"Membuka hati setelah terluka sangat dalam mungkin menjadi tantangan paling sulit, tapi untukmu aku akan melakukannya,"
-Gamaliel Park-
"Aku belum pernah merasakan jatuh cinta, kuharap pilihanku tepat dengan mempercayakan hatiku padamu!"
-Luna Christina-
...****************...
Malam berganti menjadi pagi, jam menunjukkan pukul tujuh namun tampaknya dua insan di dalam ruang perawatan itu enggan untuk bangun dari tidur mereka.
Tubuh Gama kembali gemetar, wajahnya berkerut dan tubuhnya berkeringat. Mimpi yang sama kini kembali lagi namun kali ini hanya sekilas tidak sepanjang hari-hari sebelumnya.
Bahkan sebelumnya Gama tidak akan bisa tidur dan selalu terganggu jam tidurnya akibat semua mimpi buruk yang terus mengganggu pria itu.
Merasa ada yang bergerak di sampingnya, Luna membuka matanya dan bangun dari tidurnya, ia melihat suaminya tepat dihadapannya tengah mengalami mimpi buruk yang sama.
Dengan inisiatif sendiri, Luna memeluk tubuh Gama dengan erat, ia menepuk-nepuk dada pria itu untuk menenangkannya. Perlahan-lahan Gama mulai tenang, Gama membuka matanya ia melihat tangan Luna berada di atas dadanya tengah menepuk-nepuk dadanya dengan lembut untuk menenangkan pria itu.
Luna belum sadar jika Gama sudah bangun, merasa tidak ada pergerakan lagi, Luna melepas pelukannya lalu turun dari tempat tidur dan memperbaiki selimut Gama.
Gama sendiri kembali pura-pura tertidur dan menunggu apa yang akan dilakukan Luna selanjutnya.
Luna menyelimuti Gama, ia merapikan rambut Gama yang sedikit berantakan. Ia meletakkan tangannya di kening suaminya memastikan apakah demamnya sudah sembuh atau tidak.
"Dia sudah lebih sehat, wajahnya juga segar hufftthh syukurlah," ucap Luna lega.
Luna menatap Gama, ia kembali mengingat semua kejadian yang terjadi, ia hanya bisa menyerahkan semuanya kepada Tuhan, entah apa yang dirancang-Nya untuk mereka berdua.
"Aku tidak pernah merasakan jatuh cinta, kuharap pilihanku tepat dengan mempercayakan hatiku padamu," ucap Luna sambil menatap Gama yang dia pikir masih terlelap.
Luna pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sementara itu Gama yang diberi perhatian seperti tadi membuatnya segera membuka matanya tepat setelah Luna masuk ke kamar mandi.
Ia memegang dadanya yang terasa berdebar, perasaan apa ini pikirnya. Tidak mungkin ia bisa secepat itu jatuh cinta pada gadis itu. Pasti ada yang salah dengan dirinya pikir Gama.
Gama mengetik pesan kepada dokter George untuk segera datang ke dalam ruang perawatan. Dokter George sendiri adalah salah satu dokter keluarga yang bekerja di bawah naungan perusahaan Gama yang bernama J.B group.
J.B group sendiri adalah perusahaan terbesar kedua di dunia dan nomor satu di Asia, merupakan perusahaan keluarga yang diteruskan oleh Gama sejak ia lulus kuliah dan berhasil menjadi perusahaan yang bergerak di berbagai bidang.
Tidak beberapa lama, dokter George datang dan menemui Gama sesuai perintah Gama.
"Coba kau periksa lagi tubuhku, mungkin ada penyakit lain yang bersarang di tubuh penyakitan ini!" ketus Gama tepat saat dokter George masuk ke dalam kamar inapnya.
"Apa anda mempunyai keluhan tuan?" tanya Dokter George.
"Jantungku sering berdetak tak karuan, tidak teratur, sulit bernafas dan tubuhku menjadi panas,"jelas Gama pada Dokter George.
"Pada situasi seperti apa anda mengalami hal seperti itu tuan?" tanya dokter George lagi.
"Saat dekat dengan Luna," ucap Gama.
Dokter George menyergitkan keningnya.
"Apa benar Anda Presdir J.B grup yabg tersohor itu tuan? kenapa anda jadi bodoh seperti ini?" ucap Dokter George keceplosan sehingga mendapat tatapan menyeramkan dari wajah sangar berjambang itu.
"Ma...maafkan saya tuan, bukan maksud saya menghina tuan," ucap Dokter George langsung berlutut di hadapan Gama. Tubuhnya sudah bergetar ketakutan kala melihat sorot mata tajam yang dilemparkan oleh Gama.
Gama yang ingin marah seketika berubah menjadi lembut membuat Dokter George kebingungan sendiri.
"Apa yang dikatakan suster itu benar kalau tuan Gama sudah tidak waras? hiiii kenapa aku jadi merinding begini," batin Dokter George melirik Gama sedang tersenyum.
"Kamu udah bangun dari tadi ya?" ucap Luna sambil membalas senyuman Gama yang ia dapatkan tepat saat ia keluar dari kamar mandi. Gama mengangguk lembut.
"Loh kenapa dokter duduk di lantai?" tanya Luna menatap heran pada dokter tampan itu.
"Dokter George tadi lagi nyari pulpennya iyakan dok!" ucap Gama dengan tatapan tajam menusuk ke arah George, meski sekilas Dokter George langsung merasa merinding dan ketakutan dengan tatapan tajam dari pria itu.
"Be..benar nona, saya sedang mencari pulpen, tapi sepertinya tidak ketemu, biarkan sajalah," ucap Dokter George terbata sambil bangkit berdiri.
"Ohh ya sudah, oh iya dok ada yang ingin saya tanyakan," ucap Luna.
Gama dan Dokter George langsung menoleh ke arah Luna, mereka penasaran dengan apa yang ingin ditanyakan gadis itu.
"Silahkan nona," ucap Dokter George.
"Emmm...ini tentang suami saya," ucap Luna sambil melirik ke arah Gama. Gama diam saja, ia juga sebenarnya penasaran dengan apa yang akan ditanyakan oleh Luna, namun kata-kata Luna membuatnya senang saat Luna menyebutnya sebagai suami di hadapan orang lain.
"Dia mengakui ku sebagai suaminya di hadapan orang lain," batin Gama sambil tersenyum tipis, sangat tipis hingga tidak terlihat karena ditutup oleh kumis dan jenggotnya yang panjang.
"Silahkan tanyakan apa pun nona," ucap dokter George sambil sesekali melirik Gama yang hanya diam saja.
"Dokter kan sudah melihat kondisi Gama, menurut anda sebagai seorang dokter apakah dia memiliki harapan untuk sembuh dari lumpuhnya itu dok, apalagi ia sudah berada dalam kondisi ini selama satu tahun," tanya Luna penasaran.
Ia sebenarnya takut menanyakan ini, ia tak mau suaminya tersinggung, namun lebih baik ia bertanya dari pada tidak sama sekali. Urusan Gama tersinggung atau tidak bisa diurus belakangan.
Dokter George melirik Gama, sesungguhnya Dokter George adalah dokter yang menangani Gama selama setahun ini, namun Gama selalu menolak pengobatan untuk kakinya. Ia hanya akan menghubungi Dokter George jika ia punya penyakit lain seperti demam atau flu misalnya.
Gama mengangguk pelan seolah memberi ijin agar Dokter George menjelaskan kondisinya kepada istrinya. Setelah mendapatkan persetujuan dari Gama, Dokter George pun menjelaskan bagaimana kondisi kaki Gama saat ini.
"Nona, menurut pandangan saya sebagai seorang dokter, tuan Gama sebenarnya memiliki harapan untuk sembuh jika tuan mau mengikuti pengobatan dan melakukan terapi secara konsisten dan berkelanjutan," ucap Dokter George.
"Seberapa besar harapan sembuhnya dengan kondisinya sekarang dok?" tanya Luna.
"Jika melihat kondisi tuan sekarang, apalagi selama setahun tidak pernah melakukan pengobatan maka kemungkinan sembuhnya sekitar 25-30% nona," jelas Dokter George.
"Sedikit sekali kemungkinan sembuhnya, lalu apa yang harus kami lakukan agar Gama sembuh total dok?" tanya Luna lagi.
"Jika memang tuan ingin melakukan perawatan saya akan merekomendasikan dokter saraf yang lebih berpengalaman untuk membantu pengobatan tuan Gama nona," ucap Dokter George.
"Ahh...baiklah, kami akan bicarakan dahulu, boleh saya minta nomor dokter supaya jika ada apa-apa saya bisa menghubungi Anda," ucap Luna.
Sekali lagi Dokter George melirik ke arah Gama, setelah Gama mengangguk setuju barulah Dokter George memberikan kartu namanya pada Luna.
"Boleh nona, ini kartu nama saya, disana tertera jelas nomor ponsel saya, Anda bisa menghubungi saya kapan saja," ucap Dokter George.
"Baik dok terimakasih, kami sudah boleh pulang hari ini kan?" tanya Luna lagi.
"Sudah nona," jawab Dokter George.
"Baiklah, terimakasih atas bantuannya dokter George," ucap Luna sambil tersenyum ramah.
"Sudah menjadi kewajiban saya nona, kalau begitu saya permisi tuan, nona," ucap Dokter George undur diri.
Setelah kepergian Dokter George, Luna mendekat dan duduk di samping Gama, ia menatap Gama dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
"Ada apa? kenapa kau menatapku seperti itu? ada yang salah dengan wajahku?" tanya Gama sambil memegangi wajahnya.
"Tidak, aku hanya ingin melihatmu saja, hmm kau dengar kan ucapan dokter tadi, maaf aku sembarangan bertanya kuharap kau tidak tersinggung," ucap Luna masih menatap Gama.
"Tidak apa, kau berhak menanyakan itu," ucap Gama sambil tersenyum.
"Jadi bagaimana?" tanya Luna.
"Apanya?" tanya Gama balik.
"Ck....dasar om-om kurang umur, gak nyambung banget sih, kamu mau atau tidak menjalani perawatan?" tanya Luna sedikit kesal.
"Ohh makanya ngomong yang jelas dong Tante cerewet heheh," balas Gama sambil terkekeh.
Luna ikut tertawa mendengar ucapan Gama.
"Hahahah, kau ini bisa saja membalasku ya," tawa Luna.
"Tentu saja," jawab Gama.
"Jadi bagaimana keputusanmu? kau mau melakukan pengobatan atau tidak?" tanya Luna lagi, kali ini ia tampak serius.
"Menurutmu bagaimana? kemungkinannya sangat rendah," ucap Gama sedikit pasrah.
"Ck, dasar Om-om lemah!" ketus Luna
.
.
.
Like vote dan komen 😊😉
kasih tau author apa kekurangannya supaya author perbaiki ya, terimakasih 😉😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments
andi hastutty
maulah gama demi istri hehehhe
2023-07-02
0
Icye Anun
Aku suka bangat akan ke serasian antara mereka & dan saling memenuhi kekurangan kelebihan pasangan. Ohhh so sweet couple loversss...
2021-09-13
2
Mamahna Ayu
aku sangat suka ceritanya
2021-09-09
1