pikir - pikir apakah dia pantas bersanding dengan keturunan Sanyaja. Ingin rasanya ia menghapus embel- embel yang susah payah mereka sembunyikan bertahun - tahun hanya untuk melihatnya tetap hidup.Sungguh kehidupan ini sangatlah tak adil dan begitu kejam untuk seorang anak harus mendapatkan cobaan yang begitu besar. Lambat laun ia mulai tertidur esok adalah hari bahagianya.
***
Bandung
Hari ini ia sudah menyiapkan pakaian yang ia bawa. Sore tadi ia mendapatkan kabar jika Bi Inah sudah sampai Di Kairo. Ia tak mengatakan apapun pada Bi Inah takut - takut akan menambah kekhawatiran dari ibu paruh baya itu. Ia sudah selesai semua peratalatan yang ia butuhkan sudah di sediakan dokumen yang penting ia bawa ia akan mendepositokan dokumennya itu. Ia rebahkan tubuhnya di ranjang memandang sekeliling kamarnya. Ya kamar itu sudah menemaninya beberapa tahun ini tempat dimana ia melewati kerinduan yang begitu besar sekaligus luka hati yang tak bisa terobati. Jika di tanya soal jatuh cinta atau cinta pertama layaknya gadis remaja seusianya. Itu tidak berlaku baginya ia hanya memikirkan satu tujuan hidupnya menuntut keadilan. Ingin rasanya ia berteriak pada dunia bahwa di adalah seorang Sanjaya namun ia sedikit berkidik ngeri membayangkan bahaya apa yang ia hadapi nanti. Ia mulai jengah rasa kantuk rasanya enggan merayunya. Di langkah kan kakinya menuruni ranjang itu dan berganti pakaian dengan stelan olahraga. Ya dia akan melatih jurus silat wingchun dan nya. Di ambilnya kuda - kuda dan mulai gerakannya dengan pelan namun penuh penekanan. Setelah ia merasa cukup di akhirnya dengan beberapa gerakan pendinginan. Kini tubuhnya penuh dengan peluh ia segera mandi dan bergegas mengistirahatkan tubuhnya. Ia menutup Hari ini dengan lelah di tubuhnya berharap rencananya esok berjalan dengan baik.
Pagi menyeruak dari peraduannya. Seakan tahu jika hari ini banyak yang menyambut hari yang baru. Aulia sejak subuh tadi sudah selesai membereskan keperluannya ia sudah siap di pandanginya seisi ruangan itu. Sedih harus meninggalkan rumah yang selama ini membuatnya aman dan juga nyaman penuh cinta namun selalu ada titik kerinduan akan ibunya. ia berharap jika suatu saat bisa bertemu dengan ibunya. Ia mulai beranjak pergi ia menitipkan rumah pada tetangganya dan menyampaikan pesannya jika Bi Inah pulang.
"Tolong Ya Bu Marwah titip rumah. "
"Emang, Non Aurora mau kemana?"
" Saya mau ke Jakarta Bu, Mau daftar ulang kuliah saya"
"Ogh begitu... semoga sukses ya Nak"
"Iya Makasih Bu,, kalau begitu saya pamit ya"
"Iya hati - hati ya"
Aulia melangkahkan kakinya menyusuri jalanan yang sedikit berkrikil. Ia naik ojek agar segera sampai di statiun Bus. Setelah sampai ia segera membeli tiket tujan Jakarta berbekal alamat yang di berikan Bella ia tidak akan kesulitan mencari tempat tinggal. Kini Ia sudah di dalam Bus yang akan membawanya menuju tujuan hidupnya. Ia nampak berpikir sesekali menimbang lalu menghela nafasnya dengan kasar.
"Rehan..." sambil membuang pandangannya ke arah jalanan. " Apa aku harus menampakkan diriku, apa dia bisa di percaya seperti perkataan Ibu? tapi satu satunya orang yang bisa menolongku hanya dia." gumamnya dalam hati. Disandarkan kepalanya perlahan ia terlelap dalam perjalanannya.
Kairo.
Pagi ini sangat cerah. Mahasiswa - Mahasiswi sudah sejak tadi mulai memenuhi halaman Aula Kampus mereka. Dipta sudah siap sejak tadi ia tak sendiri sudah ada para sahabatnya dan Bagas sejak tadi sibuk melancarkan aksinya dengan para mahasiswi yang lainnya. Dipta, Anwar, Burhan hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya yang playboy itu.
"Habis karya Buya Hamka,kau pakai menggoda gadis - gadis itu" ujar Burhan dengan logat medannya yang kental
"Aku belum berhasil mendapatkan mereka" ujarnya santai
"Aku lebih kasihan pada Buya Hamka. karya - karyanya kau cemari hanya untuk mendapatkan gadis... ckck" Anwar
"Sialan kau.."
"Sudah - sudah ayo kita masuk sebentar lagi acara wisudanya akan di mulai.."
"Bagas... ayolah...."
"Ya..." serunya sambil mengikuti sahabatnya yang sudah beranjak lebih dulu.
Acara pun sudah di mulai. Para wisudawan dan wisudawati mengikuti dengan hikmat acara itu satu persatu maju untuk menggambil piagam mereka. Sambutan demi sambutan sudah terdengar hingga acarapu berakhir dengan sesi foto bersama. Dipta berpose bersama ibunya dan mengirimkan ke Aulia. Ia kembali berpose ria bersama sahabatnya hari yang di lalui dengan suka cita.
***
Bus itu sudah memasuki wilayah Jakarta kini sudah berhenti di stasiun. Aulia dengan sigap terbangun dari tidurnya dan bergegas turun dari Bus. Ia sudah memijakkan kakinya di tanah yang menjadi saksi bisu pergulatan kehidupan seorang Aulia sanjaya. Ia melirik jam tangannya lalu membuka ponsel miliknya. memesan taksi online dengan tujuan yang di berikan Bella. Beberapa saat kemudian ia sudah berada di dalam taksi ia mengamati setiap inci perjalanannya merekam di ingatannya. Hampir Dua jam menempuh perjalanan di karenakan macet di jam kerja. Ia sudah sampai di rumah petakan yang tak jauh dari kampus yang akan menjadi tempatnya menimba ilmu, ia menemui ibu kostan dan membayar uang muka untuk beberapa bulan ke depan.
"Ini Kamarnya Yach, Dek"
"Iya Bu..."
"Tolong di perhatikan Ya aturan di sini"
"Siap Bu... "
"Ini kuncinya Yach.... kalau teman kamu datang kamu bisa nelpon saya di nomor yang tadi yach"
"Iya, Bu nanti saya akan telpon ibu, terima kasih "
"Saya permisi yach"
Aulia hanya mengangguk dan langsung membuka pintu kamarnya. Kamar petakan itu cukup besar ada dua kamar tidur, dapur dan ruang tamu. Bella memang sengaja mencari in the kost yang lebih besar agar mereka bisa leluasa dan nyaman ketika akan memulai kesibukan sebagai mahasiswi. Aulia memilih kamar kedua di bukanya hendel pintu sejenak ia berdiri di ambang pintu di amatinya kamar itu segaris senyum tertarik di bibirnya. Ia langsung merebahkan tubuh nya.
"Istirahat sejenak. Sore nanti aku akan memulai semua sendiri jika sudah yakin aku akan menemukanmu" gumamnya lalu memejamkan matanya yang mulai terlelat dalam tidurnya.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Azzikra
👍👍👍
2022-09-15
0