"Ayo pulang," ajak Luna sambil memutar kursi roda Gama.
"Tunggu sebentar!" panggil Bima yang kini bangkit berdiri.
"Apa lagi Bima? apa maumu?" ketus Gama.
Luna memegang pundak pria itu dari belakang agar ia tenang dan tidak marah-marah. Apa yang dilakukan Luna tidak lepas dari pandangan Bima, ia makin terkesan dengan Luna yang mampu menenangkan seorang Gamaliel Park yang kejam dan pemarah.
"Saya ingin meminta maaf atas ketidaknyamanannya, saya juga memohon maaf karena telah membentak nona sebelumnya," ucap Bima sambil membungkuk hormat diikuti oleh pegawai barber shop lain.
"Kami tidak akan memaafkanmu, kau telah menghina istriku maka sama saja kau menghinaku, aku akan menghancurkan mall mu ini!" ucap Gama masih kesal.
"Mampuslah aku, bodoh sekali kau Bima! haishh Tuhan tolonglah aku!" batin Bima yang sudah ketakutan jika mall akan diratakan dengan tanah seperti keinginan Gama.
"Gama sudah biarkan saja aku sudah memaafkannya, kalau kau melakukan itu maka akan berdampak pada orang lain yang tidak bersalah, sudahlah kita pulang saja kumohon,"pinta Luna yang tidak ingin suaminya marah-marah lagi disana.
"Hmmm...baiklah, kalian selamat karena istriku memaafkan kalian, jika sampai kalian melakukan hal seperti ini lagi maka bukan hanya mall ini yang hancur tapi hidup kalian juga akan terancam, dan Kau Bima kau tahu apa yang harus kau lakukan bukan?" ucap Gama memanggil nama Bima.
Bima berdiri tegak, ia tak menyangka sahabat lamanya itu akhirnya mau memanggil namanya lagi setelah sekian lama.
"Tenang saja akan kuurus semuanya, dan maafkan aku telah mengecewakan kalian," balas Bima.
"Tak apa, kalau begitu kami pergi dulu, sampai jumpa Bim!" ucap Gama tersenyum tipis namun masih bisa dilihat oleh Bima.
"Ba...baiklah sampai jumpa Gama, sampai jumpa nona," ucap Bima gugup.
"Dia Gama kan? Gama si manusia dingin dan pemarah itu, barusan dia tersenyum! akhirnya kau kembali Gama, aku berjanji jika kau pulih akan kupastikan para bajingan itu tidak akan mengusikmu lagi, wah pasti yang lain akan senang dengan berita ini! tapi dia sudah menikah ternyata, ah aku akan menanyakan ini pada Mark nanti," batin Bima.
Setelah kepergian Gama maka hukuman yang sesungguhnya akan dilakukan oleh Bima, Presdir tampan yang terkenal karena kesadisannya.
" Kemari kau bangsat!"teriak Bima tepat saat ia memutar tubuhnya dan menatap ke arah pegawainya.
"Tu...tuan ma.. maafkan saya tuan, mohon ampuni saya!"pinta Doni memohon sambil berlutut di bawah kaki Bima.
"Pengawal seret dia ke ruangan ku!" titah Bima dengan suara tegas dan berkharisma yang mampu membuat orang bergidik ngeri saat mendengarnya.
"Tuan mohon maafkan saya, tidak akan saya ulangi!" pinta Pak Doni. Namun nasi sudah menjadi bubur, Bima yang merasa dipermalukan di depan sahabatnya sendiri kini tengah berada di puncak amarahnya.
Doni di seret ke ruangan Presdir, semua orang melihat dengan jelas bagaimana pria itu dibawa dengan paksa.
Doni hanya bisa pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh Bima terhadap dirinya.
Hari itu juga Doni diberhentikan secara tidak layak akibat semua kelalaian serta tindakan korupsi yang ia lakukan. Doni dilaporkan ke polisi dan dituntut atas korupsi dan merusak nama baik.
Bima mengecek kembali laporan keuangan barber shop miliknya yang ternyata sangat kacau sejak Doni yang bertanggungjawab. Banyak pengeluaran gaib yang barang-barangnya tidak ada tetapi tercatat dalam pengeluaran.
Hari itu juga Doni dipecat bahkan keluarganya dituntut untuk melunasi hutang-hutangnya.
Sementara itu di perjalanan pulang tampak suasana di salam mobil cukup canggung, Luna dan Gama sama-sama diam. Luna yang biasanya cerewet, kali ini hanya diam, banyak pertanyaan muncul di kepalanya.
Sedangkan Gama tengah gugup, ia tidak tahu harus berbicara apa pada Luna.
"Apa ada yang ingin kau katakan?" ucap mereka berdua bersamaan, seketika tawa mereka pecah karena bisa-bisanya mereka bertanya pertanyaan yang sama di waktu yang sama pula.
"Pfthhh...hahahahah,"
"Ekhmmm....Bicaralah, jangan diam ini sangat canggung, apa kau ada pertanyaan? tanyakanlah," ucap Gama.
"Emm...aku punya banyak pertanyaan, tapi lebih baik kita bicarakan di rumah, kau istirahatlah sudah terlalu banyak energimu terbuang karena marah-marah tadi," ucap Luna sambil fokus menyetir.
"Baiklah, tanyakan apa yang ingin kamu ketahui aku akan menjelaskan semuanya nanti, sekarang aku tidur dulu kepalaku sakit lagi," ucap Gama sambil memijit pelipisnya.
"Tidurlah, aku akan menyetir dengan tenang," ucap Luna yang merasa khawatir dengan kondisi Gama, ia takut jika suaminya kembali sakit.
Luna mengemudi dengan tenang, sesekali diliriknya Gama yang tengah terlelap di sampingnya. Saat diperjalanan, Luna sengaja berhenti di supermarket dan toko pakaian, ia membeli pakaian dan kebutuhan Gama yang lainnya.
30 menit kemudian mereka sampai di rumah, Luna membangunkan Gama yang masih terlelap di dalam mobil.
"Gam, Gama kita udah sampai, bangunlah!" ucap Luna sambil menggoncang tubuh Gama dengan pelan.
"Erghh....Hmmm.....udah sampai ya Lun?" ucap Gama sambil mengucek matanya.
"Udah ayo turun," ucap Luna sambil membantu Gama turun dari mobil dan mengangkatnya ke atas kursi roda.
Gama menatap suasana rumah sederhana Luna, ia baru sadar kalau lingkungan rumah Luna sangat asri, banyak bunga di halaman rumah dan pohon-pohon yang tinggi menjulang di bagian belakang rumah. Udara yang segar karena jauh dari perkotaan yang penuh dengan polusi dan kebisingan.
Suara burung dan hewan-hewan liar masih terdengar jelas di sekitar rumah itu ditambah lagi dengan suara gemericik air sungai menambah kesan segar dan alami di tempat itu, sangat cocok untuk menghilangkan stress dari hiruk-pikuk perkotaan. Rumah berwarna biru yang ditata dengan apik sehingga membuat siapa saja yang melihat rumah itu merasa nyaman.
"Ayo masuk,"
"Pegang ini dulu ya," ucap Luna sambil memberikan barang belanjaan yang mereka beli tadi di pasar.
Mereka masuk ke dalam rumah.
"Kau mau duduk disini atau di ruang santai saja? aku akan menyiapkan makan siang sebentar sekaligus menyusun semua belanjaan ini," ucap Luna.
"Aku disini saja, bolehkan aku keliling rumah ini?" tanya Gama.
"Silahkan, sekarang ini juga rumahmu, ya sudah aku ke dapur dulu ya kalau butuh sesuatu panggil saja aku," Ujarnya.
"Baiklah,"
Luna meninggalkan Gama di ruang depan, Gama sendiri tengah berkeliling di rumah kecil itu. Ratusan aksesoris buatan tangan tersusun rapi di dinding rumah itu, ada sebuah foto terpajang di dinding rumah itu, foto kedua mendiang kakek nenek Luna dan Luna sendiri juga ada difoto itu.
Perlahan Gama mengitari rumah itu, ia tersenyum melihat penataan rumah yang sangat rapi, ada juga banyak buku-buku yang tersusun di sisi lain rumah itu sehingga tampak seperti ruang belajar karena dibatasi oleh sebuah lemari hias.
Sementara Gama berkeliling, Luna membereskan semua barang belanjaan mereka, dengan telaten Luna menyusun dan merapikan barang belanjaannya.
Celemek biru terikat di tubuh gadis itu, dengan gerakan cepat dan gesit Luna membersihkan ikan, sayuran, daging, dan bumbu-bumbu dapur untuk disimpan dan sebagiannya lagi di masak.
Gama memutar kursi roda sambil membawa sebuah kotak yang diambilnya dan menuju dapur dimana Luna sedang menyusun belanjaan.
Merasa ada yang datang ke dapur, Luna membalikkan tubuhnya dan melihat ke arah Gama.
"Arkhhhh...Setan!" teriak Gama spontan saat melihat tubuh Luna berlumuran darah bahkan wajahnya juga terkena percikan darah, apalagi Luna memegang pisau dapur yang berlumuran darah di tangan kanannya.
"Woy jangan teriak teriak kupingku bisa pekak!" ketus Luna lalu kembali membalikkan badannya.
"Hah..... kupikir kau setan, ada apa dengan penampilanmu itu? kau seperti pelaku mutilasi," ucap Gama yang mendapat tatapan tajam dari Luna.
"Ck....ini darah ikan Gama, tadi sewaktu akan kubersihkan darahnya muncrat kemana-mana Jani berantakan gini deh," ucap Luna menatap Gama sekilas lalu kembali fokus dengan pekerjaannya.
Gama mengambil tisu lalu memberi sedikit air, ia mendekati Luna.
"Luna bisa bantu aku sebentar, lihat kemari!" ucap Gama.
"Ada apa?" tanya Luna yang kini membungkukkan badannya di hadapan Gama.
Dengan cepat Gama membersihkan wajah Luna yang terkena percikan darah, Luna tersentak, ia ingin mundur namun kalah cepat dengan tangan Gama yang sudah memegang bahunya.
"A...aku bisa sendiri," ucap Luna gugup, pandangan mata mereka bertemu membuat jantung keduanya berdegup kencang.
Deg....deg... deg
"Sudah diamlah, kau mana bisa, tangan mu saja berlumuran darah, manfaatkan aku untuk hal seperti ini," ucap Gama yang asik membersihkan wajah Luna.
.
.
.
like, vote dan komen 😊😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments
andi hastutty
serunya keluarga ini hahahhaha
2023-07-02
0
epifania rendo
bagus bangat ceritanya
2023-01-25
0
Siti Asmaulhusna
klo rmh si LUNA di perbaiki sdiikit klihatan + asri kayk nya
2022-12-06
0