"Ya udah kamu istirahat gih... biar aku yang ngomong ke panitia biar Lu ngak ikut arung jeramnya"
"Iya.. Makasih tapi gue ngak mau di tinggalin sendirian di sini, Ra"
"Lu manja bener sieh... Istirahat ajah di sini yach ntar gue minta tolong sama panitia cewek nemenin lu di sini oke"
"Ya udah kalau githu. Makasih ya"
"Your welcome" ujar Bella beranjak meninggalkan Aurora di tenda kamp milik mereka.
Para peserta yang lain sudah menyelesaikan perlombaan pertama dan kini mereka akan menuju lokasi arung jeram. Lokasi itu cukup jauh dari tempat kamp mereka, Jujur Aurora merasa tak tenang meninggalkan Bella sendirian di tenda menginggat kejadian tadi yang membuatnya teringat akan pesan yang di dapatnya semalam sebelum berangkat. Hatinya mulai tak karuan ' Duh kepikiran dia lagi, jangan sampai mereka ngelakuin yang ngak - ngak lagi, mana di sana cuma beberapa panitia ajah yang tinggal'
"Hey... Bell... kenapa sieh"
"Yud... ngak kenapa - kenapa kok. Ayo cepatan nanti kita ngak keburu lagi" ujarnya sambil mengikuti arahan menuju perahu karet yang akan di tumpanginya,
Yudis hanya mengikutinya dan bergabung bersama team mereka. Satu persatu kapal karet itu mulai menyusuri derasnya arus sungai, mereka sangat menikmati kegiatan itu. Satu persatu kapal karet mereka ada yang terbalik, ada yang saling bertubrukkan hingga kegiatan usai mereka kembali ke tempat Kamp. Sesaat sampai di tempat Kamp waktu jam makan siang pun tiba. Setelah membersihkan dirj dan berganti pakaian para peserta pun mengikuti jamuan makan siang bersama. Aurora yang sejak tadi khawatir langsung menghampiri tendanya untuk mengecek keadaan Bella.
"Ya Allah...nih anak molornya kebangetan degh... " ujarnya sambil mencoba menggapai selimut yang di pakainya
"Woy... bangun... ngak lapar Lu, Bell... woy bangun" ujarnya lalu menarik selimut itu dan betapa terkejutnya ia sosok Bella tak ada di sana. Hanya sebuah manekin yang di pasangkan rambut palsu
"Astagfirullah...Bell... ternyata benar mereka dalang semua ini dan menculiknya." ujarnya sambil menuju ke panitia memberitahukan bahwa Aurora di hilang.
"Bell, Lu kenapa...lari sampe ngos - ngosan kayak gini" ujar Niko
"Kak.. hah... hah...kak" ujarnya sambil mengatur nafasnya
"Bella... Bella... "
"Iya,Kamu kenapa.. "
'Astaga hampir saja' batinnya
"Bella...mau kasih tahu kalau Aurora... Huuuffh... huuuuffhhh"masih terengah - engah
"Kamu atur nafas dulu... ya.... pelan...pelan... Oke begitu" Ujar Niko mengintrusi Bella
"Aurora kenapa Bell"
"Dia... dia di hilang kak... aku udah cari ke mana - mana tapi ngak ketemu. Aku cuma ketemu ini di tepi hutan di sana kak" ujarnya sambil menyerahkan barang milik Aurora.
"Gelang..."
"Iya kak ini punya dia kami punya gelang yang sama dan ini punya dia kak"
"Astaga masalah apa lagi ini" ujarnya sambil mengusap kasar wajahnya
"Nik, ada apa?"
"Sal... Aurora hilang... "
"Apa... hilang... bagaimana cerita nya bisa hilang."
"Ngak ada yang tahu,Kak aku udah coba tanya sama panitia yang berjaga tapi ngak ada yang ngeliat. Bagaimana ini..."
"Kamu tenang yach"
"Nik, Kumpulkan semua panitia laki - laki kita akan mencari bersama - sama" titah Faisal
"Oke... aku kumpulin mereka ke sini."
"Ya... "
"Kak bisa aku ikut nyari juga,please"
"Bella... tolong kamu cewek bahaya jika kamu ikut mencari"
"Please kak... Aku cukup hafal daerah ini. Karna aku sering ke sini."
"Kamu yakin, sanggup"
"Yakin Kak"
"Ingat jangan terpisah dari rombongan"
"Baik, Kak"
Di sebuah Pondok
Di ruangan yang kosong hanya di terangi sebuah lampu yang menyorot ke arah seorang gadis yang sejak tadi belum juga sadarkan diri. Gadis itu duduk di sebuah kursi dengan tangan terikat, kaki pun sama dan badannya pun terikat. Ia masih belum sadarkan diri akibat obat bius yang di hirupnya, Lelaki yang sedang duduk di hadapannya pun dengan teliti memperhatikan wajahnya. Tapi ia tak menemukan apapun di sana hanya paras cantik yang nampak.
" Ini sudah terlalu lama bangunkan dia"
"Baik Tuan" ujar Hen dan mengambil sebotol air dan langsung
Byuuuuurrrr
Gadis itu terperanjak kaget dan melihat sekelilingnya gelap dan hanya dirinya yang di beri cahaya lampu. Gadis itu bingung mengapa ia berada di tempat itu sebab ia tadinya tidur di tenda miliknya namun sekarang hanya ada ruangan gelap saja. 'Apa gue sudah mati.... Ya Allah aku takut, dan kenapa pake di iket segala sieh' batinnya.
"Eeehhhhmmm"
"Siapa itu..hah... apa itu malaikat yang mau hakimi gue? apa gue sudah mati"
"Akhirnya kau sadar juga rupanya"
"To... tolong lepasin gue" ujarnya sambil berusaha melepaskan talinya namun ia gagal.
"Percuma kamu berusaha kabur dari sini,karna tidak ada siapapun yang akan menyelamatkan mu, Aurora" suara pria itu
'Suaranya kok falmiliar...tapi di mana yach?' batinnya
"Lepasin ngak...kenapa bisa gue di sini... hah" teriaknya
flasback on
Henzel sudah siap dengan posisinya. Suasana kamp sudah sepi hanya ada beberapa panitia yang berjaga. Ia menyuruh anak buahnya untuk mengecoh para panitia itu dengan membuat kegaduhan di halaman depan sementara Ia dan beberapa pengawal lainnya menuju tenda milik Aurora.
" Lakukan dengan hati - hati dan sebagian berjaga di luar" ujar Henzel membukanya dengan perlahan Gadis itu masih tertidur pulas dengan cekatan ia membius Aurora dengan sapu tangan yang sudah di tetesi bius dalam beberapa detik Aurora tak sadarkan diri.
"Bereskan sisanya, jangan sampai membuat kesalahan" titah Henzel
"Baik Tuan"
Henzel lalu membopongnya keluar memasukkannya ke dalam kantong jenazah yang sedikit di beri celah agar oksigen bisa masuk sedang pengawal yang lain menaruh manekin di tempat Aurora tidur dan menyelimutinya setelah itu mereka bergegas keluar dari tenda.
Flasback Off
"Hentikan teriakan mu membuat gendang telingaku mau pecah. Dasar gadis nakal" ujar Pria misterius itu
"Apa mau kalian Hah..."
"Kamu bertanya mau ku apa... baiklah...aku ingin membunuh mu"
"Apa... membunuh ku, jangan becanda kau... aku bahkan tidak mengenalmu dan berurusan dengan mu, Mengerti !!! jadi lepaskan aku"
"Jangan berlagak bodoh, Aurora... atau aku memanggil dengan nama Sekar."
"Apa,Sekar..hahahahaha... nama siapa itu, aku baru mendengarnya"
"Sepertinya kau mencoba mempermainkan ku yach, Apa aku harus memperjelas nya agar ingatan mu itu kembali sehat hah"
"Silahkan. Aku menunggu"
"Kau... " ujarnya hendak maju dan melayangkan tamparan padanya namun dengan cepat Henzel menahan tangan pria itu
"Jangan Tuan... bisa - bisa rencana kita gagal kalau Tuan terbawa emosi"
"Jangan ajari aku, Hen" sambil menepis tangannya
"Maaf Tuan saya lancang"
Ia maju selangkah namun wajahnya masih di tutupi dengan gelapnya ruangan. Wajahnya tak bisa di kenali dengan jelas namun suaranya terdengar tidak asing baginya.
"Sepertinya Darah Wiguna tidak pernah hilang darimu meski kebenaran tentang mu tidak di ketahui pasti oleh Hendrawan Wiguna"
"Ma... Maksud kamu... " ujarnya Mengulur waktu
' Ya Allah, Bahaya apa yang sebenarnya mengincar mu dan sialnya aku yang sedang berada di situasi ini, Ra.'
"Sepertinya kau memang tak tahu yach...Mau bertanya kemana kau semua saksi tentang kebenaran dirimu pun sudah ku habisi. Hanya aku satu satunya orang yang tahu tentang kebenaran dirimu."
'Maksud Tuan Muda apa, Jangan - jangan!' gumam Henzel dalam hati
"Kau gila, apa mau mu, aku tidak punya urusan dengan mu... kau salah sasaran bodoh"
"Aku tidak pernah salah, Kau hanya jadi penghalang bagiku dan ayahku untuk mendapatkan sanjaya Grup. Karna ayahmu sudah tidak berguna bagiku aku akan memusnahkanmu. Dengan begitu pewaris tunggal akan jatuh padaku dan juga ayahku"
"Apa... kau gila..."
" Kau sangat berani seperti ibu mu rupanya. Asal kau tahu Ibu mu mati bukan karna sakitnya semua itu adalah sabotaseku. dan kau harus menyusulnya"
"Jangan Mimpi..."
"Hahhahaha....kau masih saja angkuh rupanya, Bunuh dia Hen"
"Tapi Tuan"
"Kenapa kau mau melawan perintah ku"
"Tidak Tuan,"
"Cepat Lakukan" Serunya. Henzel mulai mendekatinya dan mulai mengarahkan pistol itu dan hendak menarik pelatuknya
"Aku bukan Aurora... bodoh.... apa mata kalian buta hah"
"Hey jangan mencoba mempermainkan ku."
"Lihat baik - baik, aku bukan dia... kep*r*t" teriaknya.
Henzel yang berdiri tepat di sampingnya menarik kembali pistol itu dengan cepat ia menarik rambut gadis itu dan ia terkejut ternyata ia menggunakan wig. Kini wajah aslinya terlihat jelas. Wajah pria misterius itu pun terkejut melihat kenyataan di depan.
' Apa... kenapa malah dia, hampir saja aku membunuhnya ' batinnya
"Hen... kenapa bisa kau salah mengenali orang hah..." bentaknya sambil mengusap kasar wajahnya
"Maaf Tuan" jawabnya
***
Di tempat lain mereka sudah bersiap melakukan pencarian. Mereka sudah melihat rute pencarian hingga ke puncak. Peralatan dan perlengkapan lainnya pun sudah mereka siapkan. Bella masih sibuk memasukkan beberapa barang dalam tasnya namun aktivitasnya terhenti sebuah telpon masuk. Ia mengangkatnya tanpa melihat siapa penelpon itu
"Halo" jawabnya. cukup lama ia hanya mendengarkan sambil sesekali mengusap wajahnya. Kini wajahnya terlihat jelas panik namun ia mencoba setenang mungkin. Yudis yang sejak tadi memperhatikannya pun angkat bicara
"Siapa Bell, kamu ngak apa apa kan"
"Iya... Aku ngak apa kok, Yud sepertinya aku ngak bisa ikutan deh... Tiba - tiba perasaan ku ngak enak githu"
"Kok Tiba - tiba, ada yang coba kamu sembunyiin dari aku" ujarnya sambil memicingkan matanya
"Ngaco lu, ngak ada lah... beneran Yud... kamu ngak liat aku gemetaran gini"
"Ya Udah kalau githu, kamu istirahat ajah, nih minum dulu"
"Makasih ya Yud..."
"Ya, gue jalan ya... yang lain udah pada berangkat"
"Iya.. "
Yudis dan yang lainnya pun berangkat menuju hutan. Bella melihat kiri dan kanannya di rasa sudah aman ia mengambil ranselnya dan segera menyusul namun mengambil jalur lain. Ia hanya punya waktu sedikit ia takut jika Bella terluka. Ia mulai melewati beberapa semak mengikuti jalan setapak sepanjang aliran sungai kecil cukup jauh dan akhirnya ia sedikit lagi mencapai tempat itu. Ia melihat sekelilingnya dan melihat Bella sudah terikat di sebuah pohon dengan mulut terikat, tangannya pun terikat namun ia tak melihat orang yang menculiknya
"Sial, orang itu cerdik juga dimana ia bersembunyi" ujarnya sambil mengintip di balik pohon pinus. Ia melihat bijih pinus lalu melemper ke arah Bella beberapa kali hingga Bella pun melihatnya. Ia berontak mengisyaratkan sesuatu padanya agar tidak mendekatinya namun Aurora tak mengerti isyarat yang di berikan. Bella berusaha membuka ikatannya Aurora semakin dekat, Ia masih berusaha dan berhasil melepaskan tali itu Aurora sudah semakin dekat dengannya. Bella berlari mendekatinya dan melihat kearah semak
Doooooor....
Mereka berdua saling menatap entah apa arti tatapan mereka. Bella dan Aurora hanya terdiam dan air mata mereka saling berlomba.
Tiiiiiiiiidddaaaaaakkkkk....
TBC
Kira kira siapa yang tertembak yach readers... jangan lupa tinggalkan jejak dan likenya yach...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Azzikra
🤔🤔🤔🤔
2022-09-16
0