Hari sudah mulai menguak dari peraduannya. Aulia sudah sampai di kost nya. Bu Wulan terkejut saat melihat Aulia duduk menunggu di luar pagar saat pagi buta. Kini Ia sudah bersiap untuk pergi Ia membawa beberapa dokumen penting miliknya sambil menunggu taxi online yang di pesannya. Setelah menunggu akhir nya taxi online itu pun muncul ia bergegas dalam sekejap taxi itu pun sudah berjalan mengarah ke tujuan Aulia. Setelah sejam perjalanan ia sudah tiba di sebuah bank Negri. Ia melangkah dengan penuh keyakinan di bukanya pintu itu lalu mengambil nomor antrian cs dan menunggu gilirannya.
'Antrian No B0015 silahkan ke counter 2 '
'Antrian No A0125 silahkan ke teller 4'
silih berganti suara mesin operator mulai memanggil nomor antrian. Sudah satu jam berlalu kini antrian milik Aulia pun sudah berbunyi. Dia bergegas menuju meja yang sudah di arahkan
"Selamat pagi, apa ada yang bisa kami bantu,Mbak" seru Cs yang di ketahui namanya adalah Rabiah
"Eeemmm gini,Mbak aku mau nanya kalau mau deposit kan barang atau dokumen penting bisa ngak,Mbak"
"Gini Mbak di bank kami depositnya hanya menerima emas dan perhiasan dan juga uang"
"Githu ya,Mbak tapi mbak saya ngak tahu harus nyimpen barang saya kemana. Mbak bisa tolongin saya ngak... soalnya saya takut kalau - kalau ada yang niat tidak baik pada saya dan mengambil ini dari saya,Mbak" ujarnya sambil melihat amplop coklat besar pada CS itu.
"Eeemmm gini ajah,Mbak...saya coba tanyain ke manager saya dulu. Mbak bisa nunggu sebentar kan?"
"Bisa Mbak"
"Baik,saya permisi dulu ya"
CS itu pun berlalu menuju ruangan manager dengan berdinding kaca yang sedikit di buramkan namun masih bisa di lihat oleh Aulia saat mereka sedang berdiskusi. Nampak sang manager menghubungi seseorang,mungkin saja atasannya dengan wajah yang sulit di terka Cs itu pun kembali menemui Aulia.
"Maaf, Mbak... silahkan ikut saya keruangan Manager saya"
"Baik, Mbak" seru Aulia sambil mengikuti langkah CS itu. sesampainya di ruang manager itu. Aulia di persilakan duduk dan CS itu pun masih menemaninya.
"Bagaimana,Mbak ada yang bisa kami bantu."
"Gini,Mas...saya mau depositkan barang saya ini tapi ini berupa dokumen penting. Ini aset peninggalan orang tua saya. Tapi saya takut jika menyimpannya sendiri nanti ada yang berusaha mengambilnya."
"Ogh begitu... Baiklah kami akan membantu anda. CS kami akan mengaturnya sebagai barang berharga emas dan perhiasan ya,Mbak. Kami paham betul yang anda maksud. Silahkan anda bisa menunggu di ruangan saya saja."
"Terima... kasih, Mas..."
"Baik Kalau begitu kami akan mengurus dokumennya dulu dan atas nama siapa?"
"Aurora putri S"
"Baik, kami akan proses segera"
"Biah lakukan seperti biasanya yach... " ujar manager itu
"Baik, Pak" ujar Cs itu. Sembari keluar dari ruangan managernya. Kini ia nampak sibuk dengan beberapa lembar kertas putih dan sesekali nampak fokus di depan komputer. Aulia masih menunggu di ruangan itu. Sesekali manager yang bernama Budi itu melihatnya dengan intens. Jauh dari kesan mewah ataupun meyakinkan yang ada di kepala pria itu hanya seorang gadia polos sepertinya dari desa yang jauh dari perkotaan. Gadis yang memakai stelan kemeja lengan panjang dan bawahan rok lipit - lipit panjang semata kaki dengan rambut kepang dua kacamata yang di perkiraannya berminus - minus serta tahi lalat di dagu sebelah kiri. Ya itulah penampilan Aulia dengan gaya gadis kampungan. Ia sengaja berpenampilan senormal mungkin menjadi gadis yang datang dari desa bahkan pelosok desa pikirnya.
Setelah menunggu hampir tiga puluh menit. CS itu kembali dengan beberapa dokumen di tangannya di serahkannya pada managernya. Pak Budi membaca dengan seksama memasitikan jika tidak ada kesalahan data - data.
"Baik, Mbak silahkan di baca dulu dokumen ini dan tanda tangan di sini" sambil menunjuk pojok kanan bawah dokumen itu. Aulia meraihnya dan mulai membacanya dengan seksama hanya lima menit ia sudah selesai membacanya dan menandatangani dokumen itu
"Mbak sudah benar - benar membacanya?"
"Sudah,Mas...saya sudah paham syarat dan ketentuan yang berlaku untuk penyimpanan harta berharga emas perhiasan dsb."
'Luar biasa saya saja butuh beberapa jam buat pelajari semua isinya tapi dia' batinnya
"Baik Kalau begitu tunggu sebentar" ujarnya sambil mengambil sesuatu di dalam lemari besi baja itu. Sebuah kotak persegi yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
" Ini... dan Mbak bisa ikut Saya. Saya tunjukkan ruangan penyimpanannya agar bisa memasukkan data anda"
"Baik terima kasih"
"Mari.. " ujarnya sambil berdiri dan meninggalkan ruangan. Aulia hanya mengikuti langkah Pak Budi sambil memegang kotak yang di berikan tadi. Kini mereka sedang berada di depan Lift Pak Budi menekan beberapa tombol dan pintu besi itupun terbuka. Mereka masuk kedalam Aulia memperhatikan sekelilingnya kotak besi itu bergerak namun tak seirama dengan tanda yang tertera di layar. gerakan lift itu mengarah ke bawah namun tanda di layar menunjukkan ke arah yang berlawanan. Namun ia mencoba berpikir positif tidak mungkin pria ini akan membawanya di tempat yang berbahaya. Sekitar Beberapa menit kotak besi itupun berhenti bergerak dan pintu berdecit terbuka secara perlahan Aulia membelalakkan mata tempat itu semacam lemari saja di setiap dinding hanya beralaskan beton dan disisi lain ada yang terlapis lemari besi dengan loker - loker besi berukuran sedang ada juga yang kecil dari bawah hingga atas sampai menyentuh langit - langit ruangan itu. Aulia masih mengikuti langkah Pria itu dan mereka tiba di sebuah ruangan yang agak lebar dari sebelumnya di tengah - tengah ada sebuah meja bundar dari beton dan berlapiskan kaca di atasnya. Pak Budi mendekati meja itu dan menyentuh beberapa kali ' sepertinya itu layar sentuh' batin Aulia.
"Silahkan letakkan kotak itu dan masukkan sidik jari anda,Mbak"
"Ba... ba... Baik" ujarnya terbata. Dan mengikuti apa yang di katakan pria itu. setelah memasukkan sidik jarinya tiba - tiba pintu loker yang berada tepat di samping kirinya pun terbuka,sontak membuatnya kaget pak Budi tersenyum melihat tinggkah Aulia 'Aduh malunya aku. kenapa harua kaget sieh...mana tempatnya horor gini lagi hiiii' batinnya sambil berkidik ngeri.
" Silahkan masukkan barang berharga anda di dalam kotak ini dan masukkan ke loker itu"
"Baik, Pak"
Aulia menghela nafasnya panjang di tarapnya amplop coklat itu lekat - lekat sesekali menoleh ke arah pria itu dan kembali menatap kotak besi yang berada di depannya
"Baik - Baik di sini...sampai semua aman dan tiba waktunya aku akan datang" gumamnya sambil meletakkan ke dalam kotak besi dan menutupnya sambil membuat kode pada kunci kotak besi itu lalu menormalkan kembali. Lalu memasukkannya ke loker besi itu dan menutupnya lalu mengambil kunci yang serupa batang pulpen namun tidak terlalu panjang dan menguncinya 'Klik' sudah selesai mengamankan barang berharganya mereka kembali ke ruangan manager itu. setelah berbincang dan menyerahkan kunci serta card member Aulia pun berpamitan.
"Maaf,Pak toilet dimana ya"
"Di basemant bawah mbak ngak jauh dari arwa parkir sebelah kiri pojok ya"
"Ogh ia makasih ya pak"
"Sama- sama"
Aulia kini sedang menuju ke arah yang di terangkan saypam tadi dan berhasil menemukannya. Ia berdiri di sebuah kaca besar sambil menatap wajahnya. 'Aku lelah Bu... Aku sendiri saat ini, kenapa semua begitu kejam dengan ku Bu' batinnya sambil menjatuhkan kedua tangannya di pinggiran wastafel dan menundukkan wajahnya. Aulia merasa rapuh namun ia membuang jauh perasaan itu. Ia mengambil air dan membasuh wajahnya dengan kedua tangannya. Ia mengambil ponsel dan memesan taxi onliine. setelah itu ia masuk ke salah satu bilik kamar mandi dan berganti pakaian dengan stelan switer hoody dan celana jeans serta sepatu kats dan tak lupa topi yang biasa ia kenakan. Kini penampilannya berubah 180 derajat rambutnya di biarkan terurai.
"Hallo"
"....."
"Saya di parkiran basmen Mas... bisa ke sini saya agak kesulitan kalau ke parkiran atas,Mas"
"....."
"Baik saya tunggu"
Aulia lalu membereskan beberapa barangnya. baju yang di kenakannya tadi di simpan kedalam kresek hitam dan akan membuangnya nanti. Di masukkannya dalam ransel dan keluar dari toilet itu. Ia mengedarkan pandangannya dan honda jazz putih dengan Plat yang tertera di aplikasi taxi online pun sudah terparkir. Ia melihat ke kiri dan ke kanan di rasa aman ia pun langsung masuk kedalam mobil itu.
"Cafe Uno Mas"
"Baik, Mbak"
Sesampainya di cafe itu Aulia turun dan masuk ke dalam masih ada waktu setengah jam sebelum waktu janjia dengan orang yang di maksud tiba. Aulia langsung ke arah kamar mandi merapikan dirinya dan tak lupa ia membuang baju yang di kenakannya tadi. Kini penampilannya sudah seperti mahasiswi yang sedang nongkrong sembari mengerjakan tugasnya. Ia memilih tempat duduk di sofa panjang dekat jendela dengan view halaman depan cafe. Ia sudah memesan minuman dan beberapa snack penganjal perut. Di bukanya laptopnya berselancar mencari data yang ia butuhkan pendaftaran ulang online pun sudah ia selesaikan. Ia kembali melihat profil seorang pengusaha di laman berita news. com. Ia membaca artikel itu lalu berpindah ke artikel berikutnya. Hingga notifikasi di ponselnya menghentikan aksinya.
"Saya sudah tiba anda di mana"
"Saya di meja 4"
Aulia tak bereaksi apapun dan hanya melanjutkan aktivitasnya semula. Hingga ia menangkap sosok pria berjas biru navi berdiri tepat di hadapannya. Aulia menangkat wajahnya dan hanya memberikan isyarat agar pria itu duduk di sofa sebelahnya.
"Maaf saya terlambat.."
"Tidak,Tuan...saya saja yang lebih dulu di sini"
"Sebaiknya anda memanggil nama saja, Nona"
" Apa anda yakin jika saya Nona muda Anda Tuan Rehan?" ujar Aulia dengan tatapan menyelidik. "Agh... sepertinya pertanyaan saya salah ya... tanpa harus bertanya ataupun menjelaskan. Anda pasti sudah menyelidiki saya sebelumnya bukan begitu. "
"Ternyata Nona muda sangat pandai rupanya"
"Saya hanya menebaknya jangan terlalu berlebihan"
Rehan hanya menyunggikan senyum. Mereka menikmati makan siang dengan hening hingga permintaan Aulia melenyapkan keheningan yang ada
"Bisa kah Anda cari informasi selengkap mungkin tentang masalalu orang ini" sambil menyodorkan sebuah foto
"Dia... memang kenapa,Nona...Apa Nona tidak ingin pulang ke rumah Tuan Sanjaya?"
"Aku belum bisa pulang sebelum menghancurkan orang ini. Lagi pula siapa yang akan aku temui di sana...Ibu,Ayah ku Kakek dan Oma.. sudah berkalang tanah. Nanti aku akan mengunjungi makam mereka."
'Ya Ampun Nona, Darah Tuan Sanjaya memang begitu kental padamu Ya' batin Rehan
"Baiklah saya akan mencari informasi selengkap mungkin untuk Nona Muda"
"Ya... bagaimana perusahaan peninggalan orang tuaku?"
"Sejauh Ini Masih aman,Nona...tapi beberapa tahun lalu anak perusahaan Ayah Nona di ambil alih oleh Paman Nona. Dan sempat membuat Perusahaan utama goyah. Tapi berkat kelihaian Alm. Ibu Nona semua berjalan dengan baik sampai hari ini."
"Tunggu beberapa bulan lagi. Umumkan jika Kalian menemukanku. Tapi Bisakah ada pemeran pengganti. Akan lebih mudah jika aku tidak turun langsung"
"Baik Nona muda saya akan mengurus semuanya dengan baik"
"Terima Kasih...Jika saja Ibuku lebih dulu bertemu dengan mu,mungkin hidupnya jauh lebih bahagia"
deg
'Maaf Nona... Sekarang akan tetap jadi rahasia hingga saatnya tiba semoga tidak membuat Nona kecewa'
"Saya permisi Nona"
"Ya"
Aulia hanya memandang punggung pria itu. Pria yang sudah berumur namun masih terlihat muda. 'Seandainya Ayahku sepertinya mungkin aku bisa hidup bahagia bersama ibu' pikirnya
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments