Kairo
Saat Ini Dipta masih berada di pelukan Ibunya. Layaknya anak kecil yang akan di tinggal lama oleh ibunya. Jujur Dipta masih ingin bersama Ibunya namun Ia harus berbesar hati melepaskan Ibunya untuk kembali ke tanah aor meski dirinya masih setahun lagi kembali ke tanah air. Riuh calon penumpang tak menyurutkan airmata kedua orang berbeda generasi itu. Mereka masih tenggelam dalam keharuan dan rasa tak ingin kehilangan selalu mengurung namun waktu selalu bisa menjadi pemisah di antara mereka.
"Ibu pamit ya, Nak... jaga kesehatan mu selama di sini jangan lupa selalu kabari dan telpon Ibu. Ibu pasti kesepian adik mu sudah mulai kuliah sekarang."
"Iya,Bu Dipta akan sering menghubungi Ibu.Ibu juga harus jaga kesehatan ya... jangan kecapean di sana."
"Iya,Nak sudah ya ibu pergi dulu. Assalamualaikum"
"Waalaikum salam, Bu" ujarnya sambil menyalami tangan Ibunya. Dipta hanya bisa memandang punggung ibunya dari kejauhan hingga tak nampak lagi. Ia menghela nafasnya dan meninggalkan bandara Kairo. Ia menepikan mobil yang di kendarainnya di pinggir pantai alexadria, ia keluar dari mobil berjalan menuju garis pantai yang sengaja di buat menyerupai pagar beton yang besar dan di sediakan bangku untuk para pengunjung menikmati sore hari di pantai itu. Ia memandang jauh kedepan hanya hamparan air laut dengan ombak yang berbuih putih. Wajahnya yang teduh dengan pandangan yang entah menyorotkan apa hanya dia yang rasa.
Pantai di sore hari memang menjadi daya tarik tersendiri orang - orang di kota itu. Ia duduk di pembatas pantai sambil menatap deburan ombak yang terpecah menghantam jejeran pagar beton. Pikirannya mulai melayang raganya hanya menikmati sepoian angin yang menerpanya jiwanya entah kemana. Sesekali ia menarik nafas dan membuangnya, di pandanginya gambar yang ada di ponselnya
"Mengapa kita selalu berada di ketidakpastian. atau memang hanya aku yang berharap lebih dengan hubungan yang belum pernah kita mulai" ujarnya.
Flasback on
Suasana pagi itu sangat segar mereka memilih berjoging di sekitaran taman pinus di kampung mereka. Dipta masih fokus dengan larian kecilnya tanpa menoleh sedikit pun ke arah gadia remaja itu sedang si gadis masih sibuk dengan tali sepatu yang terlepas.
"Mas Dipta Tungguin dong"
"Aduh... kamu kenapa"
"Tali sepatuku, Mas..... Sebentar....nah sudah" ujarnya sambil berdiri
"Ayo cepatan"
mereka melanjutkan lariannya hingga ke arah kaki gunung. Dipta menghentikan langkahnya di helanya nafas dengan berat hingga kembali normal Aulia pun sudah duduk glesoran di bongkahan batu sebagai alasnya.
"Mas... Emang Beasiswa nya ngak ada yang deket deket gitu. Mesir jauh banget Mas"
"Hehhehehe... Ya ada sieh tapi kan dapatnya di sana masa sieh mau nolak rejeki...kenapa kamu takut kangen sama Mas ya... ngaku hayo"
"Iiiighh apaan sih,Mas Dipta kangen... kangen... ngaco"
"Yah... padahal Mas udah berharap nih bakalan di kangenin sama kamu"
"Hhhmm ngarep banget sieh"
"Banget....banget,Lia...Mas bakalan kangen berat nanti sama kamu"
"Ngak usah gombal degh,Mas...kasian sama pacar Mas salah paham nanti sama Lia" ujar Aulia
"Mas tuh ngak punya pacar, Lia aaagh kamu cemburu" godanya
"Idih... Cemburu ngak lah... Mas itu udah kayak Kakak Lia.. ngak mungkin lah cemburu cemburuan "
'Kakak'
Sejenak suasana menjadi hening
"Lia, Mas suka sama kamu" ujarnya memecah kesunyian itu tanpa melihat bagaimana bingungnya Aulia dengan pernyataan cinta dari Dipta sosok pria yang selalu bisa menjadi kakak terbaik baginya. Aulia tidak pernah menyangka akan hal ini perasaan cinta rasanya tidak mungkin bagai mimpi tapi ini memang nyata adanya.
"Jangan becanda Mas Dipta......"
"Saya lagi tidak bercanda, Lia" ujarnya sambil meraih kedua tangan Aulia
"Saya serius dan saya hanya ingin kamu jadi satu satunya wanita yang saya cintai, Lia"
"Maaf, Mas Lia ngak bisa jawab sekarang dan Lia ngak bisa menjanjikan sesuatu yang bisa Mas harapkan" ujar Aulia. Ia bahkan tidak mengerti dengan perasaannya sendiri entah itu cinta atau hanya perasaan kagum mungkin juga rasa sayang sebagai saudara.
Cup
Aulia sangat terkejut dengan apa yang di lakukan Dipta. Ciuman yang tiba - tiba dan membuatnya merasakan hal aneh dalam dadanya. Ada rasa gemuruh dan rasa asing baginya,ciuman pertamanya.
"Maaf, Lia..."
"Mas Dipta jahat" ujarnya sambil berlari meninggalkan Dipta seorang diri. Dipta hanya mengutuki tindakan lancangnya bisa - bisanya ia mengambil hal pertama dari gadis belia itu.
Flasback Off
Sejujurnya dalam hati Dipta sangat kecewa dengan jawaban Aulia saat itu namun ia memakluminya. Dirinya yang sangat dewasa dan Aulia yang masih remaja. Pemikirannya belum lah sampai ke hal masa depan. Ia berharap suatu saat nanti ia dan Aulia akan bersama meski jarak mereka terlalu jauh bahkan ada tembok yang sangat tinggi yang membentang diantara mereka. Dipta sangat sadar jika dirinya hanyalah anak dari seorang pelayan. Ia tak mungkin bisa menolak takdir itu. takdir yang lagi - lagi membuatnya berpikir dua kali mendapatkan hati seorang Aulia. Ia berharap jika gadis itu berhenti mengejar tujuannya dan memilih dirinya
"Aulia ngak bisa, Mas Dipta...jangan melarang Lia untuk satu hal itu"
"Aulia akan tetap melakukannya apapun resikonya. Ini sudah sangat lama Aulia tidak bisa diam seperti ini, Maaf Mas"
Kata - kata Aulia selalu terngiang di dalam pikirannya ketika mereka memperdebatkan tentang ibunya. Tentang hal yang selama ini ia tunggu dan perjuangkan hingga merubah dirinya menjadi sosok yang penuh dengan misteri dan kejutan. Lagi dan lagi Dipta tak mampu membujuknya, Ibunya Bi Inah pun tak bisa lagi membendung hasrat gadis remaja yang ingin membalaskan kesedihan yang di alaminya. Kehilangan ibu dan Ayahnya dengan cara tidak adil. Hal itu yang membuatnya berubah dari gadis yang berhati lembut kini berhati dingin. Dipta menghela nafasnya kembali menikmati deburan ombak yang saling bersahut sahutan. Menikmati riakan ombak yang berlarian saling mengejar dengan angin yang menggoda.
Aku tidak bisa memilih dimana hatiku akan jatuh
Aku bukan lelaki yang pandai menyampaikan kata rindu pada seseorang
Aku bahkan tidak mengerti kapan hatiku jatuh padamu.
Kita bagaikan riakan ombak di lautan saling berlomba berlari kearah yang entah kemana berlabuhnya. Atau mungkin akan hilang di tengah samudra dan tak pernah mencapai pantai.
Kamu adalah hal yang besar bagiku, mencintaimu adalah hal yang tidak pernah bisa aku cegah. Datang tanpa permisi, jatuh tanpa tahu kapan akan bangkit dan hal yang pasti adalah Luka yang entah kapan akan sembuh.
Kita seperti bulan dan matahari berjalan di jalan yang sama tapi tidak pernah beriringan
kamu seperti malam dan aku seperti siang. Aku di sisi yang terang dan kamu di sisi yang gelap
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments